8.Photo Booth

64 9 2
                                    

[Eleanor]

"Ya benar, ini aku, ada apa?", tanyaku sesaat setelah pria asing ini menyebut namaku. "Oh aku hanya akan mengantar ini", ujarnya sembari menyodorkan sebuah kotak bertuliskan Ode à la ROSE berukuran sedang ke arahku. Menerimanya, ia juga memberi secarik kertas tanda terima padaku, "Tanta tangan di sebelah sini", ujarnya sembari menunjuk ke sebuah kotak yang berada di ujung kanan bawah kertas tersebut.

   "Baiklah. Terimakasih, semoga kau menyukai produk kami. Selamat siang", ujarnya ramah dengan senyuman hangatnya. Membalas senyumannya, aku menutup pintu rumahku bersamaan dengan pria tersebut berjalan menjauh.

   Aku tau apa ini, maksudku, aku tau ini adalah salah satu toko bunga yang sangat ternama di New York. Mereka memiliki bunga-bunga dengan berbagai macam buket yang indah. Menaruh kotaknya di atas meja mini bar, aku mengambil pisau kecil untuk membuka plester yang menempel di bagian atas kotak tersebut.

   Merobek plesternya, perlahan aku membuka kotak tersebut dan betapa terkejutnya aku saat menemukan satu buket bunga mawar berwarna putih yang sudah berada tepat di dalam vas berwarna hitam. Mengeluarkannya secara perlahan, aku menaruhnya di samping kotak. Terdapat sebuah amplop berwarna merah yang diselipkan di antara beberapa tangkai bunga. Membuka surat yang berada di dalam amplop, secara langsung aku mengenali tulisan tangan ini.

Ku harap mawar ini dapat membuatmu tersenyum, namun bagiku tetap senyumanmu lah yang paling indah dibandingkan dengan beribu tangkai mawar.
- N

   Senyumanku terus mengembang saat aku menyadari bahwa Nathan lah yang mengirimkan buket ini. Aku masih tak bisa melepas tatapanku dari bunga-bunga cantik yang berada tepat di hadapanku. Sangat indah dan sempurna. Aku tak pernah mendapatkan ini sebelumnya, tidak seindah ini.

   Aku pernah mendapatkan sebatang bunga mawar merah saat masih berada di Sekolah Dasar. Seorang anak laki-laki dari kelasku bernama Louis mengatakan bahwa ia menyukai rambutku dan mengatakan bahwa ia mencintaiku karena rambutku yang indah dan wangi, namun ia menjadi takut untuk kembali menyukaiku saat mengetahui bahwa Nathan selalu berada di sampingku sejak ia memberiku bunga.

   Aku bukan pengagum berat bunga-bungaan, namun yang ku tau, mawar putih adalah lambang dari rasa cinta sejati, kemurnian serta keanggunan. Tak hanya itu, yang ku tau, jika seorang sahabat memberikan mawar putih kepada sahabatnya, itu berarti dapat melambangkan persahabatan yang sejati.

   Entahlah, yang pasti ini sangat indah dan aku sangat menyukainya. "Ku pikir kau sudah pergi", terdengar suara Adriana yang seketika membuyarkan lamunanku. Ia berrjalan dengan gontai sembari membawa tas nya ke arah meja mini bar. Matanya masih belum sepenuhnya terbuka.

   Ia sudah mengikat rambutnya menjadi lebih rapi dibandingkan sebelumnya. "Hei, apa kau akan pulang?", tanyaku sembari mengembalikan pisau kecil yang baru saja ku pakai untuk membuka kotak ke tempatnya semula. "Ya, aku harus mengambil pesanan ibuku jam setengah 3", jawabnya. Ia mengambil 1 kaleng soda di dalam lemari pendingin, sementara aku memindahkan kotak bunga yang ukurannya sedikit mengganggu jika harus dibiarkan berlama-lama di atas meja mini bar ke samping tempat sampah.

   "Wow, apa ini? Sepertinya aku tidak melihat ini saat aku datang", ujarnya sedikit terkejut sembari memutar-mutar vas bunga dan mengamati kelopak bunga mawar pemberian Nathan. Ya, Adriana, aku tau mereka sangatlah indah, dan berhentilah mengagumi pemberian Nathan, batinku.

   "Ya, Nathan baru saja mengirimkannya untukku", jawabku santai sembari menggidikkan bahu. Duduk di kursi mini bar di hadapannya, aku daat melihat wajah terkejutnya yang sangat menggemaskan. "Wow, Nathan adalah lelaki idaman semua wanita!", serunya dengan senyuman lebar di wajahnya.

Like We DidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang