9.Serenade

47 10 4
                                    

[Eleanor]

   Kami tiba di YoFresh tepat pukul 7:31 malam. Kedai yogurt ini akan semakin ramai di malam hari. Nathan menggandeng tanganku menuju ke kedai. Biar ku katakan kembali bahwa sentuhannya selalu membuat kupu-kupu di perutku berteriak dan memohon untuk terus menyentuhku. "Aku akan memesan, kau bisa duduk di sana", ujarnya sembari menunjuk ke arah bangku yang berada tepat di hadapan jendela kedai yang menghadap ke jalanan Brooklyn.

   "Tidak, aku ingin membayar yang satu ini", ujarku dengan senyuman. Nathan hanya memutar bola matanya, "Ayolah, kau tau aku tidak akan membiarkan itu terjadi", ujarnya sebelum mengecup keningku. Sial, apa yang baru saja ia lakukan? Ia benar-benar berhasil membuatku luluh. Sangat manis. "Sekarang duduklah disana dan aku akan memesankan yogurt kesukaanmu". Menghembuskan nafas berat, aku menurut dan duduk di tempat yang sudah ia tunjuk sebelumnya.

   Mengeluarkan ponselku, alih-alih agar aku tidak merasa bosan sendirian, aku menemukan satu pesan dari Lili. Ia mengatakan bahwa ia akan bermalam di rumah kerabatnya. Aku pun hanya menjawab bahwa aku akan mengatakan hal itu kepada ayah dan ibu, namun saat ini aku masih bersama dengan Nathan.

   "Untukmu", ujar Nathan saat ia baru saja kembali. Ia membawa 2 gelas yogurt yang tentu untukku dan untuknya. "Reese's Peanut Butter dengan topping almonds. Mereka kehabisan red velvet hari ini.", ujarnya sembari menyodorkan gelas yogurt milikku.

   Sedikit merasa sedih karena mereka tidak memiliki red velvet hari ini. Aku sangat menggilai red velvet. Aku selalu membeli yogurt dengar rasa red velvet dengan topping fruity pebbles atau terkadang brownie bites.

   Memasukkan suapan pertama yogurt milikku, aku sudah dapat menebak bahwa Nathan memiliki yogurt Caramel dengan topping granola. Ia sangat menyukai yogurt caramel dengan topping tersebut sejak ia kecil. Dulu ia pernah mencoba yogurt dengan rasa vanilla dengan mencampur berbagai macam topping, seperti marshmallows, gummy bears, whoppers dan snickers. Dan keesokan harinya ia mengatakan bahwa ia tidak dapat masuk sekolah karena tenggorokannya sakit.

   Kami menikmati yogurt sembari menatap ke arah jalanan Brooklyn yang sangat ramai di malam hari. "Apa kau tak pernah bosan dengan rasa itu?", tanyaku, alih-alih agar suasana terasa lebih menyenangkan dan tidak terasa canggung. "Tidak, ini sangat sempurna", jawabnya dengan suara kekehannya yang menggemaskan. Aku hanya tersenyum.

   "Cobalah", ujarnya sembari mengarahkan satu sendok penuh yogurt ke arahku. Aku membuka mulutku kemudian melihat Nathan menyunggingkan senyumannya ke arahku. Matanya menatap lurus ke mataku sembari menyuapkan yogurt tersebut ke mulutku. "Bukankah itu nikmat?", sembari memainkan alisnya. Aku hanya memutar bola mataku, "Tidak ada yang mengalahkan red velvet, kau tau?", jawabku ketus sebelum melanjutkan yogurtku.

   Ia hanya terkekeh, namun aku tak dapat memungkiri bahwa pilihannya mengenai yogurt sangat nikmat. Ia pernah membelikanku yogurt dengan rasa green tea dan membrikannya topping cookie dough dan walnuts. Pada mulanya aku mengatakan bahwa itu adalah perpaduan yang sangat buruk, namun ternyata itu sangatlah nikmat, dan tentu aku tidak pernah mengatakannya pada Nathan.

   Kami memakan yogurt dengan tenang, Nathan jarang berbicara, aku pun begitu, aku lebih memilih diam dan menikmati yogurt sembari sesekali menatap ke arahnya. Matanya sesekali menyapu dari ujung ruangan ke ujung ruangan yang lain. Tak jarang pula ia menjilat sendoknya hingga bersih, membuatku tersenyum ke arahnya, namun tentu ia tidak memperdulikan itu.

   Setelah menghabiskan yogurt kami, kami memutuskan untuk segera kembali ke rumah. Selama perjalanan, kami hanya mendengarkan beberapa lagu. Suara indah James Bay kali ini memenuhi mobil sembari Nathan melajukan mobilnya. Sangat sempurna. Lampu-lampu yang menerangi kota sangat membantu pengelihatanku untuk menatap wajah indah Nathan di malam ini.

Like We DidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang