Jilid 12 (TAMAT)

4.7K 67 1
                                    

Namun, boleh dipuji kepandaian Tok-sim Lo-tong. Biarpun ia tadi terhuyung-huyung, namun menghadapi serangan Siang-mou Sin-ni, ia masih dapat menggerakkan kedua tangan mengirim pukulan-pukulan dengan sin-kang sehingga gumpal­an rambut yang menyambar ke arahnya itu dapat tertahan oleh hawa pukulan­nya, malah kini tangannya membentuk cakar setan untuk mencengkeram rambut itu! 

Pada saat itu, tampak berkele­batnya sabit Hek-giam-lo yang membabat ke arah tangannya sehingga terpaksa Tok-sim Lo-tong menarik kembali ta­ngannya. Tongkat It-gan Kai-ong me­nyambutnya dari belakang dan batang pohon di tangan Toat-beng Koai-jin juga sudah menyambar pula dari depan! 

Tok-sim Lo-tong sibuk mengelak dan meng­gunakan ilmunya menggelinding seperti bola ke sana ke mari, gesit dan cepat sekali. Namun empat orang pengeroyok­nya tidak memberi ampun dan pada saat ia meloncat bangun menghindarkan bacok­an Hek-giam-lo, pundaknya keserempet tongkat It-gan Kai-ong. Si gundul kurus kering ini memekik kesakitan dan membalikkan tubuh hendak mengamuk. Na­mun cabang-cabang pada batang pohon yang menyambarnya telah menyapu kakinya sehingga ia roboh terguling.

"Tranggggg!" 

Sinar kuning emas me­nangkis sabit yang membacok kepala Tok-sim Lo-tong dan menangkis pula tongkat It-gan Kai-ong, bahkan kipasnya mengebut rambut-rambut Siang-mou Sin-ni. Kiranya Suling Emas yang menolong Tok-sim Lo-tong. Pendekar ini tak dapat tinggal diam saja menyaksikan pertan­dingan yang berat sebelah dan tidak adil. Mana ada aturan mengeroyok orang yang sudah terdesak? 

Benar-benar mereka itu tidak mengenal watak gagah tidak mau peduli akan norma-norma yang berlaku pada tokoh-tokoh kang-ouw. Biasanya, sungguhpun golongan hitam yang terdiri daripada penjahat, masih enggan melaku­kan perbuatan yang memalukan dan ber­sifat pengecut. Akan tetapi iblis-iblis ini benar-benar tak tahu malu dan terpaksa Suling Emas turun tangan membantu Tok-sim Lo-tong yang dikeroyok oleh empat orang rekan-rekannya para ang­gauta Thian-te Liok-koai termasuk kakaknya sendiri Toat-beng Koai-jin!

Campur tangan Suling Emas membuat pertandingan menjadi kacau-balau dan secara otomatis mereka itu masing-masing memilih lawan terdekat dan di lain saat It-gan Kai-ong sudah bergebrak melawan Hek-giam-lo, Siang-mou Sin-ni bertanding dengan Toat-beng Koai-jin, sedangkan Tok-sim Lo-tong yang kini sudah menyambar sebatang pohon itu kini me­nyerang mati-matian kepada Suling Emas yang baru saja membebaskannya daripada ancaman maut! Semua keadaan yang tidak tahu aturan, tidak mengenal budi, dan liar ganas seenaknya sendiri ini ber­jalan tanpa kata-kata.

Diam-diam Suling Emas menjadi bi­ngung juga. Ia tidak mau terlalu men­desak Tok-sim Lo-tong karena ia tahu bahwa begitu si gundul kurus kering ini ia desak, tentu yang lain-lain akan turun tangan mengeroyok Tok-sim Lo-tong! Oleh karena inliah maka ia hanya mempertahankan diri sambil memperhatikan jalannya pertandingan antara pasangan-pasangan lain. Juga ia sempat melihat bahwa banyak juga tokoh kang-ouw yang masih bersembunyi menonton, akan te­tapi mereka kini tidak berani terlalu mendekati tempat itu, melainkan nooton dalam jarak yang cukup aman.

Mendadak terdengar suara "cring-cring-cring" yang amat nyaring dan meng­getarkan jantung. Suling Emas kaget sekali, mengenal suara itu yang ternyata keluar dari alat musik yang-khim di ta­ngan Siang-mou Sin-ni! Betul saja Toat-beng Koai-jin yang terserang suara ini karena ia bertanding melawan Siang-mou Sin-ni, tidak kuat melawan pengaruh suara yang mengikat semangat ini, ilmu yang dicuri oleh Siang-mou Sin-ni meng­gunakan yang-khim milik Bu Kek Siansu. Kakek berpunuk yang liar itu tiba-tiba menjadi pucat dan terhuyung-huyung ke belakang. Tahu-tahu kedua kakinya sudah terkena sambaran rambut Siang-mou Sin-ni yang menariknya sehingga kakek liar itu terjengkang ke belakang. Seperti tadi ketika Tok-sim Lo-tong terdesak, kini mereka berempat, Hek-giam-lo, It-gan Kai-ong, dan Tok-sim Lo-tong bersama Siang-mou Sin-ni serentak menyerang Toat-beng Koai-jin yang sudah roboh!

Serial Bu Kek Siansu (Manusia Setengah Dewa) - Asmaraman S. Kho Ping HooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang