IX: GURU BARU

10.7K 905 38
                                    

Empat calon guru telah selesai di wawancarai. Kini, giliran perempuan itu yang memasuki ruangan. Davin mencoba mengatur napasnya, kerja jantungnya memompa dua kali lebih cepat dari biasanya. Saat itulah terdengar ketukan pintu dan suara yang Davin kenali.

"Assalamualaikum."

Davin tersenyum samar. "Waalaikum salam, silahkan masuk."

Kemudian pintu terbuka. Perempuan dengan gamis batik berwarna peach dan kerudung berwarna broken white masuk keruangan Davin sambil menundukkan pandangannya. Davin menelan ludahnya, jantungnya memompa lebih cepat.

Perempuan itu mengadahkan pandangannya dan matanya bersitatap dengan Davin. Saat itulah wajahnya menegang, ia terkejut.

"Da-davin?"

"Iya Zu, ini aku." Davin membuang napas pendek.

Zulaikha Azzahra.

Akhirnya perempuan itu kembali hadir di kehidupan Davin. Kini Zula menggigit bibir bawahnya. Ia bingung harus berkata apa.

Davin juga ikut membeku, ia masih mengamati wajah Zula dari kejauhan. Tidak ada yang berubah. Matanya, alisnya, hidungnya, dan...

Zula tersenyum ramah.

....senyumnya.

Semuanya masih sama. Yang berbeda sekarang adalah; perempuan itu milik orang lain. Tiba-tiba saja rongga dada Davin terasa sesak. Ada sesuatu yang salah di dalam sana.

"Duduk, Zu," kata Davin setelah mereka berdua bungkam cukup lama.

Zula tersenyum simpul dan duduk hingga posisinya berhadapan dengan Davin. Ia memperhatikan wajah Davin yang membuat Davin salah tingkah. Ia segera mengamati berkas di hadapannya dan membaca sekilas tentang profile Zula--atau lebih tepatnya, ia mengamati potret wajah Zula di sana.

Zula hanya mengamati calon kepala sekolahnya itu. Davin masih sibuk--atau mencoba sibuk melihat tulisan di hadapannya bermenit-menit. Setelah merasa kalau ia hanya membuang-buang waktu, akhirnya ia menutup map itu dan melayangkan pandangannya kepada Zula.

Perempuan itu tersenyum.

Dan, senyuman itu membuat kerja jantung Davin lebih cepat.

"Hm, apa kabar, Zu?"

Zula mengernyit. "Kok nanyain kabar?"

"Emangnya nggak boleh?"

"Eh, y-ya boleh lah. Eng-engga. Kan aku di sini mau di interview, Vin."

"Iya. Yang sebelumnya juga sebelum di interview aku tanyain kabarnya dulu kok."

"Oh, aku baik. Kamu?" Zula terenyum lagi.

Dan, jantung Davin berulah lagi.

"Aku juga," jawab Davin dengan nada yang dibuat sesantai mungkin. "Lulus dengan dua jurusan sekaligus? Dari dulu kamu emang unpredictable, Zu."

Zula terkekeh pelan. "Jadi seorang Kepala Sekolah boarding school terbaik seprovinsi Banten? Aku baru tau kalau kamu juga unpredictable, Vin."

"Nggak nyangka kamu sehebat ini sekarang. Aku bangga," lanjut Zula.

Davin tersenyum tipis. "Jadi selain kuliah pendidikan SLB, kamu juga kuliah pendidikan dan bimbingan konseling?"

Zula mengangguk. "Iya. Kedua jurusan itu masih ada hubungannya. Jadi, bisa ambil dua-duanya."

Ada bungkam lagi cukup lama. Kemudian Davin menyandarkan badannya ke kursi. "Jadi ... kamu udah nggak tinggal di Bandung?"

Tentang Davin: Kembali [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang