Prepare

1.1K 75 1
                                    

"Eh, maksudmu gaun yang seperti apa? kalau itu kupikir kau harus tanya pada dirimu sendiri model seperti apa yang kau suka, Annora," ujar Gwen sambil memutar-mutar sedotan di gelas milkshake-nya.

"Aku tidak ada gambaran model seperti apa yang sedang in." Sambil menghela jariku menaik turunkan layar di ponsel. Ternyata melihat dari internet juga tidak banyak memberi pencerahan. Gwen terkikik diam-diam melihat alisku yang sudah keriting sejak sejam yang lalu.

"Ngomong-ngomong, aku tidak percaya kalian benar-benar akan segera menikah, kau dan pacar gantengmu itu, oh, kalian benar-benar serasi." Kulirik temanku yang bergerak-gerak aneh sambil memegang kedua pipinya dengan mata yang berbinar.

"Gwen, hentikan." Kusikut lengannya sedikit. Lagipula kata pacar ganteng itu membuat aku sedikit ... jujur saja merasa senang. Memang ternyata Reyno adalah sosok seperti itu di luar kacamataku.

"Hei, aku bicara jujur, seandainya aku juga bisa menemukan pacar seperti itu, sudah cakep, gagah, cool, mapan, baik, pengertian lalu setia?? Annora, kau itu seperti dapat jackpot." Aku memutar mata lalu menutup wajah. "Tapi worth it, Reyno pun mendapat seorang Annora yang pintar, cerdas, mandiri, berambut indah, berkulit putih mulus dan overall cantik, ya sudah, kalian memang serasi." Ia tersenyum lebar seolah puas dengan kesimpulannya itu.

"Obrolan macam apa ini, Gwen? kau merubah topik," ujarku lalu menghela lagi kemudian mengambil dua buah kentang goreng dan menjejalnya begitu saja ke dalam mulut. Tentu saja wajahku panas, maka kupikir dengan mengunyah sesuatu akan sedikit mengalihkan.

"Ya,ya, maaf, tapi sulit untuk tidak bilang seperti itu setelah sejauh ini." Gwen terkekeh lalu ikut-ikutan mengambil sepotong kentang goreng. "Karena dari awal, entah kenapa, aku seperti punya feeling Reyno memang serius denganmu, berbicara sebentar saja dengannya langsung nyaman, wawasannya luas, cara pandangnya mengagumkan, dan ia sangat terbuka dengan hal-hal baru, sepertinya dia sangat pintar melihat peluang, jeli, eh, aku kok jadi penasaran dia bekerja di mana dan sebagai apa? itu pun jika kau tidak keberatan memberi tahu." Lagi-lagi Gwen terkekeh, kali ini sambil sedikit menggodaku.

"Dulu dia seorang General Manajer di sebuah hotel, fokus pada promosi dan kenaikan omset pertahunnya, ia juga banyak berpengaruh hingga mampu menaikan harga saham, menarik investor sampai melebarkan cabang." Gwen nampak terdiam beberapa saat. Aku melirik dan hampir mencubit hidung bulatnya itu. "Sekarang ia sudah tidak lagi bekerja di jabatannya itu, kuperhatikan ia tengah fokus dengan hal lain yang entah apa ... dia tidak juga mau memberitahuku, namun di lain waktu tetap menjadi konsultan di hotel itu." Aku berdehem lalu kembali menatap Gwen yang sepertinya masih mencerna dan akhir mengangguk-angguk.

"Unbelievable ... aku baru tahu pacarmu bisa melepas semua hal sebesar itu dan memilih mimpinya. Aku benar-benar salut. Sekarang akhirnya aku mengerti kenapa." Kutaut alis menatap Gwen yang masih bergumam sendiri.

"Maksudmu mengerti apa? apa ... kau tahu suatu hal?" Gwen langsung merapatkan bibirnya dan menoleh ke arahku dengan senyumannya yang agak aneh.

"Upsy ..." lalu ia tertawa kecil.

"Gwen ... aku sudah tahu sejak awal kalian sepertinya membicarakan sesuatu tanpa sepengetahuanku!"

***

Bus itu berhenti dan kami langsung buru-buru turun. Gwen melompati dua tangga dengan lincah, mentang-mentang ia pakai sneaker hari ini, sedang aku yang turun sewajarnya.

JUST ONE BELIEVE (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang