The Way You Dream

1.2K 82 1
                                    

Reyno bangun begitu awal pagi itu. Ia menyambutku yang hendak turun mengambil minum. Aku terkejut melihatnya yang sudah rapih dengan setelan jas, celana berwarna hitam keabuan dengan sepatu pantofelnya yang senada.

"Kau sudah bangun?" sapanya hangat, membuatku ingin tertawa.

"Itu seharusnya menjadi pertanyaanku." Kuhampiri Reyno lalu menarik kursi di sampingnya, "tumben sekali?"

Reyno hanya terkekeh. "Hari ini kau kuliah?" tanya Reyno balik menghiraukan pertanyaanku. Aku menggeleng, lalu mengusap mataku yang masih terasa sepat. "Ada yang mau aku bicarakan."

"Oh, ada apa?" Reyno sempat menghela.

"Mungkin satu bulan ini, aku akan lebih jarang pulang." Alisku menaut.

"Maksudmu, seperti waktu itu?" Reyno mengusap kepalaku lembut, meredakan kekhawatiranku.

"Kurang lebih seperti itu, tapi aku akan berada di hotel, dan kau bisa ke sana kapan pun kau mau. Satu bulan ini, aku perlu intensif mengawasi dan membimbing Zach."

"Zach?" aku semakin bingung, mungkin ini maksud pertemuan dengan keluarganya malam itu.

"Hmm ... bagaimana ya, ceritanya panjang." Reyno tersenyum kecil.

"Sebentar, kemarin kau bilang akan mengasuh Zach dan setelah itu kau selesai, jangan-jangan, Zach yang akan ... ?!" Mataku melebarkan menatap Reyno tak percaya, lebih kepada ekspresi, apakah kau serius?

Reyno tetap tersenyum kecil, dan ia benar-benar mengangguk.

"Kau tidak bercanda, kan? maksudku ... Zack itu..."

"Justru karena itu Zach. Memang itulah tujuanku." Aku semakin kehilangan kata-kata. "Lagipula aku tidak pernah berencana untuk berlama-lama di hotel itu, yang kulakukan hanya memuaskan keinginan Papa dan membuktikan kepadanya bahwa aku mampu." Reyno nampak menerawang jauh ketika mengutarakannya. Kudapati wajahnya agak berubah.

"Kenapa melakukan ini? apa sudah kau pikirkan rencanamu setelahnya?" Reyno pun langsung mengangguk santai.

"Tentu saja." Senyumnya merekah, "bersamamu." Alisku semakin kusut, kudorong lengannya sedikit.

"Ck! kau masih bisa bercanda di saat seperti ini?" Pria itu menggeleng.

"Aku tidak bercanda, Annora. Calvin tengah membantuku sekarang."

"Calvin? Rey, tolong jangan berbicara setengah-setengah, apa yang sebenarnya kau rencanakan?" Selalu saja seperti ini, jalan pikirannya tak pernah bisa kutebak.

Reyno akhirnya menghela dan menatapku dalam. Wajahnya tak terbaca.

"Kemari." Tangannya kemudian menarik aku bangkit lalu membawa ke arahnya, sedangkan ia tetap duduk menghadap tubuhku yang berdiri pasrah menatapnya.

Kepalanya menengadah dan mata kami kembali bertemu. Reyno meraih kedua tanganku dan perlahan mengecupnya bergantian. Perlakuannya yang tiba-tiba itu membuat aku gugup.

"Aku berencana untuk menikahimu, dan hidup bahagia bersamamu setelah ini," Reyno pun berujar serius dan tegas.

Tubuhku sontak membeku. Mataku terkunci padanya, memastikan apa yang berada di dalam dua manik itu. Namun sorotnya tetap hangat, aku seperti terserap dengan kedalaman matanya dan hanyut semakin dalam. Anehnya aku tidak merasakan debaran yang kencang, tapi perasaan tenang yang seketika menyelimuti relung hati, lalu menjalar memenuhi perasaan dan tubuhku. Bagai penghangat di udara malam yang dingin, minuman dingin dikala dahaga, atau ketika pulang dan menemukan kamar dan kasurmu yang empuk dan nyaman.

JUST ONE BELIEVE (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang