[5] TERJATUH

6.5K 448 11
                                    

Hari demi hari pun berlalu, dan tiba dimana hari 'The Viva Cup' dimulai. Seluruh panitia, atau yang lebih tepatnya disebut OSIS, sibuk mondar- mandir di aula untuk mempersiapkan panggung, karena hari pertama adalah acara lomba pentas seni. Aula yang lebarnya sekitar dua puluh kali sepuluh meter, dengan kapasitas maksimal seribu orang. Cup ini akan diikuti oleh 15 sekolah dari seluruh Jakarta. OSIS dan guru- guru yang menjadi panitia membagi tugas.

Ada yang bertugas menghias panggung, menyiapkan kursi- kursi, mengatur tata cahaya lampu sorot, mempersiapkan alat- alat musik, seperti gitar, piano, drum, bass, dan keyboard. Microphone serta speaker juga disiapkan. Meja- meja para juri terletak di barisan paling depan dari para penonton. Ruangan backstage pun telah ditata rapih, dengan meja rias serta perlengkapan make-up bagi para peserta lomba.

Jadwal lomba pada hari ini pun telah ditempel di mading. Para panitia telah berkumpul di sekolah sejak pukul tujuh pagi untuk menyiapkan semua acara yang akan berlangsung mulai dari pukul sepuluh pagi sampai pukul enam sore.

"Jean, semuanya udah siap?" Tanya Lucas, sang ketua OSIS kepada adiknya. "Udah, ko. Tinggal pasang spanduk di gerbang sekolah. Entar palingan John sama Sophie yang lakuin." Jean memeriksa kertas daftar perlengkapan lomba yang sedang ia pegang di atas papan jalan miliknya.

"Jean!" Suara tersebut berasal dari pintu aula.

"Nath, lo ngapain kesini?" Jean buru- buru menghampiri Nathan yang masih berdiri santai di depan pintu.

"Lah, emang gak boleh apa? Kan udah gue bilang, gue bakalan bantuin lo." Nathan tersenyum.

"Lo kan bukan OSIS, lagian juga waktu itu lo bilangnya mau bantu doa. Bantu doa mah di gereja, bukan di aula." Jean protes.

"Gue kan cuma becanda, Jean. Gue beneran mau bantu kok." Nathan menerobos masuk.

"Lo ngapain disini?" Lucas bertanya dengan nada ketus.

"Mau liat- liat. Sekalian bantuin juga." Nathan menjawab dengan santainya.

"Lo mendingan pulang, daripada entar lo ngerusuh di sini." Lucas menunjuk ke arah pintu keluar aula yang tepat di belakang Nathan.

"Tenang aja sih, gue bukan preman jalanan yang suka buat ribut. Lagian juga anak- anakan gue gak ada. Masih pada di alam mimpi." Nathan menjawab dnegan muka sewot.

"Ampe lo ngerusuh, gue kasih tau Miss Jen." Jean nyambung dan jari telunjuknya menunjuk ke arah wajah Nathan, memberi peringatan kepadanya.

***

"Akhirnya....jadi juga." Jean duduk di lantai aula yang terbuat dari kayu sambil mengelap keringat yang bercucuran dari dahinya.

"Muka lo....pucet banget!" Nathan yang tadinya juga duduk di samping Jean, langsung memegang wajah Jean yang pucat pasi, seputih mayat hidup.

"Lo belom sarapan ya? Lo tunggu disini bentar, gue ke kantin dulu, beli makanan." Nathan bangkit dari tempat duduknya dan berlari ke laur aula, tepatnya ia menuju ke kantin belakang sekolah.

"Eh, Nathan! Gak,gak usah-" BRUK! Jean terjatuh dan tak sadarkan diri lagi ketika ia mencoba untuk berdiri dan menyusul Nathan. Tepat pada saat itu, seorang laki- laki menggendong Jean dan langsung membawanya ke ruangan UKS.

"Jean! Jean!" Anak- anak OSIS ribut di luar rungan UKS karena Jean pingsan.

"Udah, kalian jangan bikin ribut di sini! Nanti Jean bukannya sembuh, malah tambah sakit kalau kalian di sini." Bu Bethany, guru Biologi yang terkenal sangarnya, muncul seketika di hadapan para murid dan membuat mereka terdiam seribu bahasa.

"Iya Bu." Dalam sekejap, koridor tersebut menjadi sunyi senyap.

"Udah dipanggil dokternya?" Bu Bethany bertanya kepada pak Felix, pembina OSIS SMA Vreden yang berjaga di luar ruangan UKS.

"Sudah, Bu." Pak Felix menjawab.

***

"Ah-" Jean membuka sedikit matanya, dan ia melihat wajah yang sangat familiar, tetapi ia tidak dapat melihat dengan jelas, karena kepalanya masih terhuyung- huyung.

Tak lama kemudian, sosok tersebut pergi. Beberapa menit kemudian, Jean yang sudah tersadar sepenuhnya, mencoba untuk duduk, dan ia melihat Nathan, yang berada di sampingnya, sedang membuatkan teh manis untuknya.

"Nathan.." Jean memanggil nama Nathan dengan lirih.

"Lo udah bangun? Tadi gue kaget banget pas tau lo pingsan. Makanya gue buru- buru ke sini. Lo kenapa sih emangnya?" Nathan menyuguhkan teh manis hangat yang sudah ia buat.

"Gak apa- apa kok. Palingan Cuma kecapean. Sama, ya...gue belum sarapan sih." Jean menghirup teh manis yang sudah Nathan suguhkan dengan hati- hati. "Lo kenapa sih, kayaknya khawatir banget sama gue? Padahal kan lo masih murid baru, dari Amerika lagi." Jean menatap Nathan.

"Ya, itu karena....gue..."Nathan menunduk. Jean hanya memperhatikan Nathan sambil mengangkat alisnya.

"Karena gue-" Perkataan Nathan terputus karena seorang dokter telah membuka pintu kaca dan masuk ke dalam ruangan UKS yang ditempati oleh mereka berdua.

"Permisi, nama saya dr. Marie Abella dan saya merupakan dokter di sini. Saya dengar ada seorang murid yang jatuh pingsan-" Matanya tertuju pada Jean yang duduk di atas ranjang UKS. Ia melihat name tag yang dipakai oleh Jean, yang masih terkalung di lehernya. "Oh, Jeannie Harrington, panitia acara ini?" Ia melanjutkan.

"Eh, i-iya, Dok." Jean mengangguk pelan.

"Baiklah, mohon, Anda keluar sebentar, ya." Dokter Marie tersenyum kepada Nathan, dan Nathan membalikkan badannya, segera berjalan keluar dari ruangan UKS.

***

Jean diperbolehkan tidak usah mengikuti acara perlombaan hari ini, tetapi karena hari ini ia harus mementaskan drama Cinderella, sebagai perwakilan dari kelas XI-1, karena dalam tahap seleksi, kelompok mereka masuk ke babak final. maka ia memutuskan untuk hadir pada pukul tiga nanti, karena perlombaan drama akan dimulai pukul empat.

"Lo gak hadir juga gak apa- apa kok. Peran Cinderella bisa diganti sama Chrysella." Nathan mengacak- acak rambut Jean dengan lembut.

"Eh.. enak aja. Gak bisa gitu dong. Mana bisa diganti- ganti. Udah, gue bisa dateng kok, tenang aja." Jean menurunkan tangan Nathan dari kepalanya.

"Bilang aja lo gak rela kalo entar gue dansa sama Chrysella." Nathan meledek.

"Dih, pede gila." Jean mengangkat satu alisnya.

"Oh, iya, Nath, lo bisa main piano, kan? Hari Selasa besok gue harus tampil, nyanyi lagu 'Almost is Never Enough', lagunya Ariana Grande ft. Nathan Sykes, buat acara opening." Jean memohon, dengan tangan yang terlipat kepada Nathan.

"Bisa kok. Gitar juga gue bisa. Hehe." Nathan mau promosi ceritanya. "Penyanyinya kok ada nama gue? Gue tau lo itu ternyata salah satu dari fans gue, yakan?" Nathan meledek lagi.

"Tuh, kan. Pedenya mulai, dah." Jean menghembuskan nafas.

"Tapi ada syaratnya, ya." Nathan melanjutkan.

"Apaan?"

"Besok lo harus nge-date sama gue. Okay? Okay lah. Sampai ketemu jam tiga sore nanti." Nathan mengedipkan matanya, lalu berjalan pergi.

"Gue belom jawab juga. Dasar, teman durhaka." Jean berbicara sendiri.

----------------------------------------

Jadi, ada yang bisa tebak, siapa laki laki misterius yang menggendong Jean ke UKS? Jawabannya tunggu di part selanjutnya ya! Vomments jangan lupa! Thankyouu ^^

Penulis

Alice




StarlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang