[Eleanor]
Hari-hari berjalan dengan sangat lamban tanpa keberadaan Nathan. Hari ini, hari Sabtu, tepat 7 hari kepergiannya dari sisiku. Terasa sangat berbeda, tentu. Berjalannya waktu tanpa keberadaannya terkadang membuatku merasa sedikit bosan saat melakukan aktifitas, bahkan terkadang aku merasa tidak bersemangat.
Untung saja aku memiliki keluarga serta Adriana yang selalu ada utukku dan juga Mason serta Piper, yang kini semakin dekat denganku. Adriana pun sangat menghiburku. Ia membantuku dalam banyak hal. Ia menemaniku sepanjang waktu, terutama jika aku sendirian di rumah.
Nathan juga selalu menghubungiku jika ia tidak sibuk, begitupun denganku. Kami akan terus berkirim pesan, tentunya ia selalu mengatakan bahwa ia merindukanku, begitu pula denganku, aku tidak akan berbohong akan hal tersebut. Bahkan semua orang pun tau akan hal itu. Di malam hari, kami selalu melakukan video call menggunakan FaceTime, tentu jika kami tidak terlalu lelah.
Mason dan Piper juga menjadi teman kerja yang sangat baik untukku. Mereka mengenalkanku kepada pegawai kafe yang lain, termasuk 3 orang barista yang bekerja di pagi hari, mengingat aku, Mason dan Piper memiliki jam kerja di sore hari. Mereka adalah Louis, Elsa dan Joshua. Mereka sangat baik dan menyenangkan, terutama Elsa. Ia berambut pirang, tubuhnya sangat tinggi jika dibandingkan denganku, bahkan Adriana.
Dan sekarang, aku baru saja selesai mandi dan mengenakan kaus polos hitamku serta celana pendek jeans berwarna putih, kau tau, pakaian santai di pagi hari. Jam masih menunjukkan pukul 10 pagi, dan aku memiliki jam kerja pukul 1 di hari Sabtu dan libur di hari Minggu. Entah apa yang membuat Sam mengubah jam kerja kafe, 2 hari yang lalu ia mengumumkan bahwa kafe akan tutup setiap hari Minggu, menurutnya ia ingin memberikan waktu libur bagi pekerjanya. Sungguh, ia sangat baik.
"Selamat pagi, bu", sapaku sesaat setelah aku memasuki dapur, mendapati ibu yang sedang meminum segelas jus, duduk di salah satu kursi mini bar. "Pagi, sayang. Ibu tidak tau apa yang ingin kau makan untuk sarapan, apa kau menginginkan sesuatu? Ibu bisa membuatkannya", tanyanya ramah.
"Tidak perlu, aku akan membuat semangkuk sereal". Mengambil sekotak sereal dari lemari penyimpanan, tak lupa dengan mangkuk putih serta sekotak susu dari dalam lemari pendingin. Aku menuangkan sereal tersebut ke dalam mangkuk, kemudian memberikannya susu sebelum mengambil duduk tepat di hadapan ibu.
Memakan sarapanku dengan santai, ibu juga memberiku segelas jus jeruk untuk menemani sarapan pagiku. "Jadi apa ibu akan ke rumah sakit hari ini?", tanyaku padanya yang kini tengah membaca sebuah majalah. "Ya, sore nanti. Ada apa?", tanyanya, ia menatapku lembut, memberiku senyuman hangatnya.
"Oh, tidak. Hanya menanyakan saja. Apa ibu sudah menentukan tema untuk acara ibu dan ayah?", sahutku sebelum menyuapkan sereal ke mulutku. "Tidak, ibu tidak ingin memakai tema-tema seperti itu. Apa kau sudah memikirkan pakaian yang akan kau kenakan?", tanyanya antusias.
Ibu sangat senang berbelanja, tak ada salahnya jika aku mengajak ibu untuk mencari gaun yang dapat ku pakai di hari istimewa orangtua ku. "Belum, bagaimana jika kita, aku, ibu dan Lili berbelanja bersama?", usulku. Seketika aku mendapati wajah antusias ibu, "Tentu. Ibu akan mengambil hari libur besok. Apa kau bekerja di hari Minggu?", ujarnya antusias.
"Um, tidak. Mereka merubah jadwal buka kafe, mereka akan tutup setiap hari Minggu", jawabku singkat, memberinya senyuman singkat. "Oh, baiklah itu sangat baik dan bisakah kau membantu ibu untuk membuat undangan?", seketika wajah ibu terlihat sedikit memohon, membuatku tersenyum saat aku menyadari siapa yang dapat ku andalkan dalam hal ini.
"Tentu, aku bisa meminta tolong Mason untuk membuat desain undangannya", jawabku sebelum menyuapkan suapan terakhir serealku. Tentu ibu mengetahui Mason, aku selalu menceritakan teman-teman baruku dan suasana kafe setiap kami makan malam."Baiklah, kau bisa mengundang Mason, ia sepertinya sangat baik", jawab ibu sebelum mengecup keningku dan meninggalkan dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Like We Did
Teen FictionNathan dan Eleanor, sepasang sahabat yang pada akhirnya menjadi sepasang kekasih, mau tak mau harus menerima kenyataan saat Nathan diharuskan untuk kembali London. Hubungan mereka mulanya berjalan dengan baik-baik saja hingga sesuatu yang tak diingi...