[26] TERKEJUT

3.2K 255 4
                                    

[Author's POV]

"Jean, lo disuruh masuk sama Miss Jenni." Vero menghampiri Jean dengan wajah datarnya yang serius. Jean mulai memelas. Dia sudah tau pasti ia akan mendapat hukuman dari Miss Jenni—guru favoritnya itu. Jean hanya mengangguk pelan, lalu ia mulai berjalan masuk ke dalam kelas dengan patuhnya. Ketika ia membuka pintu ruang kelasnya yang berwarna abu- abu gelap itu—

DUAR!!!

"HAPPY BIRTHDAY JEANNIE HARRINGTON!!!!"

Jean kini berdiri mematung di ambang pintu. Suara peletusan balon dan teriakkan dari teman- teman sekelasnya membuatnya hampir saja jantungan. Oh, dia hampir saja lupa. Hari ini tanggal 22 Januari—hari ulang tahunnya yang sudah lama ia tunggu- tunggu. Bahkan, angka 22 telah ia lingkari dengan spidol warna merah di kalender meja belajarnya.

Ini semua karena ia bangun telat, jadi ia tak sempat melihat kalender. Ia bukan pengingat yang baik—ini semua karena kejadian tiga tahun yang lalu. Tapi anehnya, Jean tak ada masalah dalam pelajaran, dan selalu mendapatkan peringkat pertama di kelasnya dan juga peringkat umum.

Tes.

Setitik air mata akhirnya jatuh mengalir ke pipinya yang merah karena perasaan yang bercampur aduk. Kesal, marah, panik, takut, khawatir, senang, bahagia, kaget, dan terharu, semuanya menjadi satu. Ia menutup seluruh wajahnya dengan kedua telapak tangannya, sambil membalikkan badannya ke arah pintu.

"Jean, udah, jangan nangis. Udah tambah tua, malu sama anak bayi." Ledek Anne dari belakang. Jean akhirnya membalikkan badannya dan mengelap pipinya yang basah.

"Aduh, sumpah, gue gak nyangka bakalan dikasih surprise kayak gini." Jean berkata dengan suaranya yang terisak- isak karena habis menangis. "Ini pertama kalinya gue dikasih beginian....makasihh bangett..." Jean tersenyum, dengan hidung dan matanya yang masih memerah.

"Haha, sama- sama. Eh, waitttt kuenya baru datenggg.." Vero menunjuk ke arah pintu kelas—tepatnya di belakang Jean, menggunakan dagunya. Seorang laki- laki yang jangkung masuk dengan kue ulang tahun berlapis cream di tangannya. Tujuh belas lilin telah menyala dan menancap di atas kue ulang tahun itu. Ya, ini adalah ulang tahun ketujuh belasnya. Orang zaman sekarang bilang dengan istilah 'Sweet Seventeen.'

"Cieeeeeeeeeeeeeeee........." Serbuan teriakan dan siulan menyerang Jean, ketika laki- laki itu—Nathan, membawakan kue ulang tahun untuknya. Jean masih berdiri di tempat, dengan wajah yang memerah. Bukan karena marah atau apa, tetapi ia salting, alias salah tingkah. Tunggu, kapan Nathan keluar kelas? Oh iya, tadi kan ia sempat tertidur sebentar saat menjalani hukuman dari Miss Jenni. Jadi, bisa saja Nathan keluar pada saat- saat itu.

Ruangan kelasnya kini terlihat sangat—fancy. Balon- balon menempel di setiap ujung langit- langit kelas. Mana lagi ada kertas crep yang membalut tiang- tiang kelas mereka. Papan tulisnya pun dihiasi dengan bunga- bunga cantik dengan tulisan dengan tulisan 'Happy 17', dan dibawahnya terdapat banyak balon yang bertebaran. Para murid masing- masing memegang balon huruf, sehingga jika digabungkan akan membentuk kalimat 'HAPPY SWEET SEVENTEEN JEANNIE.' Memang semuanya ada 26 huruf. Jadi, huruf terakhir, yaitu huruf 'E', dipegang sendiri oleh Miss Jenni.

Kini hatinya benar- benar sudah melompat kegirangan. Ia sama sekali tak membayangkan bahwa hal seperti ini akan terjadi pada hari ulang tahunnya yang ke-17. Jika dibandingkan saat ia masih kelas 10, ini benar- benar jauh berbeda. Dulu saat ia berulang tahun, teman- teman satu sekolah tak ada yang mengucapkan. Hanya Vero dan Anne yang mengetahui tanggal ultahnya Jean. Tak ada yang lain, hanya mereka berdua. Well, kecuali keluarganya ya.

"Jeannie, Happy Birthday ya sayang...maafkan saya kalo tadi aktingnya terlalu galak. He-he." Ms. Jenni terkekeh pelan sambil memeluk murid kesayangannya itu.

Wait, What? Akting? Jean kini mulai memahaminya. "Veroooo, Annneeeee!!!! Lo kemanain buku PR gueeee???!!!" Setelah lepas dari pelukannya Ms. Jenni, Jean langsung saja menghampiri kedua makhluk—sahabatnya itu yang sudah cengar- cengir sendiri karena rencana mereka berdua telah berhasil.

"Ehhh, ngomongin itu entaran aja ya, hehe. Sekarang kita potong kue duluuu...." Anne langsung mengalihkan topik pembicaraan sambil kabur ketika Jean mendekatinya. Jean kini menatap Nathan—orang yang udah mencuekinya mati- matian hari ini. Sampai- sampai, rasanya Jean mau langsung melempar tuh kue ke mukanya Nathan langsung. Saking keselnya!

Tapi, untuk sekali lagi, ia tak mampu. Senyuman manis Nathan telah membuat hati Jean meluluh. Jean mulai menghampiri Nathan dengan mulutnya yang monyong. Walaupun sebenarnya hatinya udah jingkrak- jingkrak kesenangan. "Potong, potong, potonggg!!!!" Seru teman- temannya sambil menepuk tangan ria. Jean menoleh kebelakang sebentar, lalu ia mengambil pisau plastik kue ultah yang terletak di atas meja di sampingnya.

"Yeyyyyy!!!! Udah dipotongggg!!!! Yukkk serbuuuuu...." James yang hari ini tak sempat istirahat gara- gara dihukum oleh dua guru killer, sudah keroncongan tingkat dewa. Bukan musik pop lagi yang terdengar dari dalam perutnya, meliankan musik rock. Menggelegar suaranya. Berandal mah susah, ya.

"Eiitttt eiiittt tungguuuu duluuuuu...." Ms. Jenni menghentikan keributan anak murid kelasnya ini. "Kue pertama mau dikasih ke siapaa Jeann??" Ms. Jenni—yang sebenarnya masih ABG, mulai tersenyum jahil ke arah Jean dan Nathan yang saling berhadapan.

Jantung Jean berdegup tak karuan sekarang. Mana sekarang potongan kuenya udah ada di atas pisau kue yang ia pegang lagi. Duh! Makin bingung aja dianya. Dan tanpa basa- basi, orang yang kini berada di hadapannya langsung melahap kue tart cokelat yang berada tepat di depan mulutnya. Sekali lagi, suara heboh, teriak- teriakan dan siul- siulan mewarnai pesta ulang tahunnya yang ketujuh belas ini.

"Ih, dasar, belom gue tunjuk juga orangnya!" Jean menyubit lengan Nathan yang sedang memegang kue tart-nya.

"Ih, jangan cubit- cubit napa. Entar ini kue jatoh, loh. Sayang, kan. Mahal loh kuenya." Nathan menatap Jean dengan jarak yang sangat dekat. "Lagian juga tuh potongan kue pertama buat gue kan?" Nathan tersenyum jahil.

"Ihhhh!!! Pede gila lo!!! Udah sana, hushhh hushhh....Haram!!" Jean mendorong kepala Nathan jauh- jauh, untuk berjaga- jaga jika nanti Nathan dapat melihat wajahnya yang kini mulai memerah dan jantungnya yang sedang lari marathon. Nathan terkekeh pelan, dan Jean hanya menatap wajah laki- laki itu lama, sebelum akhirnya teriakan Vero membuyarkan lamunannya.

"JEANNN!!!!" Vero menepuk pundak Jean dari belakang.

"Eh, i-iya?" Jean menoleh spontan.

"Mau tau tadi rencananya gimana gakk??"

"Maulah! Masih aja ditanya!"

"Ya, jadi ceritanya itu....."

----------------------------------------------

Hello Bello! WAHAHAH author updatenya cepet banget yak? Biasalah, tangan dah gatel kagak ngetik seminggu #lebay. Ya, jadi ini sebenarnya rencana si Vero-Anne buat ulang tahunnya Jean yang ketujuh belas tahun. Jadi, ada yang bisa menebak gimana rencananya Vero-Anne? Salurakan di komen yaa, hihi....

Oke, sekian. Vote and comment ya, thankyouuu :*

Salam Penulis

Alice


StarlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang