24.The Day

35 5 4
                                    

[Eleanor]

   Hari bergulir dengan sangat cepat, kemarin adalah hari terakhiku datang ke sekolah dan kini aku sudah mulai memasuki masa liburan panjang yang sangat menyenangkan. Aku benar-benar sangat senang karena akhirnya aku tidak perlu berangkat ke sekolah dan mengerjakan banyak tugas. Yang jelas semua orang sangat menikmati masa libur panjang, benar?

   Tentunya, selama ujian berlangsung aku tak henti-hentinya memikirkan Nathan yang hingga detik ini tidak menghubungiku sama sekali, namun syukurlah hal itu tidak menghalangiku untuk terus belajar dan mengerjakan ujianku dengan baik. Hal itu pun tidak membuatku tidak bersemangat untuk mengerjakan ujian, mengingat aku akan merasa sangat bersalah jika membawa masalah ini ke dalam masalah sekolahku.

   Tak ada hentinya aku memikirkan bagaimana caranya agar ia menghubungiku, agar ia memaafkanku. Tidakkah ini terlalu berlebihan untuk masalah seperti itu? Namun, ya, aku akan menghubunginya nanti malam setelah pesta ibu karena aku tidak ingin merusak suasana hatiku sebelum pesta ibu berlangsung.

   Dan sekarang aku baru saja selesai membereskan kamar. Sebelumnya aku sudah makan pagi bersama dengan ayah dan ibu, Lili tengah menjemput Cameron dan memutuskan untuk sarapan di luar. Ayah dan ibu kini tengah bertemu dengan si pendekor ruangan untuk pesta sore ini. Aku memutuskan untuk mengunjungi kafe, mengingat jam masih menunjukkan pukul 10:41 dan aku tidak ingin sendiri di rumah.

   Ya, Sam sudah mengatakan pada Adriana bahwa aku tidak perlu kesana, namun aku sangat bosan, Lili belum juga kembali dan aku tidak tau harus berbuat apa. Dengan cepat, aku mengenakan celana jeans hitam dan kaus putih sebelum mengenakan jaket cokelat ku. Tak lupa aku juga mengenakan Converse andalanku.

   Setelah menempuh 20 menit perjalanan, akhirnya aku berhasil tiba di kafe. Kafe tidak sudah mulai terlihat ramai, maksudku ini adalah jam makan siang, tentu kafe ramai. Kafe biasa ramai pada pukul 12 ke atas, atau mungkin 11 ke atas.

   Memasuki kafe, aku mendapati Louis dan Elsa yang sedang membuat pesanan pelanggan. "Hei", sapaku pada Elsa dan Louis, membuat kedua nya menoleh ke arahku yang berada tepat di belakangnya. "El! Apa yang kau lakukan disini?", tanya Elsa, terlihat sedikit bingung. "Tidak ada, aku hanya bosan sendirian di rumah. Apa kalian perlu bantuan?", tawarku.

   Louis menggelengkan kepalanya sebelum memberikan 2 gelas kopi yang sudah ia dan Elsa buat kepada salah satu pelanggan di hadapannya. "Sudah selesai", jawabnya mengarah padaku dengan senyuman lebarnya, membuatku terkekeh. "Dimana Joshua?", tanyaku sebelum mengambil duduk di salah satu kursi bar.

   "Oh, ia mengambil libur hari ini, ia harus kembali ke Brazil", jawab Louis sebelum ia mengambilkanku segelas air mineral yang ku terima dengan baik. "Oh, ia orang Brazil?", tanyaku sedikit terkejut. Elsa menganggukkan kepalanya antusias, "Rio de Janeiro. Kota yang sangat indah", jawab Elsa dengan kedua matanya yang berbinar. "Oh, ya tentu. Aku sangat ingin kesana suatu saat nanti", jawabku yang mendapat anggukan dari Elsa maupun Louis.

   "Eleanor", terdengar suara yang sudah tak asing lagi di telingaku, membuatku menoleh ke arah suara. Benar saja, aku mendapati Mason berdiri di samping Louis yang berada di samping kananku. "Mason? Mengapa kau disini?", tanyaku sedikit terkejut. Bodoh, aku sangat tidak sopan tapi sungguh, apa yang ia lakukan disini?

   Aku sudah berusaha melupakan segala permasalahanku dengan Nathan, walaupun ia tak kunjung menghubungiku hingga detik ini. Tapi, melihat Mason sangatlah membuatku mengingat kejadian itu. Aku tidak menyalahkan Mason dan aku tidak mengatakan bahwa Mason harus mengetahui hal ini, namun dengan melihatnya saja membuat rasa bersalahku terhadap Nathan semakin membengkak dan itu sangat menggangguku.

   "Oh, aku menggantikan Joshua. Louis dan Elsa akan berada di kafe hingga malam, mereka juga baru saja datang. Aku berada disini dari pagi", jawabnya ramah, dengan senyuman hangatnya yang selalu ia berikan pada siapapun yang ia ajak bicara. Aku hanya menganggukkan kepalaku sebelum meminum air mineral pemberian Louis.

Like We DidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang