33.Kisses

78 5 3
                                    

[Eleanor]

   "Selamat pagi, sayang!", seru ibu saat aku baru saja menuruni anak tangga, menuju dapur. Ya, semalam aku tiba di rumah sekitar pukul 12 malam. Ayah dan ibu tak ikut menjemputku, hanya Cameron serta Lili yang menjemputku. Sementara, Nathan dan Aubrey pulang bersama dengan Camila. Rasa lelahku mulai semakin terasa, semalam aku bahkan tidak dapat tidur dengan nyenyak, entahlah mungkin karena selama perjalanan di pesawat aku menghabiskan hampir 4 jam untuk tidur.

   "Pagi, bu, yah", sapaku pada keduanya yang tengah menyiapkan sarapan pagi bersama. Aku tidak mendapati keberadaan Cameron maupun Lili, nampaknya mereka masih tidur, atau mungkin tengah keluar membeli sarapannya sendiri. Mengecup kedua pipi ayah serta ibu, aku segera menuangkan segelas air mineral di gelasku sebelum meneguknya hingga habis. "Ibu sangat merindukanmu", terdengar suara lembut ibu, menatap ke arahku. Memberinya senyuman, aku bergegas mendekap tubuhnya singkat. Jangan salahkan, tentu aku merindukan ayah, ibu dan juga Lili.

   "Jam berapa kau sampai di rumah?", tanya ayah. "Jam 12, mungkin", jawabku santai, menatap ke arah ayah yang tengah menaruh beberapa potong roti isi di atas piring berukuran besar. "Aku yakin kau akan merasa sangat lelah setelah ini", sahut ibu lembut. "Ya, itulah yang ku rasakan sekarang", jawabku sembari berpindah duduk di kursi makan, menatap ke arah berbagai macam sarapan yang berada di atas meja makan.

   Ibu meletakkan sebotol jus apel di atas meja makan, bersebelahan dengan piring berisi pancake. "Dimana Lili?", tanyaku ke arah ibu yang kini duduk di hadapanku. "Ia sudah bangun, namun sepertinya ia akan turun sebentar lagi", jawabnya. Menganggukkan kepala, aku baru saja berniat untuk memanggil Lili dan Cameron di kamarnya, namun Lili dan Cameron tiba-tiba memasuki dapur dengan senyuman hangat mereka.

   "Selamat pagi", sapa Lili, diikuti oleh Cameron, kepada kami, membuatku kembali duduk di kursiku dan memberi keduanya senyuman, "Selamat pagi, Lili, Cam", jawabku, begitupun dengan ayah dan ibu. Lili mengambil duduk di sebelahku, sementara Cameron di hadapannya, bersebelahan dengan ibu. Entahlah, 3 minggu tidak berada disini nampaknya membuat Cameron dan keluargaku semakin dekat, dan aku senang akan hal itu.

   Mengambil 2 potong roti isi, tak lupa menuangkan susu di gelasku, kemudian perlahan aku memakannya. "Jadi, bagaimana dengan London?", tanya ayah,  yang jelas tertuju untukku. Terkekeh, "Sangat luar biasa, aku menyukainya. Rumah Nathan dan Aubrey juga sangat nyaman dan elegan, itu adalah rumah lama mereka saat mereka masih menetap di London. Restoran dan kafe nya pun sangat bagus, tempat wisatanya juga", jelasku.

   "Ah, tentu, London memang sangat menarik dan menakjubkan", ujar Cameron. Tentu ia pernah berjunjung kesana, setidaknya ia pernah ke beberapa tempat di London yang mungkin tak sempat ku kunjungi kemarin. "Oh, dan aku akan memberikan oleh-oleh untuk kalian semua setelah ini", ujarku, membuat Lili menepukkan kedua telapak tangannya, berantusias.

   "Ah, itulah yang ku tunggu-tunggu", ujar Lili. Aku hanya terkekeh sembari memutar kedua bola mataku dan melanjutkan sarapanku. "Apa ayah dan ibu memiliki rencana hari ini?", tanyaku sebelum menyuapkan kembali roti isi ke dalam mulutku.

   "Oh, ya, setelah ini ibu dan ayah akan ke rumah sakit dan kami akan pulang jam 4 sore. Ada apa?", jawab ibu, menatapku hangat. "Oh, tidak, aku hanya menanyakan saja. Bagaimana denganmu, Lili?", tanyaku. "Aku harus menemani Cameron untuk menjenguk kerabatnya yang baru saja memiliki anak, mungkin siang ini lalu kami akan keluar, mungkin menonton bioskop", jelasnya. Aku hanya menganggukkan kepalaku.

   Setelah menghabiskam sarapan kami, ayah dan ibu segera bersiap untuk ke rumah sakit, sementara Lili dan Cameron menonton acara pagi di ruang keluarga. Aku kembali ke kamarku, mengambil ponselku terlebih dahulu sebelum membuka koperku.

Like We DidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang