30.Hill

40 5 2
                                    

[Eleanor]

   Jangan tanyakan, selama perjalanan aku sudah berteriak atau mungkin meremas jaket Nathan lebih dari 10 kali. Berkali-kali aku mengingatkan Nathan untuk tidak mengendarai sepeda motornya dengan cepat, ia hanya menganggukkan kepalanya atau mungkin menertawakan komentarku.

   Ya, apa yang Camila katakan padaku benar, Nathan mengendarainya dengan sangat cepat, bahkan aku merasa beku karena udara London yang terus menghantam tubuhku dengan cepat. Aku sempat berpikir Nathan tidak akan memacu sepeda motornya secepat ini mengingat aku sedang bersamanya, namun itu salah, ia tetap saja melajukannya dengan cepat, seakan-akan ia sudah sangat berpengalaman dalam hal ini.

   Saat ini kami sedang berada di Greenwich, perjalanan hanya memerlukan waktu sekitar 45 menit dari rumah Nathan, mengingat Nathan mengendarai sepeda motornya seperti pria yang sedang mabuk. Entah kemana Nathan akan membawaku, aku hanya menuruti segala ucapannya.

   Jam sudah menunjukkan pukul 5:38 sore, namun langit London masih terlihat terang. Kini Nathan baru saja memarkir sepeda motor mewahnya di depan sebuah kafe, atau mungkin restoran yang terkihat ramai. Ia memastikan sudah mengunci sepeda motornya dengan tepat. "Kita makan malam dulu", ujarnya sesaat setelah ia melepas helmnya.

   Aku kembali disuguhkan dengan wajah tampannya yang selalu memancarkan cahaya, menyebabkan senyumanku selalu mengembang setiap saat aku menatap wajahnya. "Baiklah", jawabku sembari menaruh helmku di atas sepeda motor.

   Lagi, Nathan menggandeng tanganku, memasuki kafe bernama The Gipsy Moth, jika aku tidak salah membaca. Melihat penataan interiornya, aku dapat menilai bahwa ini termasuk kafe dengan harga makanan serta minuman yang mungkin sedikit mahal. Ditambah dengan perabotan yang terlihat mewah. Kafe ini tentu salah satu kafe yang sangat digemari oleh warga Greenwich, melihat keadaannya yang sangatlah ramai walaupun ini terlalu dini untuk makan malam.

   Kami mengambil duduk di dalam ruangan, sesungguhnya mereka menyuguhkan tempat di luar ruangan dengan penataan tempat yang tak kalah menarik, namun sayang tempat untuk di luar ruangan sudah penuh. "Selamat datang di The Gipsy Moth, saya Kelsie yang akan menjadi pelayan anda. Ini menu kami, silahkan memilih terlebih dahulu", seorang gadis berambut merah mendatangi kami, memberi kami menu dengan senyuman lebarnya sebelum beranjak pergi.

    Menyapu pandanganku ke menu yang berada di hadapanku, aku memutuskan untuk memesan salah satu makanan kesukaanku, salad dan tentu segelas soda. Setelah Nathan memilih menu, ia menyampaikan pesanan kami kepada pelayan yang sebelumnya sudah menghampiri kami.

    Nathan memesan Steak Sandwich sementara aku tetap memilih Salad. Nathan juga memesan segelas soda, mengingat ia akan menyetir, aku tidak akan mengijinkannya meminum bir atau apapun yang mengandung alkohol. Ya, ia menuruti perkataanku, baiklah.

   "Dari mana kau tau tempat ini?", tanyaku, berbasa-basi padanya yang kini masih sibuk mengamati hiruk pikuk Greenwich di luar kafe. "Oh, aku kemari bersama Aaron sebelum aku kembali ke New York saat itu. Ia juga mengingatkanku pada suatu tempat yang akan ku tunjukkan padamu setelah ini", jawabnya hangat.

   Ia berada di hadapanku, memudahkanku untuk menatap paras tampannya yang selalu membuatku semakin mencintainya. "Kau menyukai tempatnya?", tanyanya. Menganggukkan kepalaku, "Ya, sangat, aku berharap kita dapat duduk di luar. Sepertinya sangat sejuk", jawabku dengan mengangkat sedikit pundakku.

   Ia memberiku senyuman hangat sebelum kembali menatap keluar jendela. "Ini yang mmebuatku suka dengan London. Mereka ramai, tapi tidak seramai New York", ujarnya tanpa menatap ke arahku. Aku membawa tatapanku ke arah luar jendela, menyaksikan beberapa kendaaran berlalu lalang, beberapa pejalan kaki berjalan dengan santai sembari berbincang-bincang dengan kerabatnya atau mungkin mendengarkan lagu dengan earphone mereka.

Like We DidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang