Kecupan kecil membangunkanku seketika. Kedua mataku langsung menangkap sosok pria menawan di sampingku. Menatap teduh, dan tersenyum hangat.
"Bangun yuk." Ujarnya sambil tersenyum, "kau tidak lupa shift sore kita kan?" kali ini ia terkekeh.
"Eh ... benar juga." Jawabku tersadar. Aku benar-benar lupa segalanya. Bahkan setelah sejam yang lalu, semua ingatan itu masih terbayang jelas, kecuali yang lain. Wajahku seketika memanas.
Kulihat Reyno masih asik memandangku. Kutiup wajahnya.
"Hei!" Protesnya sambil terkekeh.
"Berhenti menatapku." Ujarku sambil berbalik dan memunggungi.
Namun dari belakang ia bergeser mendekat, dan memeluk tubuh polosku yang hanya terlindung selapis selimut tipis.
"Kau tidak bisa melarangku." Bisiknya perlahan.
"Kenapa tidak?" tanyaku sambil menghela, ketika suhu tubuhnya yang lebih hangat terasa nyaman di punggungku.
"Karena aku sudah melihat semuanya." Sambungnya dan hampir membuatku memekik, namun buru-buru kutahan dalam hati.
Aku tahu wajahku semakin merona. Tapi keputusanku membalikan badan memang paling tepat.
Reyno tahu aku kehabisan kata-kata, dan menyembunyikan wajah. Ia mengenal wanitanya. Yang selalu tersipu dan salah tingkah, apalagi setelah hal ini. Ia pun tersenyum kecil, sambil memberi kecupan yang kali ini dilayangkan ke arah tengkukku.
"Aku mandi dulu, dan setelah itu kita berangkat." Reyno kemudian bangkit, namun aku tetap bergeming.
"And if you want to join me, just come ..." Godanya lagi sambil memandang punggung mulusku yang terbuka.
Aku terus menggigit bibir dan akhirnya menghela panjang, ketika pintu kamar mandi sudah tertutup.
Aiss!! bagaimana ini ...?
Bahkan setelah melakukannya, jantungku malah semakin tak karuan. Dan rasanya aku tak sanggup lagi menatap wajahnya. Membayangkan mata itu telah melihat seluruh diriku.
Benar-benar ingin mengubur diri sampai rasa malu ini hilang!
Aku bangkit sambil menarik selembar selimut putih dan membungkus tubuhku. Lalu berjalan ke arah sebuah meja rias di sisi kanan dekat jendela. Kutatap pantulan tubuhku di sana.
Entah kenapa aku tersenyum melihat kondisiku.
Beberapa menit kemudian Reyno keluar, tangannya mengacak rambutnya yang basah, sambil menangkap aku yang tengah berkaca.
Ia tersenyum kecil, menyaksikan lucunya aku dengan balutan selimut. Mendadak dirinya teringat bagaimana ia membungkus Diana juga dengan selimut, sama sekali tak sebanding dengan apa yang dilihatnya sekarang.
Tubuhku yang terbalut tampak belakang, terlihat begitu indah baginya. Dan jika tidak berusaha menahan perasaan, sebenarnya ia ingin kembali menghampiriku, memeluk dan melempar tubuhku kembali ke atas kasur.
"Kau, mau mandi?" tanya Reyno sambil berusaha menepis pikiran tadi.
"I-iya, kau sudah selesai?" aku menoleh dan melihat tubuh basah Reyno yang hanya tertutup selembar handuk di bagian bawah.
Pikiran aneh begitu saja memenuhi benakku. Membayangkan memeluk tubuh itu, dan seketika saja handuknya terlepas.
Ah, Annora! hentikan!!
Aku langsung berjalan ke arah kamar mandi, dan berlari kecil ketika melewati Reyno. Ia tampak terkekeh melihat wajahku yang merah padam.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST ONE BELIEVE (complete)
RomanceHampir setahun lebih Annora terkungkung dengan masa lalu dan mimpi buruk. Dan karena rasa frustasi untuk berusaha lepas dari dilema itu, akhirnya ia memilih untuk pergi menjauh dan hidup seorang diri. Belajar dan bekerja dilakoninya sekaligus. Ia be...