[Eleanor]
"Nathan?", ujarku kembali, memastikan bahwa yang ku dengar sebelumnya adalah suaranya. "Oh, maaf, Nathan sedang tidur. Eleanor?", terdengar suara laki-laki yang sama sekali tak ku kenali, membuatku menautkan kedua alisku. Siapa ia? Pikirku.
"Oh, ya benar. Siapa ini?", jawabku, sedikit kecewa karena bukan Nathan yang menerima panggilanku. "Oh, Aaron. Aku tinggal di samping rumah Nathan. Kau kekasihnya, benar?", ujarnya. Suaranya terdengar masih muda, mungkin ia masih seusia kami. "Um, ya. Bisakah aku berbicara dengan Nathan?", tanyaku.
"Nathan baru saja tertidur. Ia sangat menjengkelkan hari ini, sejak pagi ini ia memarahiku tanpa henti, bahkan ia melempar makanannya ke tempat sampah. Aku tidak tau apa yang menghantuinya, padahal ibunya baru saja membelikannya Ducati semalam", ujarnya. Oh sial, kasihan sekali pria ini, ia menjadi sasaran kekesalan Nathan padaku.
"Oh-uh, baiklah. Bisakah kau menyampaikan pesan agar ia segera menghubungiku setelah ia bangun tidur?", ujarku, sedikit merasa takut jika pada akhirnya Nathan tak akan menghubungiku. "Oh, tapi ku rasa ia sempat mengatakan bahwa ia sedang memiliki masalah denganmu dan itu mengapa ia membanting ponselnya sebelum ia tidur", jawbanya diakhiri dengan suara tawanya yang singkat.
Sialan, Nathan benar-benar marah, apakah ia membanting ponselnya saat aku mencoba menghubunginya? Oh entahlah, ia membuatku semakin cemas dan bersalah. "Apa?", ujarku, berusaha memancing si pria bernama Aaron ini untuk menjelaskan lebih rinci apa saja yang Nathan lakukan hari ini. "Um, ya, ia mengatakan bahwa ia memiliki masalah dengan kekasihnya, namun ia tidak menceritakan dengan jelas apa permasalahan kalian. Setelah itu ia membanting ponselnya saat ponselnya berbunyi", jelasnya.
Oh, benar, ia benar-benar tidak ingin menerima panggilanku. Menarik nafas dalam, "Baiklah. Terima kasih, tolong jaga Nathan", ujarku sebelum memutus sambungan telepon. Seketika nafasku terasa berat, mataku terasa perih. Dalam satu kedipan aku berhasil meneteskan air mata yang sudah ku tahan sejak tadi.
Jika memang Nathan sangat marah dan tidak ingin menerima panggilanku, baiklah, aku akan meninggalkannya untuk beberapa saat, setidaknya hingga ia sadar bahwa aku tidak akan melakukan apapun dengan Mason atau laki-laki lain hanya karena ia tak dapat melihatku setiap saat. Aku sangat mencintainya dan aku tidak akan melakukan hal sebodoh itu.
Untuk: Nathan
Kau tau aku sangat mencintaimu. Kau tau aku sangat merindukanmu. Kau tau aku sangat mempercayaimu. Kau tau aku akan melakukan segala cara agar hubungan ini berhasil. Kau tau kau adalah segalanya bagiku. Ku mohon, menegrtilah dan maafkan aku. Aku tidak akan melupakanmu hanya karena kau berada jauh dariku. Hubungi aku jika kau sudah merasa tenang.Setelah mengirimkan pesan itu padanya, aku memutuskan untuk segera bergegas kembali ke meja tempat dimana semua anggota keluargku mungkin sudah memakan makan siangnya. Dan benar saja, mereka tengah menikmati makan siangnya saat aku kembali duduk di tempat dudukku. "Kau baik-baik saja?", tanya ibu sedikit cemas. "Ya, aku baik-baik saja", jawabku, enggan menatap ke arahnya, aku lebih memilih memusatkan tatapanku ke piring makan siangku yang kini penuh dengan makanan yang membuat perutku berbunyi.
Setelah menghabiskan makan siang, kami segera pulang. Selama perjalanan pun aku lebih memilih diam dan mengamati jalanan New York, sesekali berbincang-bincang dengan ayah, ibu maupun Lili. Tapi aku tidak akan berbicara jika mereka tidak menanyakan sesuatu padaku. Katakan aku sangat menyebalkan dan egois karena lebih mementingkan perasaanku daripada perasaan keluargaku yang mungkin kesal karena perlakuanku yang menjengkelkan.
Setibanya di rumah, aku membantu ibu membawa barang-barang belanjaan, begitupun dengan Lili, sementara ayah harus segera ke rumah sakit karena ia harus bertemu dengan salah satu pasiennya. Syukurlah kami sudah dalam perjalanan pulang saat pasiennya meminta untuk bertemu karena ia kehabisan obat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Like We Did
Teen FictionNathan dan Eleanor, sepasang sahabat yang pada akhirnya menjadi sepasang kekasih, mau tak mau harus menerima kenyataan saat Nathan diharuskan untuk kembali London. Hubungan mereka mulanya berjalan dengan baik-baik saja hingga sesuatu yang tak diingi...