Hari ini hari sabtu, setelah selesai dengan urusan di AFIBS, Davin segera pergi karena ada jadwal bertemu dengan Zula. Ia akan menemani Zula ke sekolah di daerah Tangsel.
Davin segera memasuki mobilnya dan menelepon Zula untuk memastikan.
"Assalamualaikum, Zu. Aku udah mau jalan. Kamu udah siap?"
"Waalaikum salam. Udah kok. Tapi... aku sama Rasya juga ya, soalnya dia katanya mau nemenin. Kita juga bawa mobil kok, Vin."
Davin sedikit tersentak. "Oh ... yaudah, kita ketemuan di mana?"
"Aku ke AFIBS aja ya. Ini aku udah mau jalan kok sama Rasya."
"Okedeh. Hati-hati, Zu. Assalamualaikum."
"Waalaikum salam."
Setelah itu telpon di tutup, Davin mematikan mesin mobilnya. Ia membuang napas. Lagi-lagi, hanya dengan mendengar nama Rasya hatinya menjadi remuk seketika. Davin benar-benar mencintai perempuan bernama Zula itu. Sekuat apapun usahanya untuk melupakan Zula, bayangan perempuan itu justru semakin ada, memenuhi seluruh rongga dada.
Tidak di butuhkan waktu yang lama untuk Zula dan Rasya sampai di AFIBS. Dan ternyata, mereka juga membawa Zaafa. Davin segera menghampiri Zula yang sudah tiba di halaman parkir AFIBS.
"Daritadi ya, Zu? Maaf tadi ada yang harus aku urus dulu."
Zula hanya tersenyum sambil menggendong Zaafa. "Nggak apa-apa, kita berangkat kapan?"
"Ayo, sekarang," jawab Davin, "Hm ... Rasya di mana, Zu?"
"Itu di mobil, dia sambil ngurus kerjaan juga soalnya, lagi liat file jadi agak sibuk. Mau aku panggilin?"
"Eh, nggak usah. Yaudah, ayo berangkat sekarang."
Ucapan Davin dibalas oleh anggukan Zula. Kemudian keduanya memasuki mobil yang berbeda. Davin mengendarai mobilnya sendiri, dan Zula memasuki mobilnya bersama Rasya.
Ditengah-tengah perjalanan, mobil Rasya berhenti. Sontak, Davin pun menghentikan laju mobilnya. Rasya dan Zula keluar dari mobil dan menghampiri mobil Davin. Davin pun segera keluar dari mobil dan menghampiri mereka.
"Kenapa?" tanya Davin bingung.
Rasya menatap istrinya sejenak, kemudian beralih menatap Davin. "Saya tiba-tiba ada urusan kerjaan, jadi sepertinya nggak bisa ikut anterin Zula. Saya nggak apa-apa minta tolong kamu buat anterin Zula?"
Davin terdiam sejenak kemudian mengangguk.
Setelah itu Rasya mencium pipi Zaafa dan mengecup kening Zula. "Maafin aku ya, Zu. Kabarin aku kalau ada apa-apa, kalau sempet aku jemput kamu," katanya sambil mengelus kepala Zula.
Zula hanya tersenyum manis. "Hati-hati di jalan." setelah itu Rasya berjalan kembali ke mobilnya.
Davin yang melihat pemandangan di depannya itu ikut tersenyum masam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Davin: Kembali [Completed]
Spiritüel[BUKU KEDUA DWILOGI TENTANG DAVIN] Karena sejatinya, setiap dari kita akan kembali memulai kisah cinta--dengan orang, tempat, dan waktu yang tidak terduga. Catatan: 1. Disarankan membaca Jarak terlebih dahulu. 2. Ditulis ketika belum paham EBI dan t...