[Eleanor]
Mengerjapkan mataku beberapa kali, aku menyadari bahwa aku sudah tertidur selama kurang lebih 3 jam. Jam sudah menunjukkan pukul 11 siang dan Adriana tidak berada di kamarku, namun aku masih mendapati tas cokelatnya di sofa kamar. Membuka ponsel, aku mendapati satu buah email dari Nathan yang sudah masuk sekitar 1 jam yang lalu.
Dari: Nathaniel Brody Parker
Untuk: Eleanor Paisley Kenneth
Subyek: Selamat PagiHai, aku baru berhasil menyambungkan wifi pesawat dengan ponselku. Apa yang sedang kau lakukan? xx
Dari: Eleanor Paisley Kenneth
Untuk: Nathaniel Brody Parker
Subyek: WifiJangan terlalu sering memakai elektronik selama di pesawat, Nathan, itu tidak baik. Aku baru saja terbangun dari tidurku. Ku harap kau dapat tidur nyenyak karena perjalananmu masih lama. xx
Aku memutuskan untuk ke dapur sembari membawa gelas kotor yang awalnya berisi jus jeruk. "Hei, kau sudah bangun", suara Lili menyapaku sesaat setelah aku memasuki dapur. "Um...ya. Apa kau bertemu Adriana?", tanyaku sembari mencuci gelas kotor tersebut.
"Oh ya, saat aku baru pulang, ia mengatakan bahwa ia akan mengambil beberapa pakaian untuk bermalam", ujarnya sebelum kembali memusatkan perhatiannya ke laptop yang berada di atas meja mini bar. Menganggukkan kepala, aku mengeringkan tanganku dengan tisu sebelum berniat kembali ke kamar.
"Adriana menceritakan semuanya", ujar Lili sedikit berbisik, membuatku memutar tumit dan menghadap ke arahnya yang kini sudah terbebas dari kacamata bacanya dan menatapku sendu. Menarik nafas dalam, aku berjalan mendekatinya dan duduk tepat di hadapannya.
"Maksudku, ia menceritakan bahwa kalian berpacaran dan Nathan baru saja mengatakan itu di hari Jumat", ujarnya lembut. Aku hanya menundukkan kepala dan memainkan kuku jariku. "Aku tau itu sangat berat. Maafkan aku tidak berada di sisi mu saat kau sedang membutuhkan seseorang untuk berbagi", ujarnya dengan nada suara yang sendu.
"Lili, tak masalah. Aku juga minta maaf karena tidak menceritakannya padamu, aku sangat tau kau sibuk dan aku tidak ingin membuatmu semakin terbebani", tanpa menatap ke matanya, aku dapat mendengar ia menghembuskan nafas berat.
"Kau tau, aku adalah kakakmu, sampai kapanpun kau tetap akan menjadi prioritas utamaku. Kau tidak perlu menceritakannya, Adriana sudah mengatakan semuanya dan aku tidak ingin kau menangis lagi karena aku memintamu untuk bercerita", ujarnya lembut. Senyuman hangatnya perlahan mengembang, membuatku mau tak mau harus membalas senyumannya juga.
"Baiklah, jika kau ingin beristirahat itu tak mengapa, aku akan berada disini jika kau membutuhkan sesuatu. Ibu dan ayah baru saja berangkat ke rumah sakit karena ada suatu urusan mendadak. Mereka berjanji untuk makan malam bersama dengan kita dan Adriana".
Menganggukkan kepala, aku berjalan dengan gontai menuju lantai 2. Mengurungkan niat untuk kembali ke kamar, aku memutuskan untuk menikmati udara segar New York di balkon rumah yang berada tidak jauh dari kamarku. Membuka pintu kacanya perlahan, kakiku secara langsung bersentuhan dengan lantai berbahan marbel yang sangat dingin.
Duduk disebuah kursi gantung, aku memeluk lututku dan menyandarkan daguku di atas lututku. Menikmati jalanan Queens di siang hari. Tidak terlalu panas, udaranya pun sejuk. Aku sangat ingin memiliki sebuah apartemen dengan balkon yang menghadap ke pemandangan jalan. Berbeda dengan Lili, ia lebih suka tinggal di sebuah rumah, walaupun ayah dan ibu mengatakan bahwa tak masalah bagi kami untuk tinggal di luar rumah ini jika kami sudah berusia 20 tahun.
Aku pernah mencari sebuah apartemen bersama dengan Nathan. Brooklyn, aku lebih senang tinggal di kawasan Brooklyn daripada harus berada di kawasan Queens. Brooklyn sangat dekat dengan YoFresh, itu mengapa kami menemukan apartemen itu. Dulu kami memiliki anggapan bahwa kami bisa saja tinggal di satu apartemen yang sama, bersama dengan Adriana, namun semuanya berubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Like We Did
Teen FictionNathan dan Eleanor, sepasang sahabat yang pada akhirnya menjadi sepasang kekasih, mau tak mau harus menerima kenyataan saat Nathan diharuskan untuk kembali London. Hubungan mereka mulanya berjalan dengan baik-baik saja hingga sesuatu yang tak diingi...