Team - Noah Cyrus & MAX
~~~
[Eleanor]
Jam menunjukkan pukul 6 pagi. Aku terbangun ketika mendengar suara di dapur yang terdengar semakin jelas. Lagu. Sebuah lagu terdengar dari arah dapur. Lagu yang tidak pernah ku dengar sebelumnya namun terdengar dengan jelas lirik lagunya yang cukup menyentuh.
Perlahan aku bangkit dari tempat tidur, mengikat rambutku sebelum berjalan menuju pintu kamar dan membukanya.
How many times do I have to convince you that I'll always be on your team
Oh, lirik yang sangat indah. Pikirku. Aku menemukan sosok yang tidak asing di hadapanku, memunggungiku sembari sibuk dengan apapun yang sedang ia lakukan.
"Oh, kau sudah bangun. Selamat pagi, El", ujarnya dengan senyuman yang sangat lebar. Ia mengenakan celana jeans hitam dan kemeja putih dengan 2 kancing teratas yang tidak pernah ia kancingkan.
Berjalan mendekat, aku melihat berbagai macam makanan di atas meja bar, termasuk sepotong red velvet. Ia ingat. Sangat mengingatnya dengan jelas. Ia melirik ke arahku sebelum mengambil piring red velvet dan berjalan mendekatiku yang masih membeku.
"Maafkan aku", ujarnya lembut, menatap kedua mataku dalam. Suaranya hangat, tatapannya lembut. Memori akan dirinya melakukan hal serupa kembali menghantui benakku. Ia selalu melakukan ini. Selalu. Ia mengingatnya dengan jelas.
Oh, Nathan. Aku berlari memeluk tubuhnya, membuatnya terkejut dan dengan gegas memeluk tubuhku dengan 1 tangannya yang tidak memegang piring red velvet.
Aroma mint nya menembus paru-paruku. Oh kenangan akan dirinya yang biasa menemaniku tidur kala itu kembali ke dalam benakku. Aroma yang selalu ku cintai setiap kali aku membuka kedua mataku di pagi hari.
"Aku memaafkanmu", bisikku. Dengan cepat ia meletakkan piring tersebut di atas meja bar dan memeluk tubuhku erat dengan kedua tangannya. Sial, aku sangat merindukan ini. Dekapan hangatnya. Aroma tubuhnya. Detak jantungnya.
"Oh, El. Terimakasih. Terimakasih!", ujarnya. Membuatku terkekeh. Tidak lama kemudian ia melepas dekapannya, menatapku dengan kedua mataya yang berbinar sebelum akhirnya ia mengecup keningku.
"Terimakasih, El", bisiknya sebelum memberiku senyuman dan kembali menuju dapur. Berjalan di belakangnya, tatapanku kembali kepada meja bar yang terisi penuh dengan makanan. "Apa yang kau lakukan?", tanyaku sebelum duduk di salah satu kursi bar.
"Membuatkanmu sarapan. Kemudian aku akan mengantarmu bekerja dan menjemputmu untuk makan siang kemudian kembali mengantarmu bekerja dan menjemputmu sepulang bekerja. Aku milikmu hari ini", ujarnya antusias sebelum meletakkan omelet di atas piring.
Aku mengambil segelas kopi yang ku asumsikan adalah untukku dan menyesapnya. Oh sial, aku selalu mencintai kopi buatan Nathan, walaupun rasanya sama saja dengan buatanku, tapi ia selalu membuatnya dengan hati.
"Aku memiliki janji makan siang dengan Adriana siang ini", ujarku sembari menatapnya yang kini duduk di sampingku. Ia hanya diam sebelum akhirnya aku mengatakan, "Kau bisa ikut. Sudah lama kita tidak berkumpul bersama".
Ia menggidikkan bahu, "Entahlah. Adriana nampak membenciku ketika ia mengetahui keberadaanku disini", ujarnya sebelum mengambil sepotong omelet dan bacon yang kemudian ia letakkan di atas piring di hadapanya.
"Aku yakin ia akan memaafkanmu, seperti aku memaafkanmu", bisikku. Ia hanya tersenyum. "Ku harap kau menyukai masakanku. Aku membuat omelet, pancake, bacon, roti panggang dan kopi", ujarnya antusias.
KAMU SEDANG MEMBACA
Like We Did
Teen FictionNathan dan Eleanor, sepasang sahabat yang pada akhirnya menjadi sepasang kekasih, mau tak mau harus menerima kenyataan saat Nathan diharuskan untuk kembali London. Hubungan mereka mulanya berjalan dengan baik-baik saja hingga sesuatu yang tak diingi...