"Jean, itu kan cowo yang pas hari Sabtu kemaren ada di toko buku!" Vero menyenggol sikut Jean yang duduk di sampingnya.
"Oh, si cowok nyebelin itu ya?!" Jean tersentak. "Tuh cowok ngapain sih, sekolah disini, sekelas lagi, ish!" Jean memonyongkan bibirnya lagi. Salah satu ciri khas Jean kalau lagi marah; bibirnya maju lima senti.
"Baiklah, Nathan, kau bisa duduk di belakang sana." Ms. Jenny menunjuk kursi kosong yang terletak paling belakang, dan berjarak satu kursi disamping Jean. Kebetulan saja, kursi yang berada di antara Jean dan Nathan memang lagi kosong karena jumlah muridnya yang ganjil, yaitu 25.
"Jean, kayaknya dia bakalan duduk di samping lo, deh." Anne, yang duduk di depan Jean memutar badannya seratus delapan puluh derajat.
"Bukan kayaknya lagi, An. Emang iya." Jean berbisik.
"Salam kenal, nama gue Nathan." Nathan mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Jean. Jean hanya menatap telapak tangan Nathan yang berada tepat di depannya dengan tatapan yang dingin.
"Dih, ini orang, dibaik- baikin malah ngajak ribut." Nathan membalas dengan nada nyolot.
"Lo gak inget di hari Sabtu heh?" Jean masih marah.
"Oh, jadi lo, yang ada di toko buku pas hari Sabtu kemaren? Maaf, gue cuman bercanda. Gausah baper gitu, dong." Nathan menarik tangannya kembali. Jean memutar bola matanya ke arah Ms. Jenny yang sedang menuliskan kandidat ketua kelas di papan tulis.
"Karena ini hari pertama, jadi kita akan melakukan pemilihan ketua kelas dulu, ya." Ms. Jenny tersenyum. Guru tercantik di SMA Vreden-Ms. Jenny. Sekalinya dia tersenyum, murid- murid langsung terpana. Bukan cuma murid saja, guru-guru cowok yang masih single, seperti Pak Ethan, si guru olahraga yang wajahnya 11-12 sama artis- artis luar negeri itu pun langsung tersepona. Terpesona maksudnya.
Akhirnya, Nathan terpilih menjadi ketua kelas.
Chrysella, sang primadona kelas XI-1, buru- buru mengucapkan selamat kepada Nathan. "Nathan...selamat yaa...udah jadi ketua kelas..." Chrysella tersenyum.
"Eh, i-iya, makasih. Nama lo...Chrysella ya?" Nathan tersenyum ke arah Chrysella dan membuat semua anak perempuan di kelas XI-1 menjadi heboh.
"Iya." Chrysella tersenyum dan menunduk malu- malu, lalu, ia membalikkan badannya, dan menuju ke arah teman- temannya.
"Weh, liat deh, tuh si Chrysella gatel atau gimana sih, udah kayak gak pernah salamin orang aja." Anne memutar badannya ke arah Jean.
"Tau. Minta digaruk pake garpu iblis." Vero nyambung.
"Maklumin aja lah udeh, namanya juga Chrysella, si tuan putri yang pedenya melebihi langit ketujuh." Jean membalas sambil menatap Chrysella sinis.
"Tapi, kok Nathan bisa tau namanya Chrysella? Ngefly tuh dia jadinya." Anne menunjuk Chrysella yang masih tertawa gak jelas bersama teman- temannya, atau yang lebih tepat disebut gengnya-Threecy; Chintya, Chrysella, Chelsea dengan bibir monyongnya.
"Kita kan pake name tag."
***
Hari pertama akhirnya selesai. Murid- murid SMA Vreden berhamburan keluar dari pintu gerbang sekolah yang berwarna cokelat dengan tekstur kayunya. Sekarang waktu menunjukkan tepat pukul dua belas siang. Kini matahari membara di atas kepala. Sudah panas, ditambah dengan jalanan yang penuh dengan debu, itulah ciri khas Ibu Kota Jakarta.
"Jean, lo pulang sama siapa?" Vero memberhentikan Jean di depan pintu gerbang sekolah.
"Naik kereta lah, kayak biasanya. Kenapa? Mau ikut?" Jean menawari Vero sambil mengangkat satu alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Starlight
Teen Fiction[COMPLETED] Keluarga. Persahabatan. Cinta. Manakah yang akan kau pilih? Jeannie Harrington. Itulah namanya. Nama seorang gadis yang telah mengalami kepahitan hidup sejak usianya yang masih belia. Ia kini tumbuh sebagai seorang gadis yang membenci la...