Ini sudah dua minggu sejak The Viva Cup selesai. Baiklah, mungkin Viva Cup tidak terlalu dipermasalahkan, karena sebentar lagi anak- anak kelas X dan XI akan pergi berlibur-alias retreat ke Daerah Istimewa Yogyakarta.
Memang retreatnya masih sebulan lagi, tetapi, ketika kepala sekolah SMA ini-Bu Daisy Clips mengumumkan hal ini ke tiap- tiap kelas, semua murid sangat bahagia. Tentu saja mereka bahagia, karena mereka akhirnya bisa refreshing dari semua kepenatan yang mereka jumpai di sekolah setiap hari.
"Baiklah, jadi, biayanya adalah-" Mrs. Daisy menaikkan kacamatanya yang turun dari batang hidungnya sambil membacakan kertas yang sedang ia pegang. "-satu juta rupiah untuk setiap anak." Seketika, kelas XI-1 menjadi riuh.
"Mahal banget, jir." Jean protes.
"Tau yak." Vero nyambung.
"Nanti, kita akan bermalam di sebuah hotel bintang empat, empat hari dan tiga malam." Bu Daisy melanjutkan.
"Bu, ada Wi-Fi gratis gak, di sono??" James bertanya dengan suara yang lantang. "Ada." Ketika Bu Daisy menjawab, kelas menjadi tambah heboh.
Jean masih duduk diam, memikirkan soal biaya retreat. Keluarganya memang bukan orang yang miskin, ataupun kaya raya. Keluarganya yang sederhana hanya bergantung pada penghasilan dari ibunya setiap bulan yang bekerja sebagai karyawati di sebuah kantor pemerintah.
Penghasilan ibunya digunakan untuk membeli kebutuhan sehari- hari, membayar uang sekolah ketiga anaknya, membayar tagihan listrik, air, dan yang lainnya. Memikirkan soal biaya ini membuat Jean khawatir. Ia tidak boleh membuat ibunya bekerja lebih keras hanya karena permasalahan ini.
"Pembayaran paling lambat tanggal 1 Desember, karena kita akan berangkat pada tanggal 17 - 20 Desember. Sekian." Bu Daisy keluar dari kelas. Seisi kelas berisik karena membicarakan hal ini.
"Jean! Lo pasti ikut kan?" Anne memutar badannya kebelakang untuk berbicara dengan Jean.
"Gue gatau. Belom pasti." Jean menjawab ragu.
"Yah....gue denger, di hotelnya ada kolam renang. Kalo lo jadi ikut, bawa baju renang ya. Oke." Anne tersenyum, kemudian kembali menghadapkan badannya ke depan.
Jean masih bimbang. Memutuskan antara ikut dan tidak. Jika ia ikut, maka beban bagi ibunya akan semakin berat. Nathan yang duduk di samping Jean dan sepertinya mengetahui kerisauan hati teman sebangkunya, mulai memutar otaknya agar Jean bisa ikut dalam retreat ini apapun caranya.
***
Hari demi hari pun berlalu. Kini, kalender menunjukkan tanggal 30 November, yang berarti besok adalah hari terakhir membayar uang retreat. Jean yang sampai sekarang belum membayar uang retreat menjadi gelisah. Apakah ia tidak akan ikut? Akan tetapi, hatinya sangat ingin mengikuti retreat kali ini. Pada pagi hari sebelum Jean berangkat sekolah, ibunya memberikan lima lembar uang seratus ribu rupiah kepadanya.
"Kamu bayar setengah dulu aja, deh ya." Ibunya memberikan uang tersebut kepada Jean dengan wajah yang muram. "Maafin Mama yang gak mampu bayarin kamu sepenuhnya." Eliza tersenyum kecil.
"Gak apa- apa kok, ma. Makasih banyak loh, Ma. Udah ya, Jean pergi dulu." Jean mengambil lima lembar uang tersebut, lalu melangkahkan kakinya keluar dari pintu gerbang rumahnya.
Saat istirahat, dengan hati yang sedikit berat, Jean masuk ke ruang guru. "Permisi.." Matanya mulai mencari meja Ms. Jennifer-wali kelasnya. Kakinya pun mulai melangkah mendekati meja yang terletak di paling pojok.
"Miss, maaf ya, saya baru bisa bayar segini doang." Jean memberikan lima lembar uang yang ia keluarkan dari dalam kantong roknya.
"Bukannya kamu udah bayar ya?" Ms. Jen berkata dengan entengnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Starlight
Novela Juvenil[COMPLETED] Keluarga. Persahabatan. Cinta. Manakah yang akan kau pilih? Jeannie Harrington. Itulah namanya. Nama seorang gadis yang telah mengalami kepahitan hidup sejak usianya yang masih belia. Ia kini tumbuh sebagai seorang gadis yang membenci la...