Bagai menyusun kepingan puzzle, mungkin Davina adalah potongan puzzle terakhir yang selama ini Davin cari. Entah kenapa, sejak pertemuan Davin dengan keluarga Davina di Bandung kemarin, Davin merasa benar-benar... lengkap.
Bukan berarti sebelum ini Davin merasa tidak lengkap dengan hidupnya, hanya saja kehadiran Davina dalam hidupnya membawa pengaruh yang sangat besar--meskipun kehadirannya baru dalam hitungan hari.
Selama ini, Davin telah banyak kehilangan. Ia kehilangan cinta pertamanya--Mutia Renita--yang tidak lain adalah ibu kandungnya sendiri.
Setelah kehilangan Mutia, Davin merasa kehilangan ayahnya, meski bukan dalam arti yang sesungguhnya. Hanya saja ia merasa Irsyad menjadi orang lain semenjak Mutia meninggal dunia. Jika Davin merasa kehilangan tubuh Mutia sedangkan masih bisa merasakan tulus hatinya, beda dengan Irsyad. Tubuh Irsyad jelas bisa Davin lihat secara nyata, namun ... ia tidak bisa merasakan ketulusan Irsyad--ditambah lagi semenjak perempuan bernama Khansa itu menjadi ibunya.
Kemudian Andrew, sahabat yang ia miliki sejak memasuki SMA. Ia akhirnya menjauh karena masalah Zulaikha--perempuan yang dicintainya sejak sepuluh tahun yang lalu--yang ternyata juga dicintai oleh Andrew.
Dan puncaknya, ia kehilangan Zulaikha. Di saat ia terus belajar memperbaiki diri selama sepuluh tahun belakangan di Mesir agar kembali menjadi imam yang baik bagi Zula, ternyata perempuan itu sudah memiliki suami dan satu orang anak perempuan yang cantik.
Entah siapa yang harus disalahkan, atau siapa yang lebih dulu meninggalkan. Semuanya terjadi begitu saja. Dan akhirnya Davin mengerti, bahwa selama ini ia tidak pernah menjadi orang yang kehilangan.
Ia hanya menjadi orang yang terlambat.
Mungkin, jika dulu ia tidak terlambat untuk mengartikan sakit kepala Mutia adalah penyakit yang serius dan segera membawanya ke dokter, Mutia masih bisa di selamatkan.
Mungkin, jika dulu ia tidak terlambat untuk menjadi dewasa atas keputusan ayahnya menikahi Khansa dan menerima perempuan itu menjadi ibunya, Davin tidak akan merasa begitu sepi sepuluh tahun belakangan ini karena setidaknya; ia masih memiliki keluarga.
Mungkin, jika dulu ia tidak terlambat untuk mempertahankan persahabatannya di banding masalah perempuan, ia dan Andrew tidak akan mengalami lost contact yang cukup lama.
Mungkin, jika dulu ia tidak terlamat melamar Zula, perempuan itulah yang kini menjadi istrinya. Dan mungkin, kini ia sudah menjadi seorang ayah.
Tapi, tidak ada yang perlu disesali. Karena, semuanya juga sudah membaik. Ia tetap mencintai Mutia dan ia juga bisa menerima Khansa menjadi ibunya dengan baik. Perasaan bencinya terhadap Irsyad mulai luntur karena jarak dan waktu yang mendewasakannya. Ia berhubungan baik lagi dengan Andrew dan bahkan sahabatnya itu sudah tidak lagi mengungkit masalah Zula. Dan Zula ... bahkan ia sudah mulai bisa menganggap perempuan itu sebagai temannya. Perasaannya sepuluh tahun belakangan ini mulai menghilang seiring pertemuannya dengan perempuan bernama Davina.
Davina Asbha Habibah.
Perempuan yang membuat hidup Davin menjadi berubah. Ia datang dengan tampilan sederhana dan kesan yang sederhana pula. Dengan raut wajah bingung dan senyum kikuk. Namun, itu yang akhirnya membuat Davin jatuh.
Dan Davin tidak ingin kehilangan lagi.
Atau lebih tepatnya; Davin tidak ingin terlambat lagi.
Itu adalah jawaban yang sudah lebih dari cukup atas pertanyaan; mengapa dalam waktu seminggu Davin sudah berani melamar Davina?
Karena Davin yakin; Davina adalah potong puzzle yang selama ini ia cari. Davina adalah bagian hidupnya yang ia butuhkan. Davina adalah sesuatu yang lebih dari sekedar bagian atau potongan puzzle itu sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Davin: Kembali [Completed]
Spiritual[BUKU KEDUA DWILOGI TENTANG DAVIN] Karena sejatinya, setiap dari kita akan kembali memulai kisah cinta--dengan orang, tempat, dan waktu yang tidak terduga. Catatan: 1. Disarankan membaca Jarak terlebih dahulu. 2. Ditulis ketika belum paham EBI dan t...