Davin sedang sibuk dengan berkas-berkas AFIBS yang sedang ia pelajari. Backgroud para pengajar, kegiatan formal dan non formal di sekolah, kurikulum, sistem penilaian, dan segala hal yang berbau dunia pendidikan. Ia tengah duduk di ruangan kepala sekolah, tangannya mengetuk-ngetukkan bolpoin ke meja dan membuat nada yang tidak beraturan di sana. Davin menghela napas pendek. Keputusan ayahnya untuk mengangkatnya sebagai Kepala Sekolah bisa dibilang terlalu terburu-buru. Davin baru saja menamatkan gelar masternya, ditambah lagi, ia belum ada pengalaman mengajar di sekolah--dan memang bukan itulah tujuannya kuliah dengan jurusan Aqidah Filsafat. Davin bukan ingin menjadi seorang pengajar di dalam kelas. Jauh dari itu, ia ingin menjadi 'pengajar' bagi masyarakat luas, mengenalkan aqidah dan menguatkan pondasi iman setiap insan yang hatinya belum pernah tersentuh islam.
Bunyi notifikasi ponsel menggantikan detik jarum jam yang sedari tadi terdengar keras karena ruangan terlalu sunyi. Davin mengambil ponselnya yang terletak di atas meja dan membaca kabar apa yang baru sampai ke ponsel pintarnya.
Davin tersenyum tipis, itu adalah pesan--atau lebih tepatnya undangan pernikahan yang di kirim Vira melalui aplikasi LINE. Ia mengetukkan jarinya di atas layar ponsel, membalas pesan Vira.
Davin Praditya: Ngundang pernikahan di LINE gini kayak ngundang main get rich. Gak sopan.
Terdengar balasan lagi.
Sevira Azalea: Hehehe, maaf ya, Davin... abis udah ngasih undangan ke rumah yang di Jakarta, katanya udah gak tinggal disitu. Pindah-pindah mulu, kayak Pitecantropus Erectus.
Davin tersenyum masam dan membalas pesannya lagi. Ia juga baru teringat kalau alamat yang Vira ketahui adalah alamat tempat kosnya dulu di Jakarta, sedangkan Davin sudah meninggalkan tempat itu sepuluh tahun yang lalu. Vira tidak mengetahui alamat orang tua Davin baik yang ada di Jakarta maupun yang ada di bilangan Tangerang Selatan.
Davin Praditya: Oh iya belum ngabarin ya udah pindah. In Sha Allah bisa ke sana. Semoga gak ada halangan sampai hari H ya!
Tiga detik kemudian Vira membalas.
Sevira Azalea: Oke. Makasih doanya. Aamiin..
Setelah selesai membalas pesan Vira, ia kembali meletakkan ponselnya di atas meja. Satu-persatu teman SMA-nya telah mengirim undangan pernikahan. Meskipun baru kali ini ia akan menghadirinya, tapi beberapa kali ia sempat mendengar teman-teman SMA-nya sudah menikah dan memiliki seorang anak. Davin mensengus kesal, ada sedikit rasa sakit di hatinya. Mengingat kejadian dua tahun yang lalu, saat ia kembali mengetahui kabar cinta pertamanya sekaligus mendengar bahwa sahabatnya telah melamar perempuan yang selalu ia tunggu itu.
Harapannya sirna, ditambah lagi pihak keluarga mengenalkannya pada sosok Arsyila Romeensa, perempuan cantik keturunan arab dengan alis tebal dan hidung mancung. Baru Davin menyetujuinya, setelah undangan sudah disebar, Arsyila kecelakaan parah, dan pernikahannya tertunda. Dan sampai saat ini, ia masih sendiri tanpa mengetahui kabar perempuan yang sejak SMA itu telah ia cintai.
Davin menghela napas pendek, segera bangkit dari kursi. Hari ini ia harus mencari kado pernikahan untuk Vira. Teman lama SMA-nya, sekaligus sahabat dekat cinta pertamanya di SMA.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Davin: Kembali [Completed]
Spiritual[BUKU KEDUA DWILOGI TENTANG DAVIN] Karena sejatinya, setiap dari kita akan kembali memulai kisah cinta--dengan orang, tempat, dan waktu yang tidak terduga. Catatan: 1. Disarankan membaca Jarak terlebih dahulu. 2. Ditulis ketika belum paham EBI dan t...