[BUKU KEDUA DWILOGI TENTANG DAVIN]
Karena sejatinya, setiap dari kita akan kembali memulai kisah cinta--dengan orang, tempat, dan waktu yang tidak terduga.
Catatan:
1. Disarankan membaca Jarak terlebih dahulu.
2. Ditulis ketika belum paham EBI dan t...
"Pada suatu hari nanti jasadku tak akan ada lagi tapi dalam bait-bait sajak ini kau tak akan kurelakan sendiri
Pada suatu hari nanti suaraku tak terdengar lagi tapi di antara larik-larik sajak ini kau akan tetap kusiasati
Pada suatu hari nanti impianku pun tak dikenal lagi namun di sela-sela huruf sajak ini kau tak akan letih-letihnya kucari"
Davina tersenyum simpul membaca puisi yang ada di halaman pertama dari kumpulan puisi Sapardi Djoko Damono itu. Ia heran sekaligus senang bisa memiliki buku itu. Buku itu bukan hanya sekedar kumpulan puisi, tapi di dalamnya juga ada penjelasan makna-makna tersirat menurut penulis.
Kok Pak Davin tau ya kalau aku lagi nyari buku ini? Davina bertanya kepada diri sendiri. Kemudian ia menutup buku tersebut dan tangannya kembali menelusuri isi goodie bag. Ia mendapati sebuah buku yang cukup tebal dan besar. Kemudian, ia menarik buku tersebut keluar. Ternyata itu adalah buku yang sempat ia lihat di gramedia beberapa hari yang lalu.
Parenting Nabawi.
Davina membuka plastik yang masih membungkus buku tebal tersebut. Matanya menelusuri daftar isi di dalam buku. Ada banyak subbab yang menarik untuk di baca. Buku dengan 426 halaman itu adalah bekal baginya untuk menjadi orangtua yang baik. Bekal baginya untuk menjadi Ibu yang bisa mendidik anak-anaknya. Davina tersenyum simpul.
Ia kembali memasukkan kedua buku tersebut ke dalam goodie bag dan tangannya meraba secarik kertas. Davina membawa keluar kertas tersebut dan ada tulisan yang dibuat dengan tinta berwarna hitam.
Selama ini aku cuma belajar jadi seorang suami yang baik. Tapi, aku nggak pernah belajar jadi orangtua yang baik. Kita belajar bareng-bareng ya, Davina.
Davin Praditya
Seulas senyuman tipis tergambar di wajah Davina setelah ia membaca serentetan kalimat di dalam kertas itu. Ia hanya ... merasa bahwa setiap kata yang tertulis dalam kertas itu sama sekali tidak terlihat seperti Davin. Namun jauh di lubuk hatinya, entah sejak kapan perasaan itu menyelimutinya. Untuk pertama kalinya Davina yakin akan satu hal.
Ia sudah siap dengan fase selanjutnya dalam hidupnya. Ia sudah siap dengan sebuah ... pernikahan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Davin menepikan dirinya di balik tumpukan rak gramedia. Ia membuat jarak yang cukup jauh dengan perempuan yang sejak dua puluh menit yang lalu itu ia perhatikan. Dari mulai perempuan itu turun dari taksinya, berjalan mengitari mall, sampai akhirnya memasuki toko buku.
Bagus, di tengah-tengah kesibukannya menjadi kepala sekolah--Davin menyempatkan dirinya menjadi seorang penguntit.
Tidak lama terdengar suara Davina yang bertanya pada petugas gramedia.