Istirahat. Tentu saja hampir seluruh murid-murid bertumpah ruah memenuhi sudut-sudut kantin layaknya pasar kaget setiap Minggu pagi. Tak bisa dibayangkan betapa tipisnya oksigen yang melayang bebas di tempat ini karena sesak dan penuh dengan makhluk bernyawa berjuluk 'manusia'. Bau aneka jajanan, snack, dan makanan berat menusuk-nusuk indera penciuman mereka.
Begitu pula dengan Jena yang sedang menyantap siomay pedas plus perasan jeruk nipis. Kelihatan lesu dan memikirkan sesuatu. Berbeda dengan Delia dan Ghenia, duduk bersantai di bangku paling pojok dekat foodcourt sambil bergosip tentang hamster mereka yang baru saja beranak. Sungguh pemborosan waktu.
Di belahan kantin lain, ada Jonathan bersama kedua sejolinya siapa lagi kalau bukan Valdian dan Rendi. Duduk berseberangan dengan Jena namun suara mereka selalu bikin heboh kantin. Contohnya Valdian si dewa hardcore dengan musicbox berbentuk minuman sodanya. Lagu-lagu band-nya seringkali diputar dengan volume full dan membuat gendang telinga siapapun pecah dan keluar darah dibuatnya.
Mata Jena memindai seisi kantin yang luasnya hampir menyamai dua kali lapangan basket. Dia hanya duduk mendengarkan obrolan kedua sahabatnya ini yang tak pernah kehabisan topik. Siomay favoritnya hanya diaduk-aduk dan ditatap sejenak. Ia masih memikirkan kejadian semalam lalu tentang makan malamnya di rumah Jonathan.
"Kenapa mukanya ditekuk gitu, Jen?" Tanya Ghenia selepas berhenti bercerita tentang si Anastasia, hamsternya yang baru saja pindah kandang.
Jena menjauhkan piring siomay darinya, "Gue lagi nggak nafsu makan."
"Loh kenapa?! Lo sakit?" Imbuh Delia panik kemudian meraba kening Jena dengan punggung tangannya.
"Nggak..." Jena menepis tangan Delia yang baru saja mendarat di keningnya. "Lagi males gue."
"Kalo gitu, siomay-nya buat gue ya?" Ujar Ghenia polos.
Jena mengangguk.
Terdengar suara memanggil nama Delia dari penjuru sana. Dekat kursi yang diduduki Jonathan c.s. Tapi, mungkin saja itu memang dari kursi Jonathan. Nampak Rendi tengah melambaikan tangannya ke arah kursi Jena.
"Kayaknya Rendi manggil gue tuh!" Tukas Delia girang. " Lo berdua tungguin gue."
Sedetik kemudian Delia langsung melesat ke kursi Jonathan cs. Menghampiri pacarnya siapa lagi kalau bukan Rendi. Sementara Jena dan Ghenia ia suruh menunggu, bukankah itu menyebalkan?
"Pacaran mulu si Delia!" Sungut Ghenia memanyunkan bibirnya.
"Makanya nyari pacar kek atau lo terima aja si Doni. Kasian dia..."
Tiba-tiba ada seorang siswi yang menghampiri mereka berdua. Memakai kacamata bundar dan rambut yang dikepang ekor kuda. Dari tampilannya bisa dibaca kalau dia ini anak kelas 10. Dia tak berani menampakkan wajahnya ke arah Jena dan Ghenia. Sedari tadi, hanya menunduk memandangi lantai.
"Kak..." Panggilnya dengan suara serak juga pelan.
"Ngapain panggil gue?" Ketus Ghenia memajukan wajahnya beberapa senti agar bisa melihat wajah anak itu.
"Anu..."
"Apa? Jangan buang-buang waktu deh." Sambung Jena dengan nada tak kalah ketusnya.
"Kak Jena dipanggil sama Bu Reni ke kantor guru, katanya belum ngumpulin makalah." Tuturnya.
Jena mengerutkan keningnya, berfikir keras. Ada apa lagi dengan tugas makalahnya. Bukankah makalah Bahasa Inggrisnya sudah dikumpulkan dua hari yang lalu. Asal kalian tahu juga, bukan hanya Bu Isma yang merupakan guru paling killer di SMA Dharmabangsa. Tapi Bu Reni pun tak kalah menakutkannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jena And Jo
Novela JuvenilJena merasa hidupnya semakin tidak bisa ia mengerti semenjak putus dari pacarnya, Jonathan. Banyak yang kembali. Banyak yang tergores lagi. Banyak hal yang tidak bisa ia bayangkan sebelumnya. Dan semua yang terjadi menyadarkannya pada sesuatu. Y...