[3] TEMAN SEBANGKU

7.9K 534 18
                                    

Alohaa!! Di mulmed ada wajahnya Chris loh xixixi♡ ganteng yak kwkww lol

Happy reading♥

---------------------------------------

Hanya butuh dua bulan bagi Nathan untuk menjadi populer, khususnya di kalangan kakak kelas. Namanya pun masuk dalam deretan cowo- cowo yang level kegantengannya tinggi- tinggi di SMA Vreden. Bukan hanya cewek biasa yang terkesima melihat Nathan, sampai Febby Abella, sang ketua Cheerleader dan juga sebagai primadona sekolah pun melirik Nathan.

Wajar saja, karena setelah masuk ke dekingan-nya Thomas Jansen, seorang yang menjadi buah bibir sekolah, nama Nathan melonjak pesat. Belum lagi karena ia masuk ke tim futsal, yang terkenal dengan sebutan 'macan sekolah' karena setiap kali mereka mengikuti lomba dimanapun dan kapanpun, pasti selalu menang.

"Woi! Ngelamun mulu. Mikirin siapa lo?" Chris yang baru saja datang langsung mengagetkan Nathan yang sedang duduk dengan tatapan kosong di kursinya.

Nathan hanya melirik Chris sebentar, lalu memutar bola matanya.

"Eh, lo lagi deket sama Jean ya?" Chris bertanya.

Sekali lagi, tak ada jawaban dari Nathan.

"Mau gue kasih tau soal Jean ga?" Well, pertanyaan Chris kali ini berhasil membuat yang ditanya menoleh dengan tatapan 'maulah, masih aja ditanya.'

"Lo tau gak sih, kalo Jean itu gak punya bapak?"

Nathan tertegun mendengarnya. Ia tak dapat berkata apa- apa. "Emang lo tau dari mana? Enggak mungkin lah." Nathan yang mengira bahwa hal tersebut hanyalah sebuah kebohongan, kembali memalingkan wajahnya.

"Dih, gak percaya. Tapi gue baru dengar- dengar doang sih, dari anak- anakannya Chrysella. Hehhe." Chris tertawa kecil.

"Oh iya, Jean itu, walaupun dia cakep ya, udah gitu body nya perfect banget, tapi dia itu anaknya sederhanaaaaaa.......... banget. Dia itu, ke sekolah itu pasti selalu naik kereta. Kalem banget lagi anaknya. Nggak pecicilan kayak spesies macam Chrysella. Udah gitu pinter lagi. Behh, kalo udah dapetin Jean ya, gue gak mau ngelirik cewe lain lagi, dah." Chris menelan ludahnya, dan bersiap- siap untuk melanjutkan penjelasannya yang belum selesai.

 "Soalnya, Jean itu tipe cewe yang susah didapetin. Mantan aja cuma satu. Banyak tuh, kakak kelas yang deketin Jean, termasuk Thomas, tapi ujung- ujungnya gak berani nembak. Takut ditolak katanya." Chris melanjutkan. 

"Wow. Emang mantannya Jean itu siapa?" Nathan kembali bertanya.

"Gatau. Katanya sih pas dia masih kelas delapan, kelas SMP 2 gitu lah." Chris menjawab dengan gaya tangannya. Mereka berdua gak sadar, kalau di sampingnya ada seorang perempuan yang telah duduk dengan manis menatap mereka berdua dari tadi.

"Udah selesai gosipnya?" Perempuan itu--Ms. Jenny, dengan sorot mata yang tajam, memandangi mereka berdua.

"Kalian ini cewe apa cowo hah? Nge-gosip kerjaannya! Jadi banci Thailand aja noh, sekalian. Bel masuk bunyi aja sampe gak di dengerin, ada guru di depan juga gak diperhatiin. Bagus sekali ya!" Ms. Jenny menjewer kuping mereka berdua.

"Eh, iya, ampun Miss, ampun." Mereka berdua berteriak kesakitan.

"Nathan! Kamu ya, sebagai ketua kelas, bukannya beri contoh yang baik, malah ngobrol aja kerjaannya! Udah, kamu nanti saya pindahin di samping Jean aja, biar tenang."

Ms. Jenny menunjuk ke kursi di sebelah Jean yang kosong karena Vero sedang menemani Jean pergi ke toilet. Biasalah, anak cewe.

"Itu kan tempatnya Vero, Miss." Nathan mengelak.

"Udah, nanti Vero duduknya sama Chris aja." Ms. Jenny memukul meja Nathan menggunakan rotan yang ia bawa untuk mengisyaratkannya agar gerak cepat. Walaupun terkenal sebagai guru yang cantik, tetapi ketika Ms. Jenny marah, sudah tidak bisa ditolerir. Mengalahkan macan betina yang ada di kebun binatang dah.

Jean dan Vero yang baru kembali dari toilet terkejut melihat Nathan yang sudah ada di samping tempat duduknya. Tepatnya, di tempat duduk Vero. "Lo ngapain di sini? Balik sana, ke tempat duduk lo." Jean mengusir Nathan.

"Gue disuruh sama Ms. Jen." Nathan menjawab dengan singkat, padat dan jelas.

"Lah, terus gue duduk di mana? Sama siapa?" Vero bertanya dengan wajah yang memelas.

"Lo disuruh duduk sama Chris." Nathan menjawab dan menengok ke arah kanan, tempat duduk di sebelah Chris yang kosong. Chris hanya tersenyum ria.

"Bohong," Jean membalas.

"Kalo lo gak percaya, tanya sendiri."

Jean hanya memutar bola matanya kesal sambil menggeser kursinya agar tidak dekat- dekat dengan makhluk yang berada di sampingnya.

"Dih, gue gak bakal makan lo kok!" Nathan yang melihat tingkah Jean langsung protes.

"Kalo deket- deket lo ntar gue jadi haram."

Sementara itu, Vero sudah duduk dengan nyaman di samping Chris. Pasangan yang serasi.

***

"Baiklah anak- anak, sekarang saya akan membagikan kelompok untuk memantaskan drama pada saat 'The Viva Cup' nanti ya." Ms. Jenny mengambil spidol yang berada di dalam kotak pensilnya, dan mulai menuliskan nama- nama kelompok serta drama apa yang akan di pentaskan di papan tulis.

"The Viva Cup?" Nathan menoleh kepada Jean, yang sedang sibuk mencatat nama- nama kelompok yang Ms. Jenny tulis di papan tulis.

"Woi, gue nanya." Nathan mengambil buku yang sedang Jean tulis, dan itu menyebabkan kertas tersebut tercoret satu garis yang panjang.

"Ish! Tuh kan, kecoret jadinya. Balikin buku gue." Jean mencubit pinggang Nathan, yang berhasil membuat Nathan menyerah dan mengembalikan buku yang ia pegang kepada pemiliknya.

"Lagian, gue nanya gak disahutin." Nathan menggosok-gosok pinggangnya yang barusan terkena serangan dari Jean.

"Emang lo nanya apaan?" Jean berhenti menulis.

"Viva Cup itu apaan?" Nathan bertanya dengan wajah polos.

"Oh, itu, kayak cup yang dilaksanakan di SMA Vreden setiap setahun sekali, buat acara open house gitulah. Trus, ntar ada pensi juga, sama bazaar gitu. Sekolah kita juga ngajak sekolah lain buat tanding futsal, basket, marching band, dance, dan lainnya." Jean menjelaskan.

"Ohh... jadi, ini drama buat pensi nanti?" Nathan mengangguk- anggukan kepala tanda ia mengerti.

"Iya. Mana gue OSIS lagi, beh, bakal sibuk banget gue pasti." Jean kembali melanjutkan menulis

"Gue boleh bantuin kagak?"

"Emangnya lo bisa bantu apa coba?"

"Bantuin doa."

"Gak usah ngomong lo sekalian."

----------------------------------------------









StarlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang