Pukul enam pagi Davin belum pulang dari masjid. Laki-laki itu memang rutin sholat berjamaah di masjid dan untuk sholat subuh, ia akan pulang sekitar pukul enam karena akan menunggu matahari terbit terlebih dahulu dan melaksanakan sholat isyroq di sana. Davina sedang duduk di depan meja rias, memakai kerudung, dan bersiap untuk menyiapkan sarapan. Setelah kerudung selesai dipasang, perempuan itu berdiri dan menyiapkan kemeja, celana, dasi dan hal-hal yang diperlukan suaminya untuk berangkat ke sekolah. Davina duduk di tepi kasur dan pandangannya jatuh ke ponsel Davin. Ia melihat layarnya menyala, tanda bahwa ada satu pesan masuk di sana. Davina terdiam, ragu-ragu untuk membukanya. Pasalnya, selama mereka menikah baik Davin dan Davina selalu mejaga privasinya masing-masing. Maksudnya, ada beberapa hal yang memang hanya perlu diketahui untuk diri sendiri, kan?
Tapi pagi ini Davina sungguh penasaran karena sikap aneh Davin tadi malam. Setelah kemarin pagi Davina bergurau soal buah khuldi yang membuat Davin bingung setengah mati, malamnya sikap Davin berubah drastis. Jika paginya Davin selalu bertanya ingin apa kepada Davina sebagai ganti buah khuldi yang Davina jawab dengan seringai kecil karena ia memang hanya bercanda, malamnya Davin benar-benar apatis. Matanya fokus pada layar ponsel. Davina menangkap perubahan sikap Davin sejak laki-laki itu pulang di sore hari--yang Davina sendiri tidak tahu dari mana. Davin hanya berkata bahwa ia ada urusan penting.
Tangan Davina tergerak meraih ponsel Davin. Ia membuka kunci layar dan beruntung ponselnya tidak di beri passcode.
Pemandangan pertama yang ia lihat di ponsel Davin adalah sebuah pop-up message LINE dari seseorang, perempuan yang Davina kenal sebagai mantan pacar suaminya di SMA dulu; Zula.
Zulaikha Azzahra: Maaf baru bales. Aku lagi sibuk ngurusin Afa di rumah sakit karena Afa kena DBD. Kenapa kamu tanya itu?
Kening Davina berkerut. Daya analisisnya mulai berjalan.
Maaf baru bales.
Itu artinya semalam Davin yang lebih dulu mengetikkan pesan untuk Zula dan Zula baru membalasnya pagi ini. Atau mungkin semalaman mereka berdua saling bertukar pesan singkat dan balasan terakhir berhenti di Davin. Lalu Zula baru bisa membalasnya pagi ini. Tapi, pesan apa?
Aku lagi sibuk ngurusin Afa di rumah sakit karena Afa kena DBD.
Sudah jelas alasan Zula baru memegang ponselnya adalah karena Afa sedang sakit.
Kenapa kamu tanya itu?
Dari ketiga kalimat yang dikirimkan Zula, kalimat terakhirlah yang membuat Davina mengerutkan keningnya, bingung. Seberkas rasa penasaran bercampur cemas menggerayangi hati Davina. Beberapa pertanyaan muncul dan menari-nari di otaknya. Membuat perempuan itu tidak bisa berfikir positif--apalagi di usia kehamilannya yang menginjak satu bulan ini. Davina berpikir keras. Apa yang Davin tanyakan? Apa yang sebenarnya mereka berdua perbincangkan? Apa yang membuat Davin terlihat begitu gelisah dan memegang ponselnya semalaman? Terlebih lagi--dengan bertukar pesan dengan Zula. Ada apa?
Ditengah-tengah kesibukannya dengan memikirkan jawaban atas pertanyaannya, ponsel Davin berdenting sekali lagi. Pesan dari orang yang sama, dengan kalimat yang membuat Davina menahan napasnya.
Zulaikha Azzahra: Lebih enak kita omongin itu secara langsung. Kalau kamu takut Ina tau, kita obrolin ini di rumah sakit aja. Kamu datang aja ke RS Pelita Insani.
Davina mematung. Keinginan untuk membuka kolom chat antara Davin dengan Zula sudah memenuhi otaknya. Tapi kemudian ia menggeleng lemah. Ia letakkan kembali ponsel Davin di atas nakas dan mengunci layarnya ponselnya. Davina masih menunggu. Ia hanya berpikir bahwa mungkin Davin merahasiakan sesuatu kepadanya karena memang suaminya merasa hal itu belum tepat diceritakan. Tidak lama setelahnya, pintu kamar diketuk, Davina melihat Davin memasuki kamar dan menunjukkan senyuman terbaiknya, berusaha sebaik mungkin agar gurat sedih dalam wajahnya lima detik yang lalu tidak terlihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Davin: Kembali [Completed]
Spiritual[BUKU KEDUA DWILOGI TENTANG DAVIN] Karena sejatinya, setiap dari kita akan kembali memulai kisah cinta--dengan orang, tempat, dan waktu yang tidak terduga. Catatan: 1. Disarankan membaca Jarak terlebih dahulu. 2. Ditulis ketika belum paham EBI dan t...