Bab 5. Double Trouble

17.9K 1.3K 56
                                    

Jonathan terlambat.

Ah, kau pasti hanya ber- oh ria jikalau mendengar Jo yang seorang murid paling nakal dan sering menghabiskan waktu belajar di kantin untuk merokok atau ngemil Chiki rasa keju bersama kedua sahabat sebleng-nya. Dan pastinya di fikiranmu takkan terlintas kalau Jo akan panik dan huru-hara. Tentunya itu adalah hal yang lumrah bahkan patut dilakukan bagi seorang Jo.

Tapi kali ini berbeda. Saat pelajaran Matematika Bu Isma bukanlah waktu yang tepat untuk telat masuk dan malah asyik santai di kantin hanya untuk makan Chiki lagi. Siapapun takkan mengira, wajah Bu Isma yang mirip Ayu Tingting mengubur sebuah fakta kalau Bu Isma telah dinobatkan menjadi salah satu guru paling killer di SMA Dharmabangsa. Pelajaran Bu Isma adalah dimana kau akan mengalami gejala sesak nafas dan mabuk kendaraan tingkat akut. Siapapun yakin, pelajaran Bu Isma adalah uji nyali paling menyeramkan ketiga setelah pergi ke nikahan mantan dan ketemu pocong di [MASIH] Dunia Lain.

Dan sialnya Jonathan malah mengalami kesialan bertubi-tubi dengan terlambat, dimarahi guru piket dan Bu Isma lalu tidak mendapat sarapan yang layak dari abangnya. Bisa dibayangkan, hati ini Julian tidak memasak karena katanya dan papanya akan pulang dari Medan nanti sore. Sementara lagi tadi, Julian Hanya bermalas-malasan di kamar sambil bermain Piano Tiles 2 di Androidnya. Itu membuat cacing di perut Jonathan berorkestra dengan riuhnya di dalam sana.

Entah berapa kilometer per jam kecepatan yang ditempuh motor Jonathan agar bisa sampai ke sekolah sebelum Bapak Satpam berkumis setebal ulat bulu menutup gerbang. Pernah sekali ketika dia dihukum push up sebanyak 50 kali gara-gara ketahuan menerobos gerbang utama setelah 10 menit terlambat. Biasanya sih Jonathan melewati gerbang samping bersama Valdi dan Rendi. Tapi sayangnya nyalinya terlalu ciut untuk pergi menerobos seorang diri ke gerbang penguji adrenalin itu. Banyak terdapat pecahan kaca dan kawat berduri yang menghalangi siapapun yang tetap ngotot ke sana. Dan sesekali, selalu ada anjing pitbull milik warga sekitar berlalu-lalang yang makin menambah seram gebang itu.

Beruntungnya, Dewi Fortuna masih memberinya sedikit keberuntungan untuk selamat dari malaikat kegelapan berlabel 'satpam'. Kali ini dia lolos dan bisa lewat gerbang utama. Karena satpan itu (katanya) sedang pergi memfotokopi.

Tapi keberuntungannya hanya berakhir pada detik ini, saat Bu Isma telah menjemputnya di pintu kelas XI IPA 4 dibarengi dengan tatapan setajam pisau pemotong daging. Seketika mulut Jonathan terbuka--menunjukkan keterkejutannya.

"Jonathan! Sini kamu!" Sembur Bu Isma.

Jonathan menghampiri Bu Isma dengan wajah tertunduk.

Mata Bu Isma melotot seperti mau keluar dari tengkoraknya, "Jonathan! Ini mau jam 8! Kenapa Kamu baru datang ke sini?! Kamu kira sekolah ini punya kakek kamu?"

Jonathan berubah ekspresi, mencoba menenangkan dirinya. "Bu lebih baik istigfar,nggak baik loh Bu marah-marah terus. Nanti wajahnya cepet tua."

"Kok kamu malah ceramahin saya?! Mau jadi kyai?!" Cerocos Bu Isma.

"Bu, gini ya, kalo ceramah, saya nggak bakalan ada di sini. Pastinya bakalan ada di mimbar. Ah si Ibu ini, ngelawaknya nggak lucu!" Jonathan menepuk pelan pintu kelas XI IPA 4 dengan gerakan melambai.

Bu Isma malah balas tertawa--namun terdengar dipaksakan-- kepada Jonathan sambil mencubit tangannya sekeras mungkin, "Ah kamu juga Jo, nggak lucu. Kalau mau ngelawak mah Ibu nggak bakalan di sini, pastinya sekarang lagi stand up comedy sama Mas Cemen."

"Aduh... sakit Bu." Ringis Jonathan. "Udah ya Bu, saya nggak sabar pengin belajar."

"Pengin belajar apa ketemu Jena?" Goda Bu Isma.

Seketika mata Jonathan terbelalak untuk sekian kalinya. Kenapa Bu aisma masih membahas Jena di depannya. Ah ternyata, mungkin guru-guru belum tahu perkembangan terbaru tentang hubungan percintaan para muda-mudi di sekolah ini. Termasuk hubungan Jena dan Jo.

Jena And JoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang