Pagi itu, Vero dan Anne sudah mondar- mandir di dalam kelas, membuat Chris—yang sudah datang pagian hari ini, pusing tujuh keliling. "Weh, sumpah, ini si Jean kapan sih, datengnya? Dia kan biasanya dateng paling pagi pulang paling pagi. Lah ini, batang hidungnya aja kagak keliatan." Vero memunculkan kepalanya keluar dari pintu kelas, ingin melihat, siapa tahu ada tanda- tanda kedatangan dari Jean, tetapi hasilnya nihil.
Waktu sekarang menunjukkan pukul 07.45, ketika Anne melihat ke koridor melalui jendela kelas. Ia menyibakkan tirai putih yang berdebu itu dengan hati- hati. Dari dalam jendela kelas, ia dapat melihat—"Weh, siap- siap! Jean udah otw ke sini."
Baiklah, kini, Vero sudah duduk berduaan dengan Chris di kursinya, dan Anne langsung melesat keluar pintu untuk menemui Jean. Sesampainya diluar kelas dan bertemu dengan Jean, ia langsung saja menarik tangan Jean untuk mengikutinya, tetapi Jean menahan diri agar tidak bergerak dari tempatnya berpijak.
Anne menghentikan langkahnya dan membalik badannya agar dapat melihat wajah sahabatnya itu. "Jean! Temenin gue ke toilet yuk, kebelet gue." Well, rencana mulai dijalankan. Anne memasang muka melas yang lagi kebelet, yang membuat Jean super duper gak tahan melihatnya.
"Ih, tapi gue naroh tas aja belom. Minta temenin Vero, gih." Jean melepaskan telapak tangan Anne yang mencengkram pergelangan tangannya dengan erat.
"Vero gak mau. Dia lagi pacaran sama Chris. Masa gue jadi nyamuk. Ayolah, ya? Ya? Tasnya biar gue suruh Vero yang taroh." Anne tersenyum dengan puppy face-nya yang bikin Jean benar- benar merasa iba dan tak mampu menolaknya. Fix, rencananya berjalan dengan mulus sesuai dugaan.
Akhirnya, Jean menghirup nafas dalam- dalam, lalu menjawabnya singkat, "Yaudah."
Kini saat yang paling ditunggu- tunggu Anne. Jean akhirnya melepaskan tas ranselnya yang berwarna cokelat muda dari belakang pundaknya, lalu memberikannya kepada Anne yang sedang memanggil Vero.
"Nih, Ver." Anne memberikan tas ransel Jean kepada Vero dengan senyuman di wajahnya. Ya, senyuman untuk memberikan kode kepadanya bahwa rencana selanjutnya segera harus dilaksanakan.
Setelah Anne membawa Jean pergi, stage yang selanjutnya adalah mengerjainya. Vero sekarang sudah sibuk mengobrak- abrik tas ransel sahabatnya itu. Matanya mulai mencari sebuah buku berwarna biru laut—buku PR Bahasa Inggris yang nanti pada saat pelajaran terakhir akan dikumpulkan kepada Ms. Jenni.
"Aha! Ketemu!" Mata Vero berbinar- binar ketika berhasil mendapatkan buku itu. Pada saat itu juga, Nathan baru saja memasuki kelas. "Woi, Nath! Lo tau gak, kalau hari ini Jean ultah?" Vero langsung saja membuka pembicaraan ke topik utama.
"Tau lahhh. Hadiahnya aja udah gue persiapin dari jauh- jauh hari. Bahkan nih ya, kalender gue udah ampe gue lingkarin di tanggal 22 Januari!" Nathan menjawab dengan semangatnya sambil menaruh tas ranselnya di samping tempat duduk Jeannie.
"Oh, kirain lo kagak tau. Gue baru mau suruh lo buat nyuekkin dia sepanjang hari ini, biar dia bete, getoh." Vero memutar bola matanya sambil tersenyum miring
"Gue sih udah nyuekkin dia tadi pas berpapasan di koridor. Keliatannya sih dia kesel abis gara- gara gue kacangin." Nathan terkekeh pelan.
"Weh, gue kasih tau rencana kita." Vero memutar kursi yang berada di depan Nathan dan duduk berhadapan dengannya.
***
Bel istirahat kini sudah berbunyi dengan nyaringnya. Jean yang tanpa mengatakan sepatah katapun langsung melesat keluar kelas dengan bekal ditangannya dan menuju ke roof top Vreden.
Wajar saja ia tak ingin berkata- kata, karena sepanjang hari ini tak ada satupun yang menggubrisnya ketika ia berbicara. Dikacangin lah gitu istilahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Starlight
Teen Fiction[COMPLETED] Keluarga. Persahabatan. Cinta. Manakah yang akan kau pilih? Jeannie Harrington. Itulah namanya. Nama seorang gadis yang telah mengalami kepahitan hidup sejak usianya yang masih belia. Ia kini tumbuh sebagai seorang gadis yang membenci la...