"Jelasin ke Davin ini maksudnya apa!" seru Davin sambil menyerahkan selembar foto itu kepada Irsyad yang sudah duduk di sofa ruang tamu. Baru kali itu Davin meninggikan suaranya di depan Irsyad. Rahangnya mengeras dan wajahnya merah padam.
Irsyad sedikit terlonjak kaget atas kehadiran Davin yang tiba-tiba dengan selembar foto yang ia simpan sejak dua puluh tiga tahun yang lalu. "Kamu temuin ini dimana, Vin?" tanya Irsyad parau sambil mengambil potret Mutia dan Davina yang ada di dalam foto itu.
"Nggak penting Davin dapetin itu dari mana. Pertanyaannya, dia siapa, Bi? Siapa Davina yang ada di foto ini?! Apa dia Davina yang sebulan lagi akan jadi istri Davin?!" Nada bicara Davin naik satu oktaf lebih tinggi dari sebelumnya. Bahkan Khansa dan Afsheen mendengar teriakan Davin segera menyusul ke ruang tamu.
Irsyad masih bungkam. "Kenapa Abi diam? Ini siapa, Bi? Davin punya adik perempuan? Kenapa Davin nggak pernah tahu sama sekali?! Apa lagi yang Abi sembunyiin dari Davin?!" tanyanya geram.
Khansa dan Afsheen yang baru sampai di ruang tamu membisu. Baru kali itu ia melihat Davin berteriak dan mengeluarkan emosinya membabi buta.
Irsyad menarik napas dalam-dalam. "Mungkin, ini sudah saatnya kamu tahu, Vin." Ia menatap Davin tepat di kedua manik matanya. "Iya, kamu punya adik perempuan. Usianya dua tahun dibawah kamu. Dua puluh tiga tahun yang lalu, Umi Mutia melahirkan bayi yang cantik. Dia sangat mirip dengan kamu, dia tumbuh menjadi anak perempuan yang cantik. Bahkan karena kecantikan dan kepolosannya, kamu selalu menjadi dia kemanapun."
"Bentar. Tapi Davin bahkan nggak tahu kalau Davin punya adik. Gimana bisa ... Davin dulu ngejagain dia?" tanya Davin bingung.
"Tolong biarkan Abi ngejelasin ini ke kamu dulu, Vin." Irsyad kembali mengambil napas. "Di masa kanak-kanak kamu dulu, kamu benar-benar menjadi kakak yang baik. Kamu mencintai dan menyayangi adik kamu dengan tulus. Kamu selalu temenin dia kemanapun. Kalau kamu liat dia menangis, kamu pasti akan cari tahu siapa orang yang bikin dia nangis dan orangnya langsung kamu marahin. Disaat adik kamu berusia lima tahun, adik kamu mengalami kecelakaan parah. Waktu itu Umi dan Abi sedang ada urusan di AFIBS dan kami berdua minta kamu untuk jagain adik kamu. Kamu senang banget dapat tugas itu. Tapi tiba-tiba Abi dapat telepon dari tetangga yang bilang kalau anak perempuan Abi kecelakaan karena ditabrak mobil yang melintas di jalan raya. Saat itu Abi dan Umi langsung pulang dan langsung bawa adik kamu ke rumah sakit. Tapi ternyata, adik kamu meninggal ketika di perjalanan. Lukanya terlalu parah dan dia kehabisan banyak darah. Dia nggak bisa ditolong lagi, Vin."
Davin masih menatap Irsyad dengan tatapan nanar. Ia merasa Irsyad sedang membacakan dongeng yang penuh dengan fantasi dan kebohongan.
"Semenjak adikmu meninggal, kamu jadi murung dan pendiam. Kalau Abi dan Umi tanya, kamu selalu bilang kalau kamu penyebab kematian adik kamu. Kamu nggak bisa jaga dia, kamu yang biarin dia pergi kejalanan karena nggak nurutin dia untuk temenin beli permen. Percaya atau enggak, dulu bahkan kamu sering melakukan hal-hal yang membahayakan diri kamu sendiri, Vin. Kamu jarang makan, kamu suka tiba-tiba berdiri di jalanan, kamu suka teriak sama Umi dan Abi 'Davin mau nyusul adik aja!' Kamu benar-benar ada di posisi yang sulit saat itu. Kamu sering menyalahkan diri kamu atas kematian adikmu."
Irsyad mengambil napas sebentar. "Setahun setelah kematian adikmu, disaat usia kamu delapan tahun, kita pergi umrah ke tanah suci. Semuanya baik-baik aja sampai pesawat yang kita tumpangi mengalami kecelakaan pas perjalanan pulang ke Indonesia. Dalam kecelakaan itu, kamu yang terluka paling parah. Dan ... dari situlah sebagian kenangan masa lalu kamu hilang. Termasuk memori kamu tentang adik kamu."
"Davin pernah amnesia?" tanyanya semakin bingung.
Irsyad mengangguk. "Tapi kamu masih kenal Umi sama Abi. Kenangan yang kamu lupakan itu soal adik kamu. Dokter bilang, hal itu terjadi karena adik kamu benar-benar seseorang yang berarti untuk kamu. Dan akhirnya Abi dan Umi sepakat untuk nggak mengungkit soal adik kamu lagi karena kamu jadi nggak pernah murung lagi, Vin. Kamu jadi lebih ceria dan nggak nyalahin diri kamu atas kematian adik kamu. Dan cerita itu kami simpan sampai sekarang. Itu adalah pertimbangan Abi dan Umi yang sangat sulit. Tapi semua itu juga demi kebaikan kamu, Vin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Davin: Kembali [Completed]
Spiritual[BUKU KEDUA DWILOGI TENTANG DAVIN] Karena sejatinya, setiap dari kita akan kembali memulai kisah cinta--dengan orang, tempat, dan waktu yang tidak terduga. Catatan: 1. Disarankan membaca Jarak terlebih dahulu. 2. Ditulis ketika belum paham EBI dan t...