7.Friend

60 10 2
                                    

**notes: I've change the song from the last chapter (chapter 6) because it didn't fit with the story and I moved Lucky from chapter 6 here. Enjoy the previous song (chapter 6) because I do really like that song and this song literally fit perfectly with this chapter**
______

   Sinar matahari menembus celah-celah jendela kamarku, mengerjapkan mataku beberapa kali, hingga akhirnya aku menyerah untuk melanjutkan tidur nyenyakku, perlahan membuka mataku dan secara tidak langsung dihadapkan dengan jendela kamarku yang berada tepat di samping kanan ku. Sebenarnya, aku selalu senang untuk bangun di pagi hari, aku merasa tubuhku menjadi sangat segar, namun tetap saja, terkadang sangat malas untuk beranjak dari tempat tidur yang terlewat nyaman ini.

   Melihat ke arah meja lampu tidur, aku mendapat jam yang sudah menunjukkan pukul 6:38. Bangun dari posisi tidurku, aku memilih untuk meregangkan tubuhku terlebih dahulu sebelum akhirnya aku benar-benar turun dari tempat tidur dan berjalan menuju ke kamar mandi. Membasuh wajahku dengan air dan sabun muka, sebelumnya aku sudah mengikat rambutku ke belakang agar tidak terkena air. Setelah membasuh wajah, tak lupa aku juga menggosok gigi.

   Oh, betapa aku sangat bersemangat untuk hari ini, mengingat bahwa sore nanti aku dan Nathan akan berkencan. Ya, berkencan, terasa sedikit aneh bagiku untuk mengucapkan hal tersebut, namun ya, itulah kenyataannya. Aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengannya. "El", terdengar suara ibu tepat di balik pintu sembari mengetuk pintu secara perlahan. Menghirup nafas dalam, aku berjalan keluar kamar mandi, hendak menemui ibu yang masih mengetuk pintuku, "Pagi, bu", jawabku dengan senyuman kecil setelah aku membuka pintu kamarku. Aku dapat melihat senyuman ibu yang lebar dengan wajahnya sudah dilapisi dengan beberapa macam kosmetik, pakaiannya pun sudah sangat rapi dengan rok span berwarna putih dan kemeja berwarna biru tua.

   "Pagi, sayang. Cepat turun, aku sudah membuatkan kalian sarapan", ujarnya sebelum mengecup keningku dan berjalan menuju tangga turun. Aku kembali menutup pintu dan berjalan menuju meja lampu tidur, berniat mengambil ponselku. Aku mendapati pesan dari Nathan yang sudah ia kirim 13 menit yang lalu. Ia sangat jarang bangun sepagi itu, hal itu membuatku sangat penasaran dengan isi pesannya.

Dari: Nathan
Selamat pagi. Aku sudah tidak sabar untuk sore ini:-) xx

   Perlahan aku merasakan kedua sudut bibirku berkedut saat membaca pesannya. Dengan sigap aku membalas pesannya, tentu dengan senyuman lebar di bibirku.

Untuk: Nathan
Selamat pagi, aku pun juga begitu:-) xx

   Setelah mengirimnya, aku segera turun ke dapur untuk menemui keluargaku. "Selamat pagi", sapa ayah yang sedang mengambil sebotol jus jeruk dari dalam lemari pendingin. Dalam sekejap, Lili juga melemparkan pandangannya padaku, "Pagi", sapanya dengan bersemangat. "Selamat pagi", jawabku kepada ayah dan Lili.

   Berjalan mendekati meja makan, aku mengecup ayah terlebih dahulu sebelum akhirnya mengecup ibu dan juga Lili. Ibu sudah menyiapkan beberapa potong omelet di atas piring besar. Ayah dan Lili sudah mulai menyantap sarapannya, sedangkan ibu masih sibuk dengan laptop serta susu cokelatnya.

   Duduk di samping Lili, aku mengambil 2 potong omelet dan menaruhnya di piringku, tak lupa menambahkan mayones di ujung piring. "Jadi, apa kau memiliki rencana hari ini?", tanya ayah pada Lili sebelum ia memasukkan satu potong omelet ke mulutnya. "Uh ya, sepertinya aku harus ke kampus untuk meminta tanda tangan dari dosen dan pergi mengunjungi salah satu teman sekolah menengahku yang sedang berada disini. Ia pindah ke Jerman setelah lulus sekolah dan melanjutkan studinya disana", ujar Lili dengan antusias.

   Aku masih menikmati makanan ku, tak lupa dengan jus jeruk yang sudah ku tuang ke dalam gelasku barusan. "Bagaimana denganmu?", tanya ayah yang kali ini mengarah padaku. "Oh-uh, aku tidak akan kemana-mana. Setidaknya hingga siang ini, karena aku dan Nathan akau berken...-berjalan-jalan nanti sore", dengan cepat aku menundukkan kepalaku dan menatap ke arah makanan yang masih berada di piringku.

Like We DidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang