[4] KERKEL

6.6K 496 9
                                    

"Jean! kita satu kelompok!" Teriakan tersebut berasal dari depan Jean-Anne.

"Iya. Tapi ada masalah."

"Apaan, emangnya, Jean?"

Jean melirik teman sebangkunya. "Nathan sekelompok sama kita. Chrysella juga. Hadeh...gue ketua lagi," Jean mengeluh.

"Apa lo, sebut- sebut nama gue?" Nathan yang mendengar namanya disebut, langsung menengok.

"Liat noh, di papan. Kita sekelompok" Jean menyahut malas.

"Bagus. Gue makin cintah sama Miss Jen."

"Kenapa?"

"Karena dia udah mempertemukan kita berdua."

***

"Akhirnya, pulang juga. Jean, lo pulang sama siapa?" Anne yang sedang merapihkan tasnya menoleh ke belakang.

"Ya...kayak biasa. Naik kereta. Kenapa?" Jean menjawab sambil memakai tas ransel di belakang punggungnya.

"Oh, mau ikut gue gak? Atau lo mau bareng Nathan?" Anne yang sekarang sudah bersiap untuk pulang, kembali bertanya.

"Ah, gak usah, An. Gue naik kereta aja." Jean berjalan keluar kelas, diikuti Anne dibelakangnya.

"Ehem,"

Mereka berdua langsung menengok ke belakang.

"Thomas? Ngapain lo di sini?" Anne yang terkejut melihat Thomas-sang pangeran sekolah yang sedang bersandar ke tembok koridor sekolah.

"Nungguin Jean lah, biasa, mau gue anter pulang." Thomas ngerocos.

"Masih belom nyerah aja, lo. Hebat." Anne berjalan pergi. "Jean, gue duluan, ya. Inget kerja kelompok jam empat nanti ya! Di rumah lo. Oke?"

"Iya sipp. Tenang aja." Jean mengangkat jempolnya.

"Dih, bilang aja lo juga mau gue anterin." Thomas yang percaya dirinya terlalu tinggi, langsung menyahut.

"Enak aja." Anne menoleh kebelakang sebentar, lalu ia kembali menuruni tangga.

"Yuk, pulang." Thomas menarik tangan Jean.

"Apaan, sih? Gue pulang sama Nathan, hari ini gue ada kerja kelompok agama. Gue udah janji sama dia." Jean melepaskan tangan Thomas dari pergelangan tangannya. Jean ngelesnya bisaan ae. Itu sebenarnya cuma buat terhindar dari modusannya Thomas atau malah mau modusin Nathan? Eh. Enggalah, Jean enggak demen sama cowok. Lah? Trus dia demen sama cewek emangnya?

Tuh kan, jadinya malah makin ngaco.

Tenang, Jean masih normal kok!

"Lo ngapain, narik- narik tangan Jean segala?" suara tersebut berasal dari belakang Jean, yang tak lain adalah Nathan, yang memang sudah menguping pembicaraan antara Jean-Thomas dari tadi.

"Oh, ada Nathan ya?" Thomas tersenyum licik.

"Hari ini gue mau kerja kelompok drama buat pensi nanti sama Jean, jadi gue yang anterin dia." Nathan memasukkan tangan kiri ke kantong celananya.

Untung aja si Nathan bisa diajak kompromi. Jean menghembuskan nafas lega. Gak tau kenapa, pada saat- saat situasi darurat begini nama Nathan langsung muncul di kepalanya.

"Udah, ayo, Nath, pergi." Jean buru- buru menuruni tangga.

"Awas aja, lo, Nath, lain kali." Thomas memperlihatkan tatapan mautnya.

***

Motor merah yang telah ditumpangi oleh dua orang itu melaju dengan cepat dan membelah jalan raya. Suara lalu lalang kendaraan mengiringi suasana canggung antara mereka berdua.

Jean hanya menundukkan wajahnya di pundak Nathan, takut kalau nanti ketemu sama fans- fans berat Nathan di tengah jalan. Bisa- bisa besok dia babak belur dah di sekolah.

Tapi, hitung- hitung, setelah bertemu dengan Nathan, Jean jadi semakin berhemat karena tidak perlu membeli tiket kereta lagi.

Beberapa lama kemudian, motornya berhenti berjalan, dan Nathan menurunkan kedua kakinya ke tanah.

"Dah, sampe." Nathan mematikan mesin motornya, dan melepaskan helm merah miliknya. Pada saat itu juga, ibunda dari Jean, Eliza, sedang ingin membuka pintu gerbang untuk menyapu halaman depan. Ketika melihat anaknya sudah pulang, dan ditemani oleh seorang laki- laki, ia hanya tersenyum dan mengatakan;

"Eh, anak mama udah pulang, bawa siapa ini?"

"Temen, ma. Nanti mau kerja kelompok."

"Ayo, masuk aja."

"Eh, iya, Tan," Nathan tersenyum.

"Kamu gak usah takut begitu sama tante, lagian juga tante gak bakal makan kamu kok. Jean dianter cowok pulang mah udah biasa. Jadi kamu santai aja." Eliza menerangkan.

Baru saja Jean ingin memasuki ruang tamu, ketika ia mendengar suara gaib memanggil namanya.

Eh, salah.

"JEANNNNNNN!!!!" Suara toa Vero digabungkan dengan suara speaker Anne, dan hal tersebut sudah terjadi berulang kali, sampai pak Alfonso, tetangga mereka, selalu mengoceh kepada Eliza, mamanya Jean setelah dua spesies tersebut pulang.

"Woi! Suara lo berdua, ah! Semua tetangga ntar pada bangun, trus keluar, eh yang ada malah lo berdua yang babak belur." Jean membuka gembok yang tergantung pada pintu pagar rumahnya.

"Chrysella mana?" Jean menengok kanan-kiri untuk mencari Chrysella, tuan putri kelas XI-1

"Gak tau. Telat palingan." Vero mengidikkan bahunya.

"Yaudah, ayo mulai aja, kerkelnya. Masuk aja." Jean membukakan pintu untuk kedua orang sahabat karibnya.

***

Setelah satu jam mengerjakan, akhirnya naskah drama selesai ditulis. Mereka akan mementaskan drama Cinderella dalam bahasa Inggris. Sepakatlah, Jean jadi Cinderella, Nathan jadi Prince Charming, Vero dan Anne menjadi kakak tiri dari Cinderella, dan Chrysella menjai ibu tirinya. Chrysella, yang sudah datang paling terlambat dan mendapatkan role player sebagai ibu tiri, membuatnya ngomel- ngomel selama kerja kelompok.

"Siapa suruh lo dateng telat, hah?" Vero akhirnya angkat suara.

"Gue tadi ada urusan-" Perkataan Chrysella dipotong oleh Jean, yang langsung berdiri dari tempat duduknya. "-Ayo latihan aja." Jean memegang kertas naskah drama yang baru saja ia buat.

"Dalam adegan yang ini, gue harus pegangan tangan gitu sama Nathan?" Jean menaikkan satu alisnya sambil menunjuk ke naskah drama, tepatnya di adegan dimana Cinderella sedang berdansa bersama pangerannya ketika pesta dansa dimulai.

"Kenapa? Lo gak mau pegangan tangan sama orang ganteng? Atau lo malu ya, gara- gara mau pegangan tangan sama gue?" Nathan melirik Jean.

"Pede gila, lo." Jean memutar bola matanya.

"Udah, Nath, kalo Jean gak mau, mending lo sama gue aja. Sama orang cantik." Chrysella menggandeng tangan Nathan yang berada di dekatnya.

"Pede gila, lo." Nathan mengulangi ucapan Jean tadi, dan itu membuat Jean memonyongkan bibirnya.

"Lo, ya Nath, kalo ngomong," Jean menatap Nathan sinis. "Suka jujur," Jean melanjutkan sambil tersenyum, dan gigi putihya terlihat, seperti iklan pepsodent, berani unjuk gigi.

--------------------------------------------

Maaf, kalo part kali ini pendek yaa kwwkwk. tadi sebenarnya panjang banget, trus aku potong- potong percakapan yang menurut aku ngebosenin, jadi yaaa......begini. Gapapalah ya. Oke, Vomment! :*

Penulis

Alice






StarlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang