What A Time - Julia Michaels feat. Niall Horan
~~~
[Eleanor]
Aku mengenakan celana jeans pendek dan tanktop putih yang sebelumnya ku kenakan sebelum berjalan menuju dapur. Nathan tengah berdiri, memunggungiku di hadapan lemari pendingin. "Apa yang kau cari?", tanyaku sembari mengikat rambutku, berjalan mendekat ke arahnya.
"Bahan makanan yang akan kau masak. Tapi, apa yang akan kau masak?", tanyanya sembari melirik ke arahku. "Um, cream soup?", tanyaku sembari mendorong badannya sedikit menjauh sehingga aku dapat mengambil bahan makanan di dalam lemari pendingin.
"Aku suka itu. Aku bisa membantu memotong jamur jika kau mengijinkan?", ujarnya. Aku hanya tersenyum sebelum mengeluarkan 1 pack jamur, 2 buah jagung, 2 buah daging ayam yang sudah di fillet dan beberapa keperluan memasak lainnya.
"Kau bisa memotong jamurnya seperti ini", ujarku sembari memberinya contoh. "El, aku tidak bodoh. Aku pernah membuat ini dan aku tau cara memotong jamur", ujarnya bersamaan dengan kedua bola matanya yang berputar, membuatku terkekeh.
Selagi ia memotong jamur, aku menyiapkan ayam dan jagung, kemudian membuat adonan untuk kuahnya. Setelah semua bahan sudah siap, kami hanya menunggu hingga sup matang. Sembari menunggu, Nathan sesekali menggelitik perutku.
Tangannya menari di pinggulku, membuatku tertawa lepas sementara ia hanya menertawakan wajah merah merona ku, perlahan ia mengakhiri siksaannya, namun aku mulai merasakan sensasi seksual yang merambat di sekujur tubuhku ketika ia perlahan menghembuskan nafas di tengkuk leherku.
Tubuhku seakan bergetar merasakan kedua tangannya yang perlahan menjalar masuk ke dalam tanktop ku. Tangannya terasa hangat pun tetap membuat sekujur tubuhku membeku. Perlahan aku merasakan bibirnya mendarat tepat di area sensitif di tengkuk leherku, tepat di belakang telinga.
"Ah, N-Nath-Nathan", tanpa ku sadar suaraku berubah menjadi desahan yang semakin tak beraturan ketika tangannya semakin menjalar. Tubuhnya perlahan mendorongku hingga akhirnya aku terduduk di atas meja bar, sementara ia tetap berdiri di antara kedua kakiku.
Bibirnya tiada henti menyerbu tengkuk leherku, sementara aku hanya bisa menyebut namanya. Sesekali aku mendengar ia mengerang, membuat sekujur tubuhku semakin membara. Sial, aku merindukan sentuhannya.
Siksaan nikmat yang telah lama tidak ku dapatkan darinya membuat tubuhku semakin bergetar. Perlahan aku menjalankan kedua tanganku ke tengkuk lehernya, sesekali menarik ujung rambutnya. Dalam hitungan detik, aku menarik wajah Nathan dan mencium bibirnya. Sial, aku merindukan ini.
Kedua tangan Nathan berlabuh di kedua payudaraku, membuat tubuhku enggan menjauh. "Fuck Elanor", desisnya sebelum mendekatkan tubuhku dengan tubuhnya. Aku kembali menyium bibirnya, setiap sudut bibirnya yang telah lama tidak ku rasakan.
Tangan Nathan kini mendarat di kancing celanaku, berusaha membukanya tanpa melepas bibirnya dari bibirku. Sial, aku sangat merindukan sentuhannya. Dengan satu gerakan cepat ia berhasil membuka kancing celanaku dan melepasnya dengan cepat.
Ia semakin mendekatkan tubuh kami, aku mulai merasakan ereksinya yang berada tepat di antara kedua kakiku. Sial, sungguh aku merindukan ini, namun ini sangat salah. Perlahan aku mendorong tubuhnya yang semakin memanas.
Sesaat setelah aku berhasil melepas bibirnya dari bibirku, aku meletakkan kedua tanganku di pinggulnya, menatapnya dalam. Kedua matanya menatapku bingung. "Sup nya sudah jadi", ujarku sebelum beranjak mendekat ke arah kompor dan menemukan sup kami yang telah mendidih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Like We Did
Teen FictionNathan dan Eleanor, sepasang sahabat yang pada akhirnya menjadi sepasang kekasih, mau tak mau harus menerima kenyataan saat Nathan diharuskan untuk kembali London. Hubungan mereka mulanya berjalan dengan baik-baik saja hingga sesuatu yang tak diingi...