Restoran Roof top malam itu tidak
terlalu ramai. Tapi cukup menghibur. Live musik menyajikan alunan-alunan Mozart dan Bach. Selain itu pemandangan kota tampak atas terlihat sangat indah dari sini, menunya masih autentik dan interiornya sangat classy. Zach diam-diam menyukainya.Apa semua sudah kau kirim?" suara Diana mengalihkannya, wanita itu berbicara dengan garpu di sebelah tangannya, Zach memperhatikan.
"Apapun informasi yang kau dapat, kirimkan semuanya padaku. Ok, nanti akan aku cek. Kutunggu kabar selanjutnya." Ponselnya lalu ditutup, dan ia menyuap potongan steak-nya.
"Siapa yang kau hubungi?" tanya Zach yang memperhatikan Diana sejak tadi, sambil menyesap minumannya.
"Seseorang yang bisa kupercaya." Bibir merahnya tersenyum tipis. Warna itu seperti sudah melekat di sana, bahkan tidak menghilang walaupun makan atau minum.
"Apa yang sebenarnya sedang kau lakukan, Diana?" matanya hanya menatap Zach tanpa berkata apapun. Ia tetap mengunyah dengan tenang.
"Kau bilang ingin membicarakan sesuatu tentang Reyno? apa kau ..." Diana menaikan tangannya, menyuruhnya berhenti berbicara.
"Satu, satu. Aku akan menjelaskannya padamu. Jangan dulu menyimpulkan. Kau belum tahu apa-apa." Diana meneguk wine-nya.
Zach masih tidak mengerti. Bahkan sejak siang tadi hingga makan malam, Diana belum benar-benar menceritakan apapun. Kebanyakan hanya konsultasi fashion, dan sisanya beberapa omelan tentang sambilannya mengelola butik.
"Jujur aku benci mengatakan ini. Tapi Reyno akan segera memutuskan pertunangan." Mata Zach melebar. Diana mendengus pelan. "Dan sekarang, bahkan sebelum kita benar-benar pisah, ia sudah memiliki wanita lain." Zach malah sedikit terkekeh. Walau ia mencoba menyembunyikan.
Antara terkejut dan tidak menyangka, bahwa kakaknya itu ternyata sudah banyak berubah. Reyno yang dikenalnya tidak seperti ini. Sebelumnya dia sangat mencintai wanita ini, dan sebenarnya itu juga salah satu kebodohannya.
Diana dulu adalah kelemahan buat Reyno, dia tidak pernah setengah-setengah mencintai pasangannya, selalu tulus dan sangat perhatian. Namun, Diana yang menyadari itu, sedikit bermain api. Sifat tidak pernah puas, membuatnya selingkuh dan mempermainkan perasaan kakaknya itu beberapa kali. Zach selalu menjadi saksi semua itu. Ketika kakaknya terbakar cemburu, dan pada titik tertentu ketika Reyno benar-benar ingin mengakhiri hubungannya, yang disambut dengan Diana yang merengek-rengek minta maaf dan kembali kepelukannya.
Inilah kebodohan kakaknya, selalu saja tidak tega melihat wanita menangis, dan mencoba memaafkan. Walaupun kepercayaannya perlahan terkikis. Seperti sebuah kertas kusut, yang tidak akan kembali licin. Zach tahu lambat laun ini pasti terjadi. Sudah seperti bom waktu. Di mana Reyno akhirnya muak dengan semua ini.
Jujur ia sama sekali tidak merasa iba. Kakaknya mungkin sudah mengambil keputusan yang tepat. Dan dengan kesempatan seperti ini, dibenaknya sekarang hanya terpikir untuk mengambil hati wanita keras kepala ini, hingga jatuh ke pelukannya.
"Hei, apa kau dengar aku?" Zach mendadak tersadar dari pikirannya. Diana tampak menyodorkan sebuah foto di atas meja.
"Apa ini?" Zach mengerutkan keningnya, ketika matanya memicing, melihat kakaknya sedang duduk bersebelahan dengan seorang wanita di pinggir kolam renang. "Dari mana kau dapat foto ini?" Diana hanya tersenyum.
"Seseorang yang bisa kupercaya." Jawabnya lagi.
Zach fokus pada foto itu, menatap wajah kakaknya yang terlihat santai, lalu wanita di sampingnya yang tersenyum lembut.
Jadi ini wanitanya sekarang?
Entah kenapa fokusnya kini berubah. Di foto ini memang tidak jelas, tapi memang cukup terlihat bahwa wanita ini memang begitu cantik. Rambut panjang bergelombang, lalu dress pink-nya yang terkesan innocent. Wajar
saja Reyno memilihnya."Jangan bilang kau ikut-ikutan penasaran?" Diana sedikit membanting garpu. Lalu mengambil tisu dan mengusap mulutnya.
"Tentu saja aku penasaran. Seperti apa sosoknya sampai Reyno bisa melupakanmu." Diana berjengit pada kata-kata Zach. Wajahnya seketika merah padam.
"Sebegitu marahnya dirimu." Zach terkekeh, tapi Diana hanya memutar mata. "Sekarang mungkin kau tahu, bagaimana sakitnya perasaan Reyno saat itu?" Diana kembali mendengus dan membuang muka.
"Jangan bawa-bawa masa lalu." Zach kembali tersenyum.
"Baiklah, sekarang apa point yang ingin kau sampaikan di pertemuan ini?" Zach menyandarkan tubuhnya. Hal ini seketika membuatnya sangat tertarik.
"Aku perlu bantuanmu, Zach." Zach mengetuk-ngetuk jarinya di meja.
"Lalu apa untungnya buatku?" sebelah alisnya naik.
"Aku." Zach terdiam. Apa maksudnya?
tapi Diana memandangnya lurus. "Kau bisa melakukan apapun padaku." Zach tertawa mencibir"Jadi sekarang kau sama saja seperti wanita-wanita yang kukenal itu?"
wajah Diana tampak santai."Tentu saja berbeda, bukankah aku perlu diperlakukan secara istimewa? " matanya kali ini tampak menggoda. Zach lagi-lagi terdiam. Apa jangan-jangan sebenarnya ia yang terlalu bodoh, hingga perasaannya sampai ketahuan.
"Jadi, rencananya seperti ini, Zach ..." Diana kemudian mengalihkan pembicaraan.
"Rencanamu sudah bisa kutebak." Zach memotong, dan Diana langsung tertawa.
"Ah, baguslah kalau begitu. Tunggu sampai kau melihat langsung wanita itu." Dan keduanya saling memandang.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST ONE BELIEVE (complete)
RomanceHampir setahun lebih Annora terkungkung dengan masa lalu dan mimpi buruk. Dan karena rasa frustasi untuk berusaha lepas dari dilema itu, akhirnya ia memilih untuk pergi menjauh dan hidup seorang diri. Belajar dan bekerja dilakoninya sekaligus. Ia be...