2.Gift

123 12 4
                                    

[Eleanor]

Nathan baru saja memarkirkan mobilnya di halaman parkir, bersebelahan dengan mobil Adriana. Aku memutuskan untuk mengajak mereka ke Central Park Zoo, entahlah, sesungguhnya aku yang ingin pergi kemari sejak beberapa bulan yang lalu, namun tidak akan terasa istimewa jika tidak bersama dengan Nathan dan Adriana di hari yang istimewa pula.

"Kau tau, aku sangat ingin kemari, ku pikir kalian tidak menyukai tempat seperti ini", ujar Adriana dengan suaranya yang terdengar nyaring saat kami baru saja turun dari mobil. Aku hanya terkekeh melihat ekspresi Adriana yang terlihat menggemaskan dengan senyuman lebar di wajahnya. Ia menggantungkan tasnya di pundak, kemudian menarik tanganku menuju pintu masuk. Tanganku secara tidak langsung ikut menarik tangan Nathan. Ia memberiku senyuman hangat, yang sialnya membuat darahku mendidih. Sial, ia semakin tampan dengan senyuman di wajahnya.

Nathan yang memutuskan untuk antre di barisan yang sangat panjang, sedangkan aku dan Adriana menunggu tidak jauh darinya. Adriana sibuk dengan ponselnya sebelum aku melihat ia mematikan ponselnya. "Jadi, bagaimana dengan si tuan-tampan-dan-nyaris-sempurna?", tanyaku padanya sembari menyenggol pundaknya, membuatnya terkekeh. "Aku sudah mengatakan padanya bahwa aku sedang berada disini dengan kalian. Ia sangat manis dan pengertian", ujarnya. Aku hanya menganggukkan kepalaku sebelum mengarahkan pandanganku kembali ke arah Nathan yang berada tidak jauh didepan kami.

Aku bisa melihat kedua tangannya yang ia selipkan di kantung celana jeansnya. Punggungnya yang lebar membuatku ingin berlari ke arahnya dan memeluknya. Tubuhnya sangatlah nyaman untuk di peluk. Jangan salahkan jika aku memiliki pemikiran itu. Sekali-kali ia membawa tangan kanannya ke rambutnya, meminggirkan rambut-rambut panjang yang menutupi matanya.

"Kau menyukainya?", tanya Adriana secara tiba, menyebabkan kedua alisku bertautan. Menoleh ke arahnya, aku melihat senyuman hangatnya dan menjawab, "Apa yang kau ka...-"

"Nathan. Kau menyukainya lebih dari sahabat?", sergahnya dengan senyuman lebar di wajahnya. Mataku melebar saat mendengar ucapannya. "Tentu tidak! Ia adalah sahabat pertamaku. Ia sudah ku anggap seperti saudaraku", jawabku sedikit menaikan suaraku di awal. Sial. Seharusnya aku tidak perlu menaikan suaraku, itu terdengar seperti orang yang sedang berbohong. Tapi tentu aku tidak menyukainya lebih dari itu walaupun aku selalu merasa kesal jika Nathan memiliki kekasih atau dekat dengan perempuan lain, selain diriku. Tentu ia pernah memiliki seorang kekasih, hanya sekali, saat awal-awal kami masuk sekolah, namun aku tidak mengerti apa yang membuatnya memutuskan perempuan itu.

"Kau tau, aku bisa melihat bagaimana kau menatapnya, begitupun dengan Nathan saat menatapmu", ujarnya di akhiri dengan kedipan mata kanannya. Aku membuka mulutku, berniat ingin mengelak ucapan Adriana saat aku mendengar suara Nathan di sampingku. "Aku sudah mendapatkan tiketnya", ujarnya sembari memamerkan 3 buah tiket masuk.

   "Baiklah! Ayo!", seru Adriana dengan semangat. Ia berjalan lebih dulu bersama dengan Nathan. Aku mengikuti di belakang sembari membuka ponselku. Melihat terdapat 2 buah pesan. Satu dari ibu dan satu lagi dari Logan. Logan Wyatt, ia adalah ketua tim basket di sekolah kami. Ia berumur 2 tahun lebih tua dibandingkan denganku, akhir semester ini ia akan lulus dan masuk ke perguruan tinggi di Oxford. Aku mengenal Logan saat aku ditugaskan untuk mewawancarainya setelah bertanding melawan sekolah yang berasal dari Hoboken, New Jersey. Aku adalah salah satu anggota jurnalistik di sekolah, itulah sebabnya aku bisa mewawancarainya.

Sejak saat itu, aku dan Logan menjadi dekat. Ia sangat ramah dan tidak sombong meskipun ia adalah salah satu siswa yang terkenal. Ia juga sangat pandai dalam beberapa hal, berbeda dengan kebanyakan orang yang menilai bahwa ketua tim basket sangat malas dan hanya bisa bersenang-senang atau berpesta. Tubuhnya sangat tinggi, menyebabkan aku selalu melihat ke atas saat berbicara dengannya. Ia memiliki rambut pirang dan tidak begitu lebat. Berbeda dengan Nathan.

Like We DidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang