39.New York

23 4 2
                                    

[Eleanor]

New York. Hari ini adalah hari pertama aku akan bekerja. Jika kau bertanya apa yang kurasakan, aku akan menjawab tidak semenarik yang kau bayangkan. Hari ini aku sudah melewatkan kopi di pagi hari dan itu bukanlah awal yang baik bagiku.

Kedua, aku memiliki atasan yang sangat menyebalkan, walaupun banyak orang mengatakan bahwa ia cukup baik, aku tetap menyebutnya cukup menyebalkan karena ia menertawakan pakaianku. Aku menggunakan kemeja dan rok untuk hari pertamaku, dan itu kurasa cukup mengesankan dan baik. Entah apa yang membuatnya tertawa.

Quinn. Tetangga baru di apartemenku memiliki ruangan yang tidak cukup jauh dari ruanganku. Oh, dan yang paling menyenangkan adalah aku memiliki ruanganku sendiri. Menghadap ke arah kota New York yang sangat menarik di pagi dan malam hari. Tidak terlalu besar, setidknya terdapat 1 sofa panjang berwarna hitam, rak buku berukuran sedang, dan meja kerja beserta kursi untukku.

Siang ini aku akan makan siang bersama Quinn. Aku tidak mengenal banyak orang disini. Hanya atasanku, ia bernama Sierra, dan Quinn. Aku tidak yakin jika aku harus mengajak Juliat makan siang mengingat ia adalah atasanku dan aku hanyalah karyawan baru.

Jam sudah menunjukkan pukul 11 siang, dalam waktu 20 menit aku akan bertemu dengan Quinn. Pagi ini kami berangkat bersama. Ia cukup menyenangkan. Ia sangat cantik saat mengenakan pakaian bekerjanya.

Setelah menuliskan beberapa data yang Sierra minta untuk ku lakukan, Quinn menghampiriku dengan senyuman lebarnya. "Hei, makan siang?", ujar Quinn sesaat setelah menghempaskan tubuhnya ke sofa diujung ruangan.

"Tentu. Bagaimana dengan kafe di dekat sini, seingatku bernama Lindenwood Diner?", tanyaku sembari mengambil tas. Ia menganggukkan kepalanya. Kurang lebih 10 menit kemudian kami sudah tiba di kafe tersebut. Aku memesan Corned Beef Hash & 2 Eggs dan sebotol air mineral. Sementara Quinn memesan Western Sandwich dan teh hangat. Tidak lupa kami memesan seporsi Mucho Nachos.

"Jadi ceritakan padaku mengenai dirimu", ujarku sesaat setelah pelayan membawa daftar pesanan kami menuju dapur, mungkin? Quinn terkekeh, senyumannya sangat manis. Setiap lelaki akan dengan mudah jatuh hati padanya.

"Um, baik. Aku berasal dari London. Kedua orangtuaku telah bercerai dan ibuku menikah dengan pria yang berasal dari New York, jadi kami sering kemari untuk berlibur", jawabnya. Aku hanya menganggukkan kepalaku. Ya, ini masuk akal dengan aksen berbicaranya yang memang berbeda.

"Bagaimana denganmu?", ujarnya. "Tidak ada yang menarik. Aku lahir dan besar di New York. Membosankan", jawabku sembari menggidikkan bahu. Ia menganggukkan kepalanya sembari terkekeh. Suara tawanya sangat lembut, tidak sepertiku. Aku yakin kekasihnya adalah orang yang beruntung karena memilikinya.

"Itu tidak membosankan! New York adalah salah satu tempat yang sangat indah. Aku sangat senang saat pertama kali pindah kemari", jawabnya dengan bersemangat. Aku terkekeh dan membuatnya tersenyum.

"Jadi, apa kau mempunyai kekasih, El?", tanya Quinn dengan seringainya yang membuatku tertawa. Menggelengkan kepalaku perlahan, aku meneguk air mineral yang baru saja diantar oleh pelayan kafe.

Ia memberiku tatapan terkejutnya. "Sungguh?? Perempuan secantik dirimu?? Tidak memiliki kekasih?? Yang benar saja!", ujarnya sedikit keras, membuatku semakin tertawa, bahkan aku merasakan beberapa pasang mata menatap ke arah kami.

"Sungguh. Aku hanya tidak ingin memiliki hubungan spesial saat ini". Alibi, pikirku. Tidak mungkin aku menceritakan kisah menyedihkanku dengan Nathan yang bahkan mungkin tidak lagi memikirkan ku saat ini.

"Oh, aku paham akan hal itu", jawabnya dengan senyuman. "Bagaimana denganmu? Apa kau memiliki kekasih?", godaku. Ia memberiku senyuman lebar. Kedua matanya berbinar seakan ia ingin meledak. Ia menganggukkan kepalanya dengan bersemangat.

Like We DidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang