BONCHAP: ADA APA DENGAN DEVAN

7.8K 515 60
                                    

Ini iseng aja. Cuma untuk menyalurkan rasa kangen ke keluarga D sekaligus nge-spoiler-in kalian buat D's story. Happy reading and happy eid adha! Semoga kamu nggak dijadiin qurban perasaan doi lagi. HEHEHE.

"Devan mau liat potong qurban!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Devan mau liat potong qurban!"

Suara Devan terdengar ke seantreo rumah. Laki-laki itu memang sedang ada di rumahnya yang ada di Tangsel sejak kamarin malam. Selain karena hari ini adalah Hari Raya Idul Adha, Devan juga sudah merindukan keluarganya, terutama Dee--adik yang merangkap menjadi bahan ledekannya.

"Orang baru selesai sholat ied itu maaf-maafan, bukan teriak-teriak mau liat potong qurban!" sahut Dee sambil membawa piring yang berisi opor ayam ke sofa ruang keluarga.

"Lah ngaca, ini juga Dee malah makan," balas Devan sambil mengambil sendok yang ada di piring Dee dan menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.

"Ish Abang kalau mau makan ambil sendiri, sih! Jangan ngambil dari piring Dee. Ganggu banget!" tukas Dee sambil mencebikkan bibirnya dan menggeser posisi duduknya menjauhi Devan.

Davina yang melihat kedua anaknya yang selalu bertengkar itu menggelengkan kepalanya pasrah. "Jangan ribut terus, dong. Evan juga nih seneng banget godain Dee. Kamu kalau mau makan ambil di meja makan sana."

"Maunya makan berdua sama Dee sambil suap-suapan, biar jadi brothership goals gitu," sahut Devan.

"Brothership goals dari Hongkong," cetus Dee.

"Apa? Keripik Hongkong?!"

"Itu singkong, Van," sahut Davina.

"Bukannya singkong itu temennya monyet, ya?"

"Lah, itu mah Abang, dong!" celetuk Dee.

Mendengar itu, Davina dan Devan melotot ke arah Dee. Perempuan itu menutup mulutnya karena merasa bersalah dengan apa yang barusan ia bilang. Dee meletakkan piringnya di atas meja dan mengangkat tangannya ke atas membentuk huruf V dan tersenyum kecil ke arah Devan. "Eh maap, Bang! Jangan baper, ya. Bawaan PMS maunya marah-marah plus ngeledekin Abang mulu. Wajarin aja, ya."

Bukannya marah, Devan malah malah terkekeh pelan dan merangkul bahu adiknya. "Nggak apa-apa. Abang tau sebenernya Dee mau bilang Abang ganteng, kan? Tapi gengsi makanya nyamain muka Abang kayak Kingkong. Ah, jadi gemes punya adik yang minta dipekain begini mulu," kata Devan sambil mengusap pelan kepala Dee.

"Abang tau kamu tuh lagi PMS maunya di sayang-sayang sama cowok ganteng. Nih udah disayang sama cogan yang kebetulan calon dokter. Udah seneng belum?" tanya Devan sambil menatap Dee.

Melihat itu, Dee mencebikkan bibirnya dan menjauhkan badannya dari Devan. Perempuan itu kembali mengambil piringnya dan dan baru saja ia ingin menyuapkan makanan ke mulutnya, ia mengaduh kesakitan.

Davina yang melihat putrinya meringis bertanya khawatir. "Kamu kenapa, Dee?"

"Biasa nih, Mi. Hari kedua jadinya sakit perut terus," kata Dee sambil memegangi perutnya.

Tentang Davin: Kembali [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang