Bab 9. All About Him

17.6K 1.1K 140
                                    

"Kak E...van?"

Beberapa kali, Jena masih sempat mengerdipkan matanya tak percaya. Semuanya dirasa terlalu klise untuk dicerna kembali. Evan? Bagaimana ia bisa bertemu kembali dengannya setelah sekian lama menjaga jarak dengannya di situasi yang sangat mendukung fantasi liarnya menggeliat? Membayangkan beberapa hal yang sempat ia idamkan saat menatap wajah Evan. Rahangnya yang kokoh, bola mata dengan pupil keabuan, bibir yang tebal berwarna merah muda dan juga fisik setegap ksatria dengan kuda putih yang ditungganginya.

Sementara disisi lain imajinasi liar Jena, Evan hanya mengerutkan dahi dengan tingkah laku orang disampingnya yang mendadak berhenti berkedip dan terpaku beberapa saat. Lalu ia baru sadar dengan perubahan Jena yang berbeda hampir 180 derajat sejak ia terakhir kali berpapasan dengan gadis itu. Sewaktu ia masih kelas 10, dia benar-benar sangat terlihat lugu. Mukanya polos seperti tanpa bedak bahkan jauh dari yang namanya goresan lipstick dan sapuan bedak padat. Kemudian dia melirik gaya berpakaian Jena yang tampak lebih modis dan trendi, lebih dari Jena beberapa bulan lalu yang selalu menggenggam wadah kacamata dan memakainya sewaktu berhadapan dengan Evan. Matanya sekarang terliahat belo dilengkapi lensa kontak berwarna coklat, senada dengan warna mata aslinya.

Jena mengerjap pelan ketika Evan melepas pegangan tangannya dan mendudukkan gadis itu di bangku. Pipinya bersemu malu dan senyum-senyum sendiri mengingat betapa memalukannya ia yang jatuh terpelanting tadi. Jena pun terdengar cegukan dan ia langsung membungkam mulutnya rapat-rapat.

"Kenapa Jen?" Tanya Evan, ia duduk di samping Jena.

"Nggak apa-a...pa kok, mungkin efek ja...tuh tadi." Sahut Jena santai dengan tangan yang masih menutup mulut.

"Oh gitu." Evan menghela nafas panjang lalu menyandarkan punggungnya pada bangku koridor. "Gue udah lama nggak barengan sama lo, Jen. Palingan liat lo kalo lagi olahraga di lapang sana." Tangan Evan terangkat dan menunjuk ke arah lapang yang berjarak cukup dekat.

"Aku udah la...ma nggak le...wat sini. Soalnya ma...les." Bibir Jena mengerucut seiring Evan yang mendekatkan wajahnya.

"Kenapa?"

"Ya ma...les." Tekan Jena agar Evan tak menanyainya tentang hal itu lagi.

"Males ketemu gue?" Tanya Evan.

Pertanyaan itu sempat membuat Jena larut dalam fikirannya. Ia enggan memikirkan kejadian masa lampau yang membuatnya merasa ilfeel.

"Eng...gak!" Jena menggeleng cepat.

"Jangan-jangan, abis itu, lo jadi benci sama gue?"

"Itu a...paan?" Jena bertanya balik.

"Iya itu, waktu lo..."

***

Seluruh siswa berhamburan keluar kelas saat mereka mendengar sebuah kegaduhan yang bersumber dari area lapang basket. Hampir seluruh celah-celah lapangan dikerubungi siswa dan siswi. Tak terlewat satupun. Mereka hanya melihat satu hal di sana. Hal yang sangat aneh, menjijikkan bahkan jarang terjadi.

Ada Evan dan Jena sedang berdiri berhadapan di tengah lapang!

Seluruh saksi mata tampak tercenung, tak habis fikir dengan apa yang akan dilakukan oleh seorang siswi kelas 10 memakai kacamata dan sebuah buku catatan yang menggantung di lehernya. Wajahnya sungguh-sungguh memandang pemuda di hadapannya ini. Tak ada rasa ragu yang terpampang pada sorotan matanya.

Sementara pemuda itu hanya senyum-senyum melihat tingkah laku Jena yang membuatnya penasaran. Ia hanya menurut bagai kerbau dicocok hidung.

"Kak E...van," Ujarnya dengan kepala tertunduk, ia pun terdengar sedang cegukan.

Jena And JoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang