XXXII: MALAM PERTAMA

13.2K 873 60
                                    

Ini apaan banget ya judul chapter-nya? Tapi tenang nggak ada unsur yang gimana-gimana, kok. Author-nya juga masih bau kencur. Ini malah lebih ke lucu-lucuan aja. 

Hope you enjoy this chapter and happy holiday! xx

Ketika kedua orang itu memasuki kamar, semuanya langsung gelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika kedua orang itu memasuki kamar, semuanya langsung gelap. Davina terdiam sesaat. Begitu pula dengan Davin.

Davin segera merogoh ponselnya dan membuka kuncinya sebagai pengganti penerangan untuk sementara. Ia melihat Davina yang ada di hadapannya. Perempuan itu tersenyum kikuk. "Kayanya mati lampu, Na. Aku cek dulu, ya." Davin segera membuka pintu kamarnya dan Davina menarik ujung bajunya.

Davin menoleh. "Wah, Na. Kok udah tarik-tarik aja? Sabar, dong. Aku nyalain lampunya dulu baru nanti kita--"

"Bukan, Pak." Davina melangkah pelan dan melepaskan pegangannya diujung baju Davin. "Saya ikut keluar juga, ya. Saya nggak mau sendirian di sini."

Davin mengatupkan mulutnya dan mengangguk paham. "Yaudah ayo." Baru saja ia ingin merangkul Davina tapi akhirnya ia sadar kalau Davina belum sampai ke tahap itu. "Mau pegangan?" tanya Davin.

Davina mengangguk dan langsung menautkan jari telunjuknya. Bergenggaman tangan ala mereka bedua. Genggaman tangan yang hanya mereka tahu. Keduanya berjalan menuju pintu luar untuk mengecek saklar. Ternyata mati lampu. Davin menghela napas pasrah.

"Mati lampu, Na." Ia duduk di kursi yang ada di teras rumahnya. Setidaknya, di sana tidak terlalu gelap. Davina duduk di sebelahnya. "Yah, nggak jadi dong." Ia bergumam kecewa.

Kening Davina berkerut. "Nggak jadi apanya?" Ia bertanya hati-hati.

"Nggak jadi melakukan hal-hal yang selayaknya sepasang pengantin baru lakukan ketika baru selesai melaksanakan resepsi pernikahan," jelas Davin. Ia melirik Davina, meskipun cahaya gelap, ia bisa menangkap wajah Davina berubah kaget bercampur gugup.

Davin terkekeh. "Maksud aku mandi, Na." Davina menghela napas pasrah. "Kan seharian kita pakai baju pengantin dan keringetan, hal yang harus dilakukan pertama kali mandi, kan?" Davina mengangguk sambil tersenyum. "Nah, selesai mandi baru..."

Alis Davina kembali bertautan. "Baru apa?!" Ia bertanya seperti anak TK yang tidak mengerti apa-apa. Atau mungkin ia memang sepolos itu?

"Baru..." Davin memajukan wajahnya sedikit. "Ganti baju." Ia terkekeh pelan.

"Ah Bapak udahan ngomongin kaya gini ah!" Davina memekik kesal. Ia menunduk malu.

Tidak lama setelahnya lampu menyala. Davin dan Davina tersenyum senang. Kemudian tatapan Davin beralih ke jemari kecil Davina yang terpaut dengan jari telunjuknya. Bahkan telapak tangan Davina masih ditutupi oleh sejenis sarung tangan tipis berwarna putih. "Na," panggil Davin.

Davina menoleh ke arahnya. "Iya, Pak?" balas Davina.

"Kalau aku minta sesuatu sama kamu, kamu kasih nggak?" Davin bertanya sambil memandang manik mata istrinya.

Tentang Davin: Kembali [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang