Pagi ini kediaman rumah keluarga Praditya ramai. Setelah kedatangan Irsyad Praditya tadi malam, suasana di dalam rumah jadi tidak sesepi biasanya. Sekarang, di meja makan ada Irsyad, Khansa, Afsheen, Davin, dan Davina. Mereka semua tengah melahap sarapan pagi bersama.
Di sela-sela makan, Irsyad membelokkan pandangannya kepada perempuan berkerudung coklat itu. "Siapa nama kamu? Abi lupa, padahal udah dikasih tau sama Umi semalam." Irsyad tersenyum ramah.
"Davina, Pak Irsyad," jawab Davina seraya tersenyum kikuk.
"Da-davina?" Kini Irsyad yang menjadi sedikit gugup, matanya menerawang ke depan. Entah apa yang ia perhatikan. Ia kaget, kemudian ia meneguk air putih dan menormalkan kembali mimik wajahnya yang beberapa detik yang lalu menegang.
"Hm ... panggilnya Abi aja, lebih enak didengar dan hemat, nggak kepanjangan," kata Irsyad menambahkan. Kini ia tersenyum kecil.
Davina berhenti menatap makanan di hadapannya dan membalas ucapan Irsyad seadanya. "Iya, A-Abi," ucapnya dengan gugup ketika memanggil nama Abi. Itu terdengar tidak nyaman di telinga Davina sendiri. Semacam dia sudah menjadi bagian dari keluarga Praditya. Ucapan itu terdengar begitu akrab.
Irsyad kembali melanjutkan acara makannya, namun mimik wajahnya kembali menegang, matanya menerawang, seperti sedang mengingat atau memikirkan sesuatu.
"Kenapa, Bi? Kaget ya namanya mirip kaya Davin?" Davin menyeringai.
Ucapan Davin di timpali oleh Afsheen. "Afsheen juga kaget pas kenalan sama Kak Ina, namanya mirip kaya Kak Davin. Jangan-jangan ... kalian udah jodoh kali ya?"
Ledekan itu di sambut tawa kecil orang-orang yang ada di meja makan, kecuali Davina. Perempuan itu tersenyum kikuk.
"Afsheen ada-ada aja. Tapi jangan-jangan, Davina itu sebenernya adik Davin lagi? Yang terpisah sejak kecil?" Kini Davin yang mengeluarkan candaannya. Lagi-lagi terdengar tawa kecil, kecuali Irsyad. Wajahnya menegang dan ia tersenyum masam.
Menyadari perubahan mimik wajah suaminya, Khansa menyenggol pelan lengan Irsyad. "Kenapa, Bi?"
Irsyad menggeleng cepat. "Ayo kita buruan habisin sarapannya. Setelah ini Abi mau ke AFIBS. Mau ngecek. Ikut nggak, Mi?"
"Afsheen mau ikut!" Ajakan Irsyad malah di sambut antusias oleh Afsheen.
"Umi di rumah aja deh, lagian kalau ke sana juga ngapain? Mau beres-beres aja."
Irsyad hanya mengangguk dan melanjutkan sarapannya. Begitu pula dengan Davin, Davina, Khansa, dan Afsheen.
Mobil Davin tengah bekendara di jalan raya menuju AFIBS. Di dalam mobil, ada Irsyad yang duduk di kursi depan--serta Davina dan Afsheen yang duduk di kursi belakang. Davin masih sibuk memegang setirnya, Irsyad juga sibuk mengalihkan pandangannya ke arah jalanan, sedangkan Davina dan Afsheen memainkan ponselnya, sesekali mereka mengobrol kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Davin: Kembali [Completed]
Spiritual[BUKU KEDUA DWILOGI TENTANG DAVIN] Karena sejatinya, setiap dari kita akan kembali memulai kisah cinta--dengan orang, tempat, dan waktu yang tidak terduga. Catatan: 1. Disarankan membaca Jarak terlebih dahulu. 2. Ditulis ketika belum paham EBI dan t...