Aku kembali berada kamar di Royal President Suite itu lagi. Duduk santai di atas sofa, dengan sebuah buku yang sudah terbuka di halaman dua puluh tiga, dan sisanya telah kutumpuk rapih di atas meja.
Setelah selesai makan siang tadi, Reyno beberapa kali dihubungi oleh seketarisnya yang kudengar bernama Anya. Dari pembicaraan mereka sepertinya akan ada pertemuan penting mendadak dengan beberapa klien, dan beberapa dokumen yang perlu ditanda tangani. Entahlah.
Seperti yang dia katakan sebelumnya, bahwa setelah makan dan seterusnya adalah terserah padanya, dan ia melakukan itu. Aku hanya diminta memilih antara resto di sebelah pool atau kamar ini, tentu aku mengambil pilihan kedua.
Sebelum meninggalkanku, ia sempat berpesan agar aku menikmati, dan melakukan apa saja sesukaku di sini. Tentu saja itu yang kutunggu dan jujur aku sama sekali tidak keberatan.
Buku-buku ini telah menjadi incaranku sejak saat itu, dan sepertinya diam-diam Reyno mengetahuinya. Bahkan ketika Reyno mengatakan ia akan kembali dalam dua sampai tiga jam, aku hanya mengangguk sambil tersenyum.
***
Reyno akhirnya keluar dari ruangan meeting setelah pertemuan yang memakan waktu lebih dari dua jam itu.
Pertemuan dan negosiasi dengan beberapa supplier yang akan terkait dengan proyeknya. Rencana kerja sama akan segera dilakukan mulai minggu depan. Reyno benar-benar serius dengan hal ini.
"Anya, tolong ambil alih sisanya, semuanya sudah sesuai rencana. Katakan juga kepada divisi promosi untuk segera melampirkan story board. Kutunggu tiga hari lagi." Reyno melepas jas sambil berjalan menuju kursinya.
"Baik, Pak. Apakah Bapak akan pergi?" Anya menatap ragu-ragu. Reyno tersenyum kecil.
"Aku ada di hotel. Kau bisa menghubungiku jika ada sesuatu, ada apa? " Anya terdiam dan buru-buru mengangguk.
"Maaf, saya kira anda akan pergi, ada seseorang menunggu anda di lobby." Reyno menaikan alisnya menatap Anya.
"Siapa? sudah lama? " Anya mengedikkan bahu.
"Maaf, saya tidak kenal Pak, seorang pria muda. Saya belum pernah melihatnya, hampir 30 menit yang lalu." Reyno tampak berpikir sejenak.
"Baiklah. Terima kasih, Anya." Sekertarisnya itu mengangguk lagi dan berlalu keluar.
Reyno melipat lengan bajunya hingga siku. Ia mencoba menebak-nebak. Apakah Ayah? atau Calvin? atau ... tapi untuk apa? Ia meneguk dua kali kopinya yang sudah dingin sebelum beranjak keluar.
Reyno sudah berada di lantai dasar, dan ia langsung menuju ke arah Ballroom. Pandangannya langsung tertuju pada beberapa sofa, dan matanya menangkap seseorang di sana, duduk membelakanginya. Hanya terlihat bagian kepalanya yang menyembul.
Sosok itu mendadak menoleh sebelum
selangkah lagi Reyno sampai di
sampingnya."Hai, Rey!" Sapanya sambil tersenyum lebar. Masih dengan balutan jaket kulitnya yang fashionable, skinny jeans hitam dan pembawaan angkuhnya.
"Zach?" Reyno menghentikan langkahnya, dan Zach dengan santai langsung memeluk kasual.
"Apa kabarmu?" Zach melepas pelukannya dan kembali duduk. Ia bergeser memberi tempat untuk Reyno duduk.
![](https://img.wattpad.com/cover/70151197-288-k1058.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST ONE BELIEVE (complete)
RomanceHampir setahun lebih Annora terkungkung dengan masa lalu dan mimpi buruk. Dan karena rasa frustasi untuk berusaha lepas dari dilema itu, akhirnya ia memilih untuk pergi menjauh dan hidup seorang diri. Belajar dan bekerja dilakoninya sekaligus. Ia be...