[Eleanor]
Kami telah menghabiskan sekitar 3 jam, atau mungkin lebih, di dalam mall. Aku membeli beberapa pakaian santai seperti gaun santai dengan warna cerah keluaran H&M dan sepasang sandal santai berwarna hitam yang ku dapat dari Payless. Ya tentu, aku sangat menyukai sandal, sangat nyaman bepergian memakai sandal, namun ada saatnya aku lebih memilih bersepatu.
Adriana pulang terlebih dahulu setelah berhasil membawa pulang 3 gaun santai yang juga keluaran H&M, sepasang bikini berwarna ungu, yang ia katakan sangat lucu, keluaran dari brand ternama PINK dan sepasang sepatu berwarna hitam keluaran dari brand Aldo. Kami juga sempat makan malam di Chipotle setelah Adriana pulang, ia tidak ingin ikut makan malam karena ia harus menemani ibunya yang tentu terdapat berbagai macam pilihan makanan tanpa ia harus membayar.
Dan kini kami sedang dalam perjalanan menuju ke rumahku, atau mungkin rumah Nathan, entahlah. "Bagaimana jika aku bermalam di rumahmu?", tanyaku padanya yang tengah serius menyetir mobil hitam kesayangannya. "Aku ingin menghabiskan hari ini benar-benar bersamamu", ujarku lembut sembari menatap ke arahnya.
Ia menarik nafas dalam sebelum menggenggam tanganku yang berada tepat di pangkuanku, "Ya, tentu", jawabnya dengan senyuman hangat yang selalu memabukkanku. Kami mendengarkan beberapa alunan lagu yang sebenarnya tidak cukup berhasil membuang pikiran-pikiran negatif di otakku.
Sesampainya kami di rumah Nathan, dengan sigap aku segera mengambil tas belanjaanku di bagasi belakang mobilnya. "Biarkan saja disana", ujar Nathan yang kini sudah berada tepat di depan pintu rumahnya. Menutup pintu mobilnya, aku berjalan mendekat ke arahnya sebelum memasuki rumah.
"Hai", terdengar suara merdu Camila menyapa kami yang baru saja memasuki rumah, ia berdiri tepat di dapu yang menghadap ke arah pintu masuk, mengenakan celana jeans biru dan kemeja hitam, ku yakini ia baru saja kembali dari kampusnya. "Hai sayang", sapa Aubrey yang baru saja mendaratkan tatapannya ke arah kami.
"Hai, Cam, Aubrey", sapaku sembari berjalan mendekat, tak lupa Nathan mengecup keningku terlebih dahulu sebelum mengatakan bahwa ia harus ke kamarnya. Tentu ia harus membereskan semua barang pribadinya yang akan ia bawa, aku tidak perlu menanyakan hal itu.
"Apa kalian sudah makan?", tanya Aubrey yang tengah memotong beberapa sayuran yang ku asumsikan untuk makan malam. "Sudah, tapi aku bisa membantu", ujarku, menawarkan dengan senyuman hangatku yang Aubrey balas dengan senyuman indahnya.
"Tak usah, kau bisa duduk dan menemaniku di sini selagi Nathan berada di kamarnya", ujarnya lembut. Aku memberinya anggukan serta senyuman sebelum mengambil satu kaleng soda di lemari pendinginnya. "Soda?", tawarku ke arah Aubrey dan Camila. "Satu, tolong", jawab Camila. "Tidak, terima kasih", balas Aubrey dengan senyumannya yang masih terlihat jelas.
Mengambil duduk di samping Camila, tepat di hadapan Aubrey yang kini tengah membuat adonan salad. Meneguk soda di dalam kaleng, aku sudah mulai mengantisipasi mengenai apa yang akan mereka bicarakan disini.
"Aku akan merindukan masakan ibu", ujar Camila membuka pembicaraan. Oh sial. Aku hanya melirik ke arahnya yang tengah memasang wajah cemberut yang ia buat-buat sembari meneguk soda di kalengku. "Oh, Cam, kau bisa memasak untuk dirimu sendiri dan untuk ayah", ujar Aubrey dengan jelas.
Aku hanya memainkan ujung jariku di kaleng soda yang berada tepat di genggamanku. "Nathan sangat marah saat ia mengetahui bahwa ia harus kembali ke London", ujar Aubrey yang ku asumsikan mengarah padaku. Mengangkat kepalaku, aku menemukan tatapan sendu Aubrey.
Ia menarik nafas dalam sebelum mencuci tangannya dan menaruh mangkuk salad di meja makan yang berada tidak jauh di belakangku. Aku kembali menyesap sodaku saat aku mendengar suara Camila. "Ia menangis di kamarku selama satu minggu setiap malamnya, ia sangat terpukul saat mengetahui bahwa ia harus menemani ibu kembali dan meninggalkanmu", suara lembut Camila membuat jantungku semakin berdegup kencang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Like We Did
Genç KurguNathan dan Eleanor, sepasang sahabat yang pada akhirnya menjadi sepasang kekasih, mau tak mau harus menerima kenyataan saat Nathan diharuskan untuk kembali London. Hubungan mereka mulanya berjalan dengan baik-baik saja hingga sesuatu yang tak diingi...