[Jean's POV]
Ini sudah begitu lama, sejak kejadian itu terjadi. Tepatnya, sudah enam bulan. Hari ini tanggal dua puluh Desember. Hari- hari menjelang Natal.
Seharusnya, hari- hari menjelang natal itu terasa bahagia. Ya, tetapi buatku, sama saja. Sama menyakitkannya. Hari- hari yang kujalani selama enam bulan ini bagaikan neraka bagiku.
Memasuki kelas dua belas. Sungguh jauh berbeda dengan kelas sebelas dulu. Dan aku, merindukan masa- masa itu.
Masa- masa dimana aku dan dia masih bersama.
Masa- masa dimana ia masih mengejarku.
Masa- masa dimana ia masih memelukku
Masa- masa dimana ia masih menjadi bintangku.
Masa- masa dimana—
Dia masih mengingatku.
Aku ingin masa- masa itu kembali.
Karena sangat menyakitkan bagiku, ketika mengingat masa- masa itu. Jika aku diberi tiga permintaan, maka yang pertama, aku akan meminta agar waktu bisa kembali diulang, kembali ke masa- masa itu. Karena aku masih ingin mencintainya. Yang kedua, aku ingin agar peristiwa kecelakaan itu tak pernah terjadi. Dan yang ketiga, aku mungkin akan meminta,
Agar ingatanku dihapuskan.
Dan jika bisa, lebih baik, aku akan meminta agar aku tak pernah bertemu denganmu, dibandingkan harus melupakanmu.
Karena melupakanmu itu merupakan sesuatu yang mustahil buatku.
Tetapi, melepasmu pergi adalah salah satu caraku untuk menyayangimu.
Apakah mencintai seseorang itu harus sesakit ini? Inilah yang menjadi hal tersulit dalam sebuah kisah cinta. Jika kau siap untuk mencintai seseorang, maka kau harus siap untuk terluka. Kau harus siap, jika suatu saat ia akan pergi, menghilang dari hadapanmu.
Dan aku pikir, aku sudah siap.
Dan nyatanya belum.
Dan yang lebih menyakitkannya lagi, aku harus berpura- pura menjadi seseorang yang tidak mengenalnya.
"Lo...siapa?" Ia bertanya kepadaku, ketika aku datang menjenguknya. Dan di sana—juga ada Anne.
"Gue—gue...."Aku menatap Anne sebentar, lalu mengalihkan pandanganku ke arahnya. "..saudara tiri lo," aku mencoba untuk menelan ludahku sendiri. Sakit rasanya. Ku membenci kenyataan ini. Aku dapat melihat mata mereka berdua yang kini membulat sempurna.
"Gue punya saudara tiri?" Nathan menaikkan satu alisnya. Aku hanya mengangguk pelan. "Nama lo?"
"Jeannie Harrington," Aku menjawab, singkat. Ia hanya mengangguk- anggukkan kepalanya. "Jadi ini yang namanya Jeannie?" Ia melihatku secara rinci, dari ujung kepala sampai ke ujung kaki. "An, jadi dia ini yang lo bilang punya nama sama kayak lo?" Nathan menoleh ke arah Anne yang sedang duduk di sampingnya. Aku dapat melihat ekspresi wajah Anne yang berubah, drastis.
"I-iya," Anne menjawab sambil menganggukkan kepalanya.
Aku hanya menggigit bibir bawahku. "I-ini. Gue cuma mau nganterin makanan ini. Pemberian dari mama. Udah ya, gue balik,"
Memori itu sangat menyakitkan. Ia kini hanya menganggapku saudara tirinya, yang ia perlakukan seperti adiknya sendiri. Adik tirinya. Dan tak lebih dari itu.
Padahal, aku sangat ingin, status kami lebih dari itu. Di sekolah, ia menyuruhku untuk berpura- pura tidak mengenalnya.
Karena kenyataannya, ia kini membenciku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Starlight
Teen Fiction[COMPLETED] Keluarga. Persahabatan. Cinta. Manakah yang akan kau pilih? Jeannie Harrington. Itulah namanya. Nama seorang gadis yang telah mengalami kepahitan hidup sejak usianya yang masih belia. Ia kini tumbuh sebagai seorang gadis yang membenci la...