[Eleanor]
"Selamat pagi, El", terdengar suara ibu sesaat setelah aku memasuki dapur. Jam menunjukkan pukul 6:21 pagi. Ayah sedang berenang di halaman belakang sementara aku tidak melihat keberadaan Lili, mungkin ia masih tidur. "Pagi, bu", jawabku sebelum mengecup pipi kanannya.
Ia tengah memotong beberapa macam buah yang ku asumsikan akan ia jadikan acai bowl mungkin, entah untuknya atau untuk ayah. "Kau mau? Ibu akan membuat acai bowl", tawarnya sembari memasukkan beberapa potong pisang dan frozen berries ke dalam blender. "Tentu. Akan ku ambilkan jus apel dan acai", jawabku. Kami sangat suka mencapur acai bowl kami dengan jus apel.
Akhir-akhir ini kami sangat menyukai acai bowl, entah, tapi itu sangat menyegarkan dan enak. Mengambil jus apel, beberapa kemasan acai dan sekotak susu untuk ku minum, aku segera memberikan acai serta jus apel kepada ibu. Tak lupa aku mengambil 4 buah mangkuk, berjaga-jaga jika Lili juga menginginkannya, serta mengambil kotak makanan berisi granola yang akan ku taburkan di atas acai bowl tersebut.
Setelah berhasil mencampur semua bahan, ibu menyajikannya di mangkuk kami. Aku dan ibu sangat suka menambahkan banyak granola serta sedikit madu di atasnya, sedangkan Lili lebih suka menambahkan potongan pisang di atasnya, dan ayah lebih suka memakannya dengan campuran banyak madu di atasnya.
"Aku akan panggilkan ayah", ujarku pada ibu yang kini tengah menyiapkan roti panggang di atas piring. Berjalan menuju halaman belakang, aku mendapati Lili yang tengah duduk di pinggiran kolam, berbincang-bincang dengan ayah mengenai istilah-istilah kedokteran yang tentu tak ku mengerti.
"Hei, selamat pagi. Sarapan sudah siap", ujarku dari ambang pintu. Lili dan ayah menoleh ke arahku dan memberiku senyuman. "Tentu, kami akan segera kesana", ujar Lili sebelum ia mengambilkan handuk untuk ayah yang masih berada di dalam kolam renang.
Oh, kolam renang ini, tempat duduk yang berada di kolam renang, sangat mengingatkanku dengan Nathan, mengingatkanku dengan malam dimana aku mengatakan bahwa aku mencintainya dan malam dimana ia mengatakan bahwa ia akan meninggalkanku. Aku sangat merindukannya.
Aku kembali menghampiri ibu yang kali ini sedang memanggang roti dan menggoreng telur. Ibu sangat pintar memasak, ia dapat menyajikan berbagai macam makanan hanya untuk makan pagi, menurutnya memasak untuk keluarganya adalah kebahagiaan tersendiri.
Aku menyiapkan gelas dan piring untuk kami semua, tak lupa menyiapkan acai bowl di samping piring kami. Aku membantu ibu untuk memanggang roti serta menaruh hasil panggangannya di atas piring berukuran besar. Saat ayah dan Lili memasuki dapur, bersamaan dengan ibu yang baru saja meletakkan telur goreng di atas piring.
"Wow. Sangat nikmat", ujar ayah sebelum ia mengambil duduk di tempatnya, begitu pula dengan Lili yang kini tengah duduk di sampingku, menatap takjub hasil masakan ibu. "Selamat makan", ujar ibu. Aku mengambil 2 lapis roti panggang dan mengoleskan selai kacang di atasnya. "Jadi apa ayah akan ikut berbelanja?", tanya Lili sebelum ia memasukkan suapan pertama sarapannya.
"Boleh saja. Apa ayah bisa?", tanyaku sembari menuangkan susu di gelasku. "Tentu. Ayah memiliki jatah libur hari ini", jawabnya dengan lembut. "Wah, akhirnya kita bisa pergi bersama lagi", ujar Lili antusias. Ibu dan ayah hanya terkekeh sebelum kami melanjutkan sarapan kami. "Apa kalian akan membeli pakaian untuk pesta hari ini?", tanya ayah.
"Aku memutuskan untuk memakai gaun biru tua ku. Aku hanya memakainya sekali, mungkin aku memerlukan sepatu dan beberapa aksesoris untuk melengkapi pakaian itu", jawabku sebelum menggigit rotiku dan mengunyahnya. "Entahlah, aku tidak tahu akan mengenakan apa. Aku akan coba lihat di lemari terlebih dahulu setelah ini", jawab Lili.
KAMU SEDANG MEMBACA
Like We Did
Teen FictionNathan dan Eleanor, sepasang sahabat yang pada akhirnya menjadi sepasang kekasih, mau tak mau harus menerima kenyataan saat Nathan diharuskan untuk kembali London. Hubungan mereka mulanya berjalan dengan baik-baik saja hingga sesuatu yang tak diingi...