Pangeran Talibu balas memberi hormat dan berkata, suaranya tenang dan sikapnya agung. "Sudah lama kami mendengar akan bangkitnya bangsa Hsi-hsia yang dimulai dari Tibet dan kami merasa kagum bahwa bangsa yang kecil itu dapat bangkit menjadi bangsa yang kuat. Akan tetapi saya tidak melihat hubungan sesuatu yang dapat menjadi alasan bagi Losuhu untuk mengundang saya menjadi tamu pimpinan bangsa Hsi-hsia."
Sebagai putera kandung seorang panglima besar, tentu saja Pangeran Talibu ini pandai pula dalam hal siasat, dan diplomasi. Di dalam kata-katanya ia memuji-muji bangsa Hsi-hsia, akan tetapi di lain pihak ia pun membanting dan menganggap bangsa Hsi-hsia sebuah bangsa yang kecil dan tidak ada hubungannya dengan Khitan yang besar!
"Ha-ha-ha! Pangeran Talibu dari Khitan benar tinggi hati! Justeru pertemuan antara kita inilah yang menjadi jembatan penyambung hubungan itu. Pangeran Talibu, silakan duduk dan mari kita berunding seperti dua pihak pimpinan bangsa yang besar dan yang memiliki kepentingan bersama."
Talibu mengikuti Bouw Lek Couwsu dan Bu-tek Siu-lam memasuki ruangan besar dan duduk menghadapi meja yang bulat telur dan panjang. Pelayan-pelayan wanita muda dan cantik segera datang membawa arak hangat dan hidangan. Para pelayan ini amat menghormati Bouw Lek Couwsu dan keadaan di situ tiada ubahnya dengan ruangan istana raja. Diam-diaLm Talibu merasa heran mengapa pendeta ini bermata demikian genit penuh nafsu dan mengapa pula seorang pendeta, biarpun dia pemimpin suku bangsa Hsi-hsia, mempunyai pelayan-pelayan wanita yang muda-muda dan cantik-cantik. Akan tetapi sebagai seorang tamu yang tahu akan tata susila dan peraturan istana, ia diam saja, melirik pun tidak untuk menyembunyikan perasaan herannya. Namun diam-diam ia merasa bahwa ia berada di dalam keadaan bahaya, maka ia bersikap hati-hati.
Setelah mereka makan minum, ditemani Bu-tek Siu-lam yang menjadi makin geenit sikapnya terhadap dirinya, Talibu tak sabar lagi lalu bertanya,
"Losuhu, kalau saya tidak keliru menduga, Losuhu ini tentulah Bouw Lek Couwsu, pimpinan para hwesio Tibet yang menggerakkan orang-orang Hsi-hsia, yang terkenal sampai ke Khitan."
"Pandang mata Pangeran Talibu amat tajam dan dugaan itu tepat sekali. Pinceng adalah Bouw Lek Couwsu yang merasa tidak tega menyaksikan kemiskinan bangsa Hsi-hsia, maka sengaja memimpin mereka untuk memperjuangkan perbaikan nasib mereka."
Pangeran Talibu mengangguk-angguk. "Setelah saya memenuhi undangan Losuhu yang disampaikan oleh Bu-tek Siu-lam ini, harap Lo-suhu suka memberi penjelasan, apakah yang akan Losuhu bicarakan dengan saya."
"Ha-ha-ha! Pangeran Mahkota Khitan sungguh gagah dan bicara seperti laki-laki." Pendeta ini memberi isyarat dan semua pelayan lalu mengundurkan diri, meninggalkan mereka bertiga di dalam ruangan itu. Setelah mengisi cawan arak tamunya dan mempersilakan minum, Bouw Lek Couwsu berkata.
"Pangeran Talibu, memang tepat. Urusan harus diutamakan, kesenangan baru nanti menyusul, kita rayakan. Terus terang saja, kami mengundang Paduka Pangeran dengan maksud untuk mengikat tali persahabatan dan membicarakan urusan antara bangsa kita dalam menghadapi Kerajaan Sung."
Talibu cukup cerdik. Segera ia dapat menduga sedalamnya apa yang terkandung di hati pendeta dengan senyum yang memikat dan pandang matanya yang tajam itu. Ia sudah mendengar akan serbuan Hsi-hsia ke Beng-kauw, sudah mendengar pula bahwa sejak lama bangsa Hsi-hsia mulai dengan gangguan-gangguan di tapal batas sebelah barat Kerajaan Sung. Jelas bahwa bangsa ini tidak mempunyai maksud baik terhadap Sung dan sekarang pendeta ini bicara tentang persahabatan.
Tentu saja tidak bisa lain daripada maksud mengulurkan tangan, mengajak bersekutu dengan bangsa Khitan untuk memusuhi Sung! Padahal pada waktu itu, Kerajaan Khitan bersahabat dengan Kerajaan Sung dan betapa pun bangsanya banyak yang tidak suka kepada Kerajaan Sung, namun ibunya sebagai Ratu Khitan selalu mencegah bangsanya bermusuhan dengan Kerajaan Sung. Ia maklum bahwa tak mungkin ia dapat menerima persekutuan dengan Hsi-hsia, apalagi atas nama bangsanya. Namun sebaliknya, biarpun ia dianggap tamu agung, namun ia telah berada di sarang Hsi-hsia, sehingga penolakannya akan membahayakan keselamatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serial Bu Kek Siansu (Manusia Setengah Dewa) - Asmaraman S. Kho Ping Hoo
Художественная прозаBu Kek Siansu adalah sebuah karakter khayalan hasil karya Kho Ping Hoo, dan merupakan serial bersambung terpanjang terbaik di samping seri Pedang Kayu Harum (Siang Bhok Kiam). Ia dikisahkan pada masa kecilnya disebut Anak Ajaib (Sin Tong) karena dal...