Over Again - One Direction
~~~
[Eleanor]
Hari berjalan dengan sangat cepat. Pagi ini, aku terbangun karena suara alarm ponselku yang tidak hentinya berdering. Terbangun setelah tertidur selama 3 jam membuat kepalaku terasa sangat sakit dan lelah.
Ya, semalam aku tidak dapat tidur. Hanya menyibukkan diri dengan membaca novel sampai akhirnya tertidur.
Selama berada di kantor aku hanya mengerjakan beberapa pekerjaanku seperti biasa. Jam menunjukkan pukul 1 siang dan aku sudah meminum 3 cangkir kopi yang ku asumsikan adalah satu-satunya hal yang masih membuatku terbangun hingga saat ini.
Aku melewatkan jam istirahatku karena terlalu menyibukkan diri dengan beberapa perkerjaan yang harus ku selesaikan. Sierra bahkan tidak segan-segan untuk menghampiriku ke ruangan dan mengajakku makan siang.
Hal yang sangat jarang, bukan? Benar, Sierra tidak semenyebalkan itu. Ia sangat perhatian dengan staff di sekelilingnya dan aku sangat senang akan hal itu. Beberapa kali kami sering menghabiskan waktu untuk membicarakan hal-hal diluar pekerjaan saat jam istirahat.
Terdengar suara ketukan di pintu, membuatku mengalihkan pandangan dari computer di hadapanku. Sierra memperlihatkan wajahnya dari balik pintu untuk yang ke tiga kalinya hari ini. Ia memberiku senyuman hangatnya.
"Apa aku menganggu?", tanyanya sebelum aku memberi isyarat baginya untuk masuk. "Tidak. Ada apa?", jawabku sembari menatap ke arahnya yang kini telah duduk di hadapanku. Ia memberiku senyuman hangatnya.
"Kau terlihat sedikit muram hari ini", ujarnya sebelum mengambil sebuah pensil dari atas mejaku dan memainkanya, sembari sesekali menatap ke arahku. "Kau tau, aku tidak suka jika anak buahku memiliki masalah dan harus bekerja keras hingga lupa untuk istirahat. Bahkan kau menolak ajakanku untuk makan siang bersama", sambungnya dengan nada menyesal, membuatku sedikit merasa bersalah dan memberinya senyum simpul.
"Aku baik-baik saja, Sierra. Maafkan aku jika tidak makan siang denganmu. Aku akan menyelesaikan laporan ini dan mengirimkannya padamu setelah ini", jelasku dengan senyuman. Ia sangat baik, aku sangat bersyukur memiliki atasan seperti Sierra.
"El, kau adalah seorang psikolog. Kau tau jika kau memendam apapun itu terlalu lama itu tidak akan berujung dengan sesuatu yang baik. Kau bias menceritakannya padamu. Aku berjanji akan menjadi teman yang baik", jelasnya. Ia benar.
Aku bahkan tidak menceritakan kejadian semalam pada Lili maupun Adriana. Aku hanya ingin menenggelamkan diriku di dalam tempat tidurku, meratapi nasib burukku. Menghembuskan nafas perlahan, aku menatap Sierra lembut.
"Aku tidak pernah menceritakan ini ke siapapun, Sierra. Hanya ke kakak perempuanku dan sahabatku sejak sekolah menengah yang mengetahui ini. Ini adalah hal terberat dalam hidupku sejauh ini", jelasku.
Aku tidak tau apa yang ku lakukan, menceritakan permasalahan pribadiku ke atasanku bukanlah ide yang baik. Tapi saat ini aku hanya membutuhkan teman untuk berbicara dan aku yakin Adriana dan Lili akan memahami kondisiku saat ini.
Sierra menatapku iba, "Bagaimana jika aku dating ke apartemenmu malam ini? Kau bisa menceritakannya padauk. Sekarang, kau bisa pulang. Selesaikan pekerjaanmu besok. Aku tidak ingin kau terus bekerja dengan kondisi seperti ini", jelasnya.
Memberinya senyuman hangat, "Tentu. Terimakasih banyak, Sierra", jawabku sebelum mematikan komputer dan beranjak dari kursiku dengan menggenggam tasku. Sierra memberiku senyuman hangat sebelum keluar dari ruanganku.
Sesaat setelah keluar dari gedung, aku dihadapan dengan udara New York, sedikit dingin untuk hari ini. Beberapa orang berlalu Lalang di hadapanku sembari berbicara dengan temannya. Aku memeluk tubuhku erat, berusaha menghangatkan tubuhku yang hanya dibaluti oleh celana Panjang hitam, kemeja kuning dan jaket cokelat yang cukup tebal untuk tubuh kecilku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Like We Did
Fiksi RemajaNathan dan Eleanor, sepasang sahabat yang pada akhirnya menjadi sepasang kekasih, mau tak mau harus menerima kenyataan saat Nathan diharuskan untuk kembali London. Hubungan mereka mulanya berjalan dengan baik-baik saja hingga sesuatu yang tak diingi...