[Nathan]
New York. Tempat yang tidak asing bagiku. Tujuh tahun yang lalu, tempat ini adalah tempat yang menjadi rumah bagiku. Tempat dimana keluargaku berada. Tempat dimana aku dapat dengan mudah menemukan kebahagiaan.
Tempat dimana aku memiliki sosok sempurna yang secara perlahan ku coba hapus dari perasaanku. Yang secara perlahan ingin ku hilangkan dari perasaanku.
Tempat dimana aku memiliki sosok yang sangat ku cintai kala itu. Atau mungkin hingga saat ini? Tentu saja aku tidak akan mengatakannya, bahkan pada diriku sendiri.
Setelah 7 tahun mengabaikan dirinya, ku harap aku tidak bertemu dengan kedua matanya yang indah. Ku harap aku tidak bertemu dengan senyumannya yang selalu memikat hatiku. Saat itu.
Setelah 7 tahun. Ku harap keputusanku untuk melupakanya dan tidak mencintainya adalah keputusan terbaik yang ku buat selama hidupku. Ku harap aku tidak bertemu dengannya. Sama sekali. Karena aku yakin, menatapnya dalam sedetik saja dapat membuatku lupa bahwa kini aku mencintai seorang wanita yang tidak kalah luar biasanya.
Quinn. Kekasihku yang telah menemani keseharianku selama 2 tahun belakangan ini. Tatapannya jauh berbeda dengan tatapan El.
Jika kau bertanya bagaimana keadaanku selama 7 tahun ini, jangan terkejut jika aku menjawab bahwa selama 2 tahun pertama aku merasa hancur. Aku tidak melanjutkan home schooling ku dan memutuskan untuk bekerja.
Selama 2 tahun pertama, aku merasa ingin menyerah. Setiap tahunnya, setiap hari ulangtahunnya, aku sangat ingin menghubunginya, namun itu akan menghancurkan segala sesuatu yang telah ku lakukan sejak awal.
Hari-hari tanpa dirinya kala itu adalah hari terburuk dalam diriku. Satu persatu foto bersamanya ku hilangkan, entah ku hancurkan dengan merobek atau membakar, atau dengan menyimpannya di gudang.
Setahun kemudian aku bertemu Quinn di kafe yang telah ku buka di London, tidak jauh dari rumah. Saat itu, Quinn membuat mataku bahkan tidak berkedip. Senyumannya sangat manis. Wajah ceria nya sangat menawan.
Sejak saat itu seakaan aku dengan mudah menenggelamkan wajah El dari benakku dan menggantinya dengan Quinn.
Tidak munafik, terkadang aku masih memikirkan El. Katakanlah aku bajingan, hanya saja El pernah menjadi bagian dalam hidupku. Meninggalkannya begitu saja adalah sebuah keputusan yang sangat besar.
Sedikitpun aku tidak pernah menceritakan pada Quinn masa laluku selama berada di New York, begitupun dengan ayah, ibu serta Camila. Ketika aku mengetaui bahwa Quinn akan bekerja di New York, perasaan dan pikiranku berjalan dengan cepat namun sangat berlawanan.
Pikiranku mengatakan bahwa aku harus mengikuti Quinn, mencari hidup baru bersamanya. Sementara perasaanku mengatakan itu adalah ide yang buruk jika suatu saat mungkin aku akan bertemu dengan El.
Hingga akhirnya aku memutuskan untuk ikut ke New York bersamanya setelah menyelesaikan urusanku di London. Selama seminggu sebelum berangkat, suasana hatiku sungguh tidak nyaman.
New York mengigatkanku akan masa-masa dimana aku menghabiskan hampir seluruh hidupku untunya. Untuk El. Mengingatkanku bahwa dulu kami pernan melakukan berbagai macam hal bersama.
Kini, aku sudah berdiri tepat di hadapan pintu keluar kedatangan. Dalam hitungan detik aku akan bertemu dengan Quinn, kekasih hatiku yang tentunya sekali lagi ku katakan padamu bahwa aku sangat amat mencintainya.
Semoga hal tersebut tidak akan berubah. Jujur saja, rasa cintaku masih jauh lebih besar kepada El jika dibandingkan dengan Quinn. Selama 2 tahun, apa yang kau harapkan? Aku mencintainya seperti aku mencintai El kala itu?

KAMU SEDANG MEMBACA
Like We Did
Teen FictionNathan dan Eleanor, sepasang sahabat yang pada akhirnya menjadi sepasang kekasih, mau tak mau harus menerima kenyataan saat Nathan diharuskan untuk kembali London. Hubungan mereka mulanya berjalan dengan baik-baik saja hingga sesuatu yang tak diingi...