Seriously?

2.5K 149 3
                                    

Kalau bukan gara-gara Elsa yang tiba-tiba mengabariku dari SMS, mungkin aku tidak akan sadar jika Reyno berulang tahun hari ini. Betapa bodohnya aku tidak menyadari dan mencoba untuk tahu. Selama ini aku terlalu sibuk dengan perasaanku sendiri.

Memang hubungan kita belum sampai sebulan, aku bahkan belum benar-benar tahu detail tentang dirinya sendiri. Dimana dia lahir, tanggal berapa dia berulang tahun, siapa orang tuanya, apakah dia punya kakak atau adik dan lainnya yang seketika saja membuat aku merasa kesal
dengan diriku sendiri.

Aku menyukainya, bahkan mulai menyayanginya ... tapi aku malah belum mengenalnya lebih dalam.

Kalau bukan karena inisiatif Reyno mengajakku ke tempat-tempat miliknya, menyebut nama lengkapnya atau menceritakan status pekerjaan dan memiliki tunangan, aku pasti tidak akan pernah tahu apa-apa. Aku ternyata terlalu cuek.

"Kau sudah lapar belum?" suara Vivian tiba-tiba menyadarkanku.

"Hmm? lumayan." Jawabku lemas sambil menoleh pelan dan kembali menatap lemari pakaianku.

"Ada apa sih? tingkahmu sudah seperti orang sedih begitu." Aku mengedikan bahu.

"Aku menyadari sesuatu, dan menyesalinya." Aku menghela panjang.

"Perihal ulang tahun Reyno tadi?" Vivian melirik Annora sambil tersenyum.

"Bahkan aku tidak menyiapkan apapun untuknya." Vivian malah terkikik di belakangku.

"Kau seperti orang yang belum pernah pacaran saja." Annora mengerling Vivian sinis.

"Dengar, yang perlu kau lakukan hanya menyiapkan dirimu. Masalah kado yang ingin kau berikan nanti, itu bisa menyusul, aku yakin Reyno bisa mengerti." Vivian tersenyum penuh arti.

"Aku tak mengerti arah pembicaraanmu." Sebelah alisku naik, tapi wajahku mendadak terasa panas.

"Aku yakin kau menangkap maksudku." Vivian terkekeh sambil bangkit dan mengambil handuk. "Kau perlu melakukan sesuatu. Cepat bersiap-siap dan ikut aku."

"Kau mau membawaku ke mana lagi?"

"Tak usah banyak tanya, bersiap-siap saja sana."

***

"Kau menyebalkan Vivian!" wajahku yang merah kali ini hanya terlihat putih. Vivian malah tersenyum lebar.

"Hei, apa lagi yang perlu kau permak kalau bukan tubuhmu? kau ini seorang wanita ingat, jangan terlalu cuek dengan tubuhmu sendiri." Aku berdecak kesal.

Badanku kedinginan karena penuh krim lulur beraroma green tea berwarna krem kehijauan yang menunggu kering. Wajahku juga ter-cover masker berbahan jelly yang perlu dipakai hingga 35 menit. Lalu kedua pegawai di depan dan di sampingku, tengah sibuk melakukan menicure dan pedicure.

"Nikmati saja, i'll pay for you." Vivian tersenyum bangga. Ia memang ingin melakukan ini pada sahabatnya sejak dulu. Kecantikan Annora memang alami, dan inner beauty-nya juga kuat, tapi tetap saja itu tidak cukup.

"Vivian, setengah jam lagi Reyno akan menjemputku!" aku menggeram.

"Tenang saja." Vivian dengan cekatan langsung mengambil alih ponselku dan melakukan sesuatu di sana.

JUST ONE BELIEVE (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang