Sebulan yang lalu.
Setelah proses dan penantian yang panjang. Empat bulan. Target yang tidak meleset sama sekali. Reyno duduk menatap beberapa report berupa berkas panjang yang diletakan Anya sejak pagi tadi, laptop dengan runtutan email, yang beberapa di antaranya sangat penting. Nama-nama dan subjek pengirim yang membuatnya menyungging senyuman. Tampak tidak singkron dengan wajahnya saat ini yang terlihat pucat dengan lingkaran hitam yang semakin kentara, namun walaupun begitu kilatan di matanya mengartikan sebaliknya.
Hampir dua minggu. Sejak kejadian di kamar hotel, juga janji yang telah ia ucapkan pada Annora, telah menjadi pemacu terbesar atas apa yang ia perjuangkan sekarang.
Selain obesesinya sendiri untuk pembuktian, pertunangannya dengan Diana juga menjadi hal utama. Ia ingin secepatnya menyelesaikan semua. Menghapus dan menyobek habis lembaran lama, lalu membuka lembaran baru.
Sudah sejak lama ia tidak merasakan perasaan seperti ini. Di mana semangat dan emosinya meluap hingga ubun-ubun. Pertama kali ia merasakannya adalah ketika segala usaha dan jerih payah, telah membuat dirinya berhasil menduduki posisi saat ini. Tak dipungkiri, ia menyukai kompetisi. Walaupun untuk kasusnya sekarang, harga diri yang ia pertaruhkan.
Setiap hari, seketarisnya selalu kembali dengan beberapa laporan dan sibuk menjawab beberapa kesimpulannya ketika Reyno bertanya mengenai garis besar isi dari tumpukan berjilid tersebut.
"Semua bagian sudah lengkap
memberikan laporan terbaru." Anya melirik sepintas ke arah wajah bos-nya yang sudah seperti zombie."Semua sudah saya analisa, sebagian besar sesuai target dan rata-rata hasilnya positif." Reyno bereaksi lagi dengan menyungging senyuman atas kalimat tadi.
"Ok, dalam dua sampai tiga jam akan saya cek, nanti setelah istirahat, siapkan ruangan di lantai delapan. Kita meeting besar setelah jam satu." Reyno mengambil cangkir dingin di samping, lalu meneguk habis sisa kopi hitam semalamnya.
"Baik, Pak." Wanita itu mengangguk singkat. Ia sempat tertegun dengan perintah pria di hadapannya, yang mungkin hampir dua minggu tak juga pulang beristirahat, pria itu bahkan tidur di kursi dan meja kerjanya. Dan keesokan hari, semua laporan pasti sudah ia selesaikan. Selalu ada progres. Jujur iya semakin respect dan kagum dengan bos-nya.
"Maaf, apa mau saya siapkan minuman yang sama lagi, Pak?" Ia menangkap Reyno yang terlihat masih menatap cangkirnya setelah tegukan terakhir.
"Buatkan lagi dua, dan lebih pekat." Jawab Reyno sambil menarik berkas dihadapannya.
***
Rapat siang itu sangat berjalan lancar. Semua usaha dan rencana dalam meningkatkan promosi hotel berbuah hasil. Banyak investor asing mulai tertarik untuk membeli saham mereka, atau bahkan membuka cabang baru. Nilai saham hotel pun semakin naik, dan tentu saja image dan omset hotel itu diprediksi akan semakin baik dan meningkat.
Sebenarnya sejak awal Reyno sudah sangat yakin semua rencananya akan berjalan dan berhasil. Ia telah melihat tim kerja yang telah disusun, bekerja sangat kompak dan inisiatif. Semua bagian tampak puas dengan hasil kerjanya masing-masing.
Selesai meeting, ia memutuskan untuk beristirahat sebentar di ruangannya. Sarapan dan makan siang tidak juga membuat ia berkutik dari meja. Ia tidak berpikir untuk keluar ruangan sama sekali. Sekali pun sebenarnya ingin sekali bertemu kekasihnya. Tapi kewajiban membuatnya harus memilih.
Dan dia masih punya waktu dua minggu lagi hingga sebulan.
***************************
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST ONE BELIEVE (complete)
RomanceHampir setahun lebih Annora terkungkung dengan masa lalu dan mimpi buruk. Dan karena rasa frustasi untuk berusaha lepas dari dilema itu, akhirnya ia memilih untuk pergi menjauh dan hidup seorang diri. Belajar dan bekerja dilakoninya sekaligus. Ia be...