Ponsel Davin berdering.
Zulaikha calling...
Dengan satu gerakan singkat, Davin segera mengangkat panggilan itu. Kemudian, terdengar suara Zula diujung telpon.
"Assalamualaikum, Vin."
"Waalaikum salam, Zu. Ada apa?" tanya Davin sambil membawa dirinya duduk di ruang sofa keluarga Praditya. Semenjak puasa dan mengurus beberapa hal soal pernikahannya dengan Davina, Davin lebih sering bermalam di rumah orangtuanya.
"Emang kalau telepon kamu itu harus apa apa-apanya ya, Vin?" jawab Zula disertai kekehan kecil. Di rumahnya, Zula tengah merebahkan dirinya bersama Zaafa di kamar. Melepaskan penat setelah seharian mengajar di sekolah.
"Wah, itu kayanya kata-kata aku dulu pas telepon kamu deh, Zu." Davin ikut tertawa. Ia memindahkan telponnya ke telinga kiri dan melonggarkan dasi yang melilit di lehernya.
"Iya. Nggak apa-apa kan diikutin? Kamu besok ke AFIBS nggak, Vin?"
Davin mengernyit. "Iya, Zu. Kan besok hari kamis dan masih ada KBM."
"Oh ... kirain kepala sekolahnya infoin kamu gitu, dibolehin cuti."
Davin terkekeh karena Zula mengikuti cara dulu ketika ia menelepon perempuan itu dengan pertanyaan, besok sekolah nggak sih? "Hei. Kan aku kepala sekolahnya! Ini kamu kok copy paste kata-kata aku pas telepon kamu pas dulu sih? Mau modusin aku ya, Zu?"
Zula tertawa. "Nggak persis sama kok. Apaan lagi modus-modus. Sori aja ya. Aku udah punya Zaafa dan--"
"Iya, iya. Tau deh yang udah punya keluarga kecil. Nggak usah dipamerin mulu kali. Terus kenapa kamu telpon? Kangen?"
"Iya," jawab Zula tanpa jeda.
Mata Davin membulat karena kaget. "Eh? Se-serius, Zu?"
Kemudian terdengar ledakkan tawa keras Zula. "Ya ampun, Vin, mode gugup kamu langsung aktif gitu. Jadi percaya nih kalau aku kangen? Astaga ... lagi blushing ya sekarang?"
"Apaan sih, Zu. Kamu jago modus nih kaya anak SMA. Umur udah 25 juga."
"Kan diajarin kamu dulu."
"Nggak usah bahas dulu-dulu deh."
"Kenapa?"
"Karena ... ya buat apa di bahas? Kan kata kamu itu bagian dari masa lalu aja. Nggak perlu diungkit-ungkit lagi. Lagian aku udah move on ya, maaf aja nih."
Seketika tawa Zula senyap, kalimat terakhir yang diucapkan Davin membuatnya membisu. Sedangkan Davin menjadi bingung karena suara Zula menghilang tiba-tiba.
"Zu?"
"I-iya. Maaf tadi abis nina boboin Zaafa dulu," ujarnya bohong, padahal Zaafa masih tidur dan tidak terusik sedikitpun.
Davin mengangguk. "Kirain aku kamu desprate gara-gara dengar aku udah move on."
Zula tertawa sumbang karena perkataan Davin tepat sasaran. "Kepedean deh. Ini aku mau kasih info lusa ada buka bersama angkata kita, at least anak kelas kita dulu pas kelas sepuluh. Lokasinya nanti aku smsin deh, tapi In Sha Allah sih di rumah Vira. Aku nelpon kamu karena kamu gak masuk grup alumni di LINE dan takutnya kamu gak dapet info."
"Takut aku nggak dapat info atau takut aku nggak datang dan kamu nggak bisa ngelepas kangen?"
Pipi Zula memanas. "Davin! Berani banget ih modusin perempuan yang udah punya anak!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Davin: Kembali [Completed]
Spiritual[BUKU KEDUA DWILOGI TENTANG DAVIN] Karena sejatinya, setiap dari kita akan kembali memulai kisah cinta--dengan orang, tempat, dan waktu yang tidak terduga. Catatan: 1. Disarankan membaca Jarak terlebih dahulu. 2. Ditulis ketika belum paham EBI dan t...