Sejak lima belas menit yang lalu, mata Davin masih fokus menatap perempuan dengan berbagai macam peralatan rumah sakit yang menempel di tubuhnya--yang Davin sendiri tidak tahu namanya. Davin masih bungkam, lidahnya kelu, bahkan untuk sekedar memanggil nama perempuan itu, Davin tak mampu.
Daritadi ia hanya mendengar penuturan Vira soal kecelakaan yang dialami Zula. Dari cerita Vira, Davin bisa menangkap beberapa informasi. Pertama, Zula sedang menginap di rumah Vira bersama Zaafa. Ternyata Zaafa demam tinggi sehingga kedua perempuan itu membawa Zaafa ke rumah sakit. Di malam pertama, Vira dan Zula menginap di rumah sakit. Kedua, malamnya Zula hendak kerumah Vira untuk mengambil beberapa keperluan Zaafa dan perempuan itu mengemudikan mobilnya sendiri, sedangkan Vira menunggu di rumah sakit. Ketika diperjalan, ada telepon dari kantor polisi yang menyatakan bahwa Zula kecelakaan parah dan langsung dilarikan ke rumah sakit yang sama dengan tempat Zaafa dirawat. Ketiga, Rasya memang sedang tidak ada dirumah, laki-laki itu sedang berada di New York karena profesinya sebagai arsitek membuat Rasya harus sering keluar kota bahkan sampai ke luar negeri untuk menyelesaikan pekerjaannya, tapi laki-laki itu sedang ada dalam perjalanannya menuju Jakarta. Sedangkan Zahira yang tidak lain adalah Ibu dari Zula masih dalam perjalanan dari Bandung menuju Jakarta. Jadi, rumah sakit yang lengang ini sangat sepi. Terlebih di ruangan ICU tempat Zula dirawat, hanya ada Vira dan Davin di dalamnya.
"Maaf ya, Vin, Vira panik tadi." Ia mengambil jeda sejenak, "Jadi Vira SMS Davin, nggak tau kenapa."
Davin mengangguk lemah. "Rasya sama bundanya Zula masih lama datangnya?" tanyanya sambil mengambil posisi duduk.
Vira mengedikkan bahunya. "Nggak tau, Vin. Mungkin sebentar lagi," katanya pelan, dari sudut bibirnya yang bergetar, Davin paham kalau Vira sedang menahan tangisnya.
"Suami kamu nggak nyariin? Nggak apa-apa kalau di sini?" tanya Davin sambil menatap kawan lamanya.
Vira menggeleng. "Udah izin, lagian dia memang lagi nggak ada di rumah, Vin." tuturnya lemah. "Tapi, Vin ... Davin beneran dari Bandung langsung ke sini?"
Davin hanya diam. "Zaafa gimana?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.
"Udah agak mendingan, sih. Tapi masalahnya dia perlu ASI dan Zulanya masih belum sadar."
Davin mengangguk paham. "Coba konsultasiin sama dokternya dulu baiknya gimana. Oh iya, dari kemarin di sini kan? Udah makan? Mau pulang buat ganti baju atau mandi nggak, Vir?" tawarnya kepada Vira.
"Boro-boro mikirin makan, Vin. Liat Zula gini nafsu makannya langsung hilang. Mandi juga belum."
Davin bangkit dari kursinya. "Yaudah Vira balik dulu aja ke rumah. Zula biar Davin yang jagain dulu. Lagian bentar lagi Rasya sama bundanya Zula datang, kan?"
Vira mengangguk. "Makasih ya, Vin." Kemudian, kedua orang itu keluar dari ruangan ICU.
"Kamar Zaafa dimana?" tanya Davin setelah mengantar Vira sampai pintu depan.
"Lantai tiga, tempat khusus baby gitu, tanya perawatnya aja. Soalnya bukan ruangan khusus per kamar gitu, Vin."
Davin mengangguk paham. "Oh iya, pulangnya naik apa?" tanyanya kepada Vira.
"Ini, suamiku lagi di jalan. Katanya bentar lagi sampai," balas Vira.
"Yaudah, hati-hati di jalan, Vir. Ke atas dulu, ya." Davin pamit dan langsung berjalan ke lantai tiga, tempat dimana Zaafa berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Davin: Kembali [Completed]
Espiritual[BUKU KEDUA DWILOGI TENTANG DAVIN] Karena sejatinya, setiap dari kita akan kembali memulai kisah cinta--dengan orang, tempat, dan waktu yang tidak terduga. Catatan: 1. Disarankan membaca Jarak terlebih dahulu. 2. Ditulis ketika belum paham EBI dan t...