________________________
Warning/peringatan!
Bab ini berisi konten +18 tahun ke atas. Bacalah dengan bijak, dan skip jika tidak ingin.
I warn you :)
________________________Acara selesai setelah hampir tujuh jam lebih. Setelah resepsi yang begitu ramai dan megah berlangsung kurang lebih empat jam, dan selesai dari sana aku dan Reyno masih makan bersama keluarga besar dari pihak Reyno juga aku, lalu akhirnya kami baru bisa naik ke kamar setelah menunggu semua sanak keluarga dan seluruh rekan-rekan Reyno pulang. Papa Reyno, Zachary dan tentu saja Diana, namun aku tidak menemukan paman Argus.
Saat itu aku baru mengetahui bahwa mereka menjalin hubungan setelah Reyno memutuskan pertunangan. Cukup mengejutkan seperti bagaimana Diana tetap datang dengan santai di pernikahan itu lalu bagaimana ia melewatkan aku dan langsung menyalami Reyno di pelaminan.
Sebenarnya aku juga tidak terlalu peduli. Mungkin kebenciannya padaku tidak akan pernah hilang. Biarlah. Setidaknya Reyno kini sudah menjadi suamiku, dan aku yakin ia akan tetap seperti itu. Diana bagaimana pun adalah masa lalu Reyno, begitu pun Adrian.
Namun pelukan Reyno dari belakang membuat semua pikiran tadi buyar.
"Apa yang sedang kau pikirkan, Dear?" Aku meraih lengannya yang merangkulku.
"Aku merasa lega semua sudah berlalu dan kita bisa sampai disini," ujarku membuat Reyno mengecup leherku.
"Kamu sudah jadi istriku, jadi bukan hanya kamu yang merasa lega sekarang." Ia terkekeh dan aku pun ikut tersenyum. Bahkan ketika sudah sah menjadi istrinya aku masih berdebar pada setiap sentuhan dan kata-katanya.
Ciuman Reyno tidak berhenti di sana. Bibirnya sempat mengecup telingaku hingga hembusan napasnya membuat tubuhku meremang. Aku menggigit bibir ketika tangan Reyno tidak lagi di tempatnya dan bergerak menyentuh tempat lain seiring kecupannya yang kian intim. Beberapa kali aku menahan napas, bajuku sudah sedikit tersingkap dan tangan Reyno tentu saja sudah berada di baliknya, menjamah kedua bagian sensitif di tubuhku.
"Rey ..." Antara memanggil dan menahan desah aku menahan gerakan tangannya di dada.
"Kenapa?" Reyno menjawab lagi di telingaku. "Kamu mau aku berhenti?" Aku mengangguk perlahan. Reyno pun berhenti.
"Kita ... mandi dulu, yuk." Entah keberanian dari mana muncul, aku merasakan panas di wajahku ketika Rey segera membalikan tubuhku menghadapnya, aku bisa melihat senyuman khasnya yang terkembang menawan.
"Kamu mau kita mandi bersama?" Perlahan aku mengangguk walau rasanya ingin pingsan karena rasa malu juga bercampur bahagia. Ia sudah menjadi suamiku apapun bisa terjadi, bahkan akan menjadi lebih dari dua tahun bersamanya.
Reyno kembali tersenyum. Ia tak ragu melepas pakaiannya lalu celana hingga menyisakan satu-satunya pakaian dalam hitamnya. Aku kembali menggigit bibir, Rey terkekeh menatap wajahku yang merah merona melihat suaminya sendiri.
"Sini aku bantu." Rey mendekat dan membantu aku melepaskan pakaian yang memang sudah tak beraturan, dan kedua pakaian dalamku juga ia sisakan. "You're beautiful," pujinya sambil menatapku dan untuk pertama kalinya ia memandang tubuhku sambil tersenyum. Rey benar-benar membuat aku malu setengah mati, tapi aku tahu ia menahan semua itu dari dulu. Ia tidak ingin terlihat tidak sopan dan seolah hanya menginginkan tubuhku. Dari awal ia tidak pernah memaksa. Semua karena kami berdua memang saling menginginkan.
"Kamu juga," ujarku menunduk malu.
"Annora." Rey menengadah wajahku. "Kamu gak perlu malu lagi, aku sudah jadi suami kamu." Aku hanya mengangguk kecil membuat Rey mengecup keningku lalu bibirku sebelum menarik aku ke dalam kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST ONE BELIEVE (complete)
RomantizmHampir setahun lebih Annora terkungkung dengan masa lalu dan mimpi buruk. Dan karena rasa frustasi untuk berusaha lepas dari dilema itu, akhirnya ia memilih untuk pergi menjauh dan hidup seorang diri. Belajar dan bekerja dilakoninya sekaligus. Ia be...